2 Prefiks {fa-} yang tidak mengalami perubahan bentuk Fungsi Prefiks {fa-} Artinosi Prefiks {fa-}

Folaeduru nonomö fatua lö mofanö ami Pakaikan cincin anakmu sebelum pergi kalian ‘Pakaikan cincin pada anakmu sebelum kalian pergi’ Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar laeduru cincin yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan lateral alveolar l, terjadi perubahan bunyi vokal a pada prefiks {fa-} menjadi bunyi vokal o sehingga bentuknya menjadi folaeduru pakaikan cincin.

a.2 Prefiks {fa-} yang tidak mengalami perubahan bentuk

Prefiks {fa-} dapat melekat pada kata kerja, kata benda, kata sifat, dan kata bilangan. 1. Kata Kerja Contoh: {fa-} + sifa ’sepak’  fasifa ‘saling menyepak’ {fa-} + söbi ‘tarik’  fasöbi ‘saling menarik’ 2. Kata Benda Contoh: {fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ {fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’ 3. Kata Sifat Contoh: {fa-} + abakha ‘dalam’  fa’abakha ‘kedalaman’ {fa-} + ebolo ‘luas’  fa’ebolo ‘luasnya’ 4. Kata Bilangan Contoh: {fa-} + dua ‘dua’  fadua ‘kira-kira dua’ {fa-} + önö ‘enam’  fa’önö ‘kira-kira enam’ Universitas Sumatera Utara Pada contoh di atas, diketahui bahwa penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar s, bunyi konsonan hambat velar k, bunyi konsonan hambat alveolar t dan d, serta bunyi vokal tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

b. Fungsi Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} berfungsi untuk membentuk kata kerja dan kata sifat. 1. Kata kerja Contoh: {fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ Dalam kalimat: Fakureta ndra’aga ba newali Bersepeda kami di halaman ‘Kami bersepeda di halaman’ Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda kureta ‘sepeda’ menjadi kelas kata kerja fakureta ‘bersepeda’. 2. Kata sifat Contoh: {fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’ Dalam kalimat: Hana fatambu gahemö? Mengapa berlumpur kakimu? ‘Mengapa kakimu berlumpur?’ Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda tambu ‘lumpur’ menjadi kelas kata sifat fatambu ‘berlumpur’.

c. Artinosi Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} memiliki arti sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Menyatakan makna saling melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {fa-} + tabe ‘salam’  fatabe ‘bersalaman’ Dalam kalimat: Fatabe ira fatua lö fabali Bersalaman mereka sebelum berpisah ‘Mereka bersalaman sebelum berpisah’ Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar tabe bersalaman yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan hambat alveolar t tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 2. Memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ Dalam kalimat: Fakureta ndra’aga ba newali Bersepeda kami di halaman ‘Kami bersepeda di halaman’ Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar kureta sepeda yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan hambat velar k tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 3. Menyatakan ukuran yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {fa-} + anau ‘panjang’  fa’anau ‘panjangnya’ Dalam kalimat: Fa’anau tali da’ö irugi lima mete Panjang tali itu mencapai lima meter ‘Panjang tali itu mencapai lima meter’ Universitas Sumatera Utara Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar anau panjang yang fonem awalnya berupa bunyi vokal a tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 4. Menyatakan jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {fa-} + walu ‘delapan’  fawalu ‘kira-kira delapan’ Dalam kalimat: Fawalu ngawua lasöndra duria satoru Kira-kira delapan buah mereka dapatkan durian yang jatuh ‘Mereka mendapatkan durian jatuh kira-kira delapan buah’ Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar walu delapan yang fonem awalnya berupa bunyi semivokal bilabial w tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 5. Menyatakan dikenai oleh apa yang tersebut pada bentuk dasar Contoh: {fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’

4.3.1.8 Prefiks {a-} a. Proses prefiksasi Prefiks {a-}

Prefiks {a-} terdiri dari beberapa bentuk, yaitu {ang-}, {am-}, {an-}, dan {ondr-}. 1. Prefiks {a-} menjadi {ang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {a-} dengan bunyi vokal yang terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar ŋ di awal bentuk dasar tersebut. Contoh: {a-} + alui ‘cari’  angalui ‘mencarilah’ Universitas Sumatera Utara {a-} + era-era ‘pikiran’  angera-ngera ‘berpikirlah’ • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar alui cari terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga b entuknya menjadi angalui mencarilah. • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar era-era pikiran terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya menjadi angera-ngera berpikirlah. 2. Prefiks {a-} menjadi {am-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan b atau f. Penggabungan prefiks {a-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara b dan bunyi konsonan frikatif labiodental tidak bersuara f menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial m. Contoh: {a-} + bini’ö ‘sembunyikan’  amini’ö ‘segera sembunyikan’ {a-} + fa’anö ‘persiapkan’  ama’anö ‘bersiaplah’ • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar bini’ö sembunyikan terjadi pelesapan fonem b dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi amini’ö segera sembunyikan. • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar fa’anö persiapkan terjadi pelesapan fonem f dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi ama’anö bersiaplah. 3. Prefiks {a-} menjadi {an-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan s atau t. Penggabungan prefiks {a-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar s dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak Universitas Sumatera Utara bersuara t menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar n. Contoh: {a-} + sura ‘tulis’  anura ‘menulislah’ {a-} + teu ‘petik’  aneu ‘memetiklah’ • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar sura tulis terjadi pelesapan fonem s dan digantikan oleh fonem n sehingga bentuknya menjadi anura menulislah. • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar teu petik terjadi pelesapan fonem t dan digantikan oleh fonem n sehingga bentuknya menjadi aneu memetiklah. 4. Prefiks {a-} menjadi {ondr-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan d atau r. Penggabungan prefiks {a-} dengan bunyi konsonan hambat alveolar d dan bunyi konsonan getar alveolar r menyebabkan bunyi konsonan yang terletak di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi gugus konsonan dento-hambat alveolar bersuara ndr. Contoh: {a-} + deha ‘cabut’  ondreha ‘mencabutlah’ {a-} + rino ‘masak  ondrino ‘memasaklah’ • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar deha cabut terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks { a-} dan perubahan fonem d menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi ondreha mencabutlah. • Pada proses pembubuhan prefiks {a-} terhadap bentuk dasar rino masak terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks { a-} dan Universitas Sumatera Utara perubahan fonem r menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi ondrino memasaklah. Berdasarkan distribusinya prefiks {a-} dapat melekat pada: 1. Kata kerja Contoh: {a-} + farö ‘suling’  amarö ‘menyulinglah’ 2. Kata benda Contoh: {a-} + era-era ‘pikiran’  angera-ngera ‘berpikirlah’

b. Fungsi Prefiks {a-}