sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah
dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum terpenuhi kebutuhannya.
Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu Fur dapat diolah menjadi aksesoris
hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat
untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang
sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat penampungan.
2.4. Data Biologi
- Masa hidup: 5 - 10 tahun
- Masa produksi: 1 - 3 tahun
- Masa bunting : 28 - 35 hari rata-rata 29 - 31 hari
- Masa penyapihan : 6 - 8 minggu
- Umur dewasa: 4 - 10 bulan
- Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan
- Masa perkawinan setelah beranak calving interval: 1 minggu setelah
anak disapih -
Ovulasi: Terjadi pada hari kawin 9 - 13 jam kemudian -
Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor rata-rata 5 - 7 -
Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan.
Penelitian Terdahulu
Sumiarti 2004 penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis kelinci kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan
untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.
Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha
ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka
pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan
usaha yang sama. Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi
pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan
strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses
produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan
kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik
pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil
analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I
menjadi sangat peka. Satrio 2005 melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak
kelinci pada Ushagi Farm kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci,
menganalisis jangka waktu pengembalian investasi usaha peternakan dan
menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap perubahan- perubahan harga yang terjadi.
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama
umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net BC 1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali
dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang
diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.
Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa
pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan
output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih
dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa
ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen. Rofik 2005, meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi
perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi
10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata
kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor
sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk
kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok
peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Sedangkan
kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp
1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III
sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku 14,85 persen. Secara keseluruhan berdasarkan nilai- nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah
Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah kelompok peternak III.
Ermin 2007 melakukan penelitian tentang kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster
Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial,
menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran serta melihat
kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output. Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut
maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan
faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha
ketiga pola usaha tersebut. Widagdho 2008 melakukan penelitian tentang kelayakan usaha
peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hokum dan aspek sosial,
menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching value.
Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola
dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi
merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat
dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen,
aspek teknis dan aspek keuangan.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
dalam penelitian. Selain itu merupakan acuan untuk menjawab permasalahan. 3.1.1.
Studi Kelayakan Proyek Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan
sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan input lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu
pengembalian jangka panjang proyek yang dihasilkan dari manfaat-manfaat yang dihasilkan dari proyek tersebut seperti meningkatkan produksi, perbaikan kualitas,
perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam lokasi penjualan, perubahan bentuk produksi, pengurang biaya melalui mekanisasi, menghindari kerugian dan
lain-lain. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang bisa tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil Husnan dan Muhammad, 2000. Studi kelayakan proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi
tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Dan juga sebagai bahan pertimbangan stakeholder untuk melakukan pengambilan keputusan.
Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, kreditor,
manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat Umar, 2007.
Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek
yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Gittinger 1986, mengemukakan bahwa dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman
investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya.