Artinosi Prefiks {o-} PEMBAHASAN

b. Fungsi Prefiks {o-}

Prefiks {o-} berfungsi untuk membentuk kata kerja. Contoh: {o-} + kabu ‘kebun’  okabu ‘berkebunlah’ Dalam kalimat: Okabu ba danö satabö da’ö Berkebunlah di tanah yang subur itu ‘Berkebunlah di tanah yang subur itu’ Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda kabu ‘kebun’ menjadi kelas kata kerja okabu ‘berkebunlah’.

c. Artinosi Prefiks {o-}

Prefiks {o-} memiliki arti sebagai berikut: 1. Menyuruh memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {o-} + lembe ‘selendang’  olembe ‘pakailah selendang’ Dalam kalimat: Olembe na möi’ö ba nomo bambatömö Pakailah selendang kalau kamu pergi ke rumah besanmu ‘Pakailah selendang kalau kamu pergi ke rumah besanmu’ Pada proses pembubuhan prefiks {o-} terhadap bentuk dasar lembe selendang yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan lateral alveolar l tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 2. Menyuruh memelihara apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {o-} + manu ‘ayam’  omanu ‘peliharalah ayam’ Dalam kalimat: Omanu moroi lö hadöi halöwömö Peliharalah ayam daripada tidak ada pekerjaanmu ‘Peliharalah ayam daripada kamu tidak punya pekerjaan’ Universitas Sumatera Utara Pada proses pembubuhan prefiks {o-} terhadap bentuk dasar manu ayam yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan nasal bilabial m tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. 3. Menyuruh mengerjakan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: {o-} + nowi ‘ladang’  onowi ‘berladanglah’ Dalam kalimat: Onowi fatua abölö’ö berladanglah semasih kamu kuat ‘Berladanglah semasih kamu kuat’ Pada proses pembubuhan prefiks {o-} terhadap bentuk dasar nowi ladang yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan nasal alveolar n tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

4.3.1.10 Prefiks {sa-} a. Proses Prefiksasi {sa-}

Prefiks {sa-} terdiri atas bentuk {sam-}, {san-}, {sang-}, {sondr-}, {sond-}, {sol-}, dan {za-} atau {zo-}. 1. Prefiks {sa-} menjadi {sam-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan b atau f. Penggabungan prefiks {sa-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara b dan bunyi konsonan frikatif labiodental tidak bersuara f menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial m. Contoh: {sa-} + bökö ‘ketok’  samökö ‘yang mengetok’ {sa-} + fatörö ‘perintahkan’  samatörö ‘yang memerintah’ Universitas Sumatera Utara • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar bökö ketok terjadi pelesapan fonem b dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi samökö yang mengetok. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar fatörö perintahkan terjadi pelesapan fonem f dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi samatörö yang memerintah. 2. Prefiks {sa-} menjadi {san-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan s atau t. Penggabungan prefiks {sa-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar s dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara t menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar n. Contoh: {sa-} + su’a ‘ukur’  sanu’a ‘yang mengukur’ {sa-} + taba ‘potong’  sanaba ‘yang memotong’ • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar su’a ukur terjadi pelesapan fonem s dan digantikan oleh fonem n sehingga bentuknya menjadi sanu’a yang mengukur. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar taba potong terjadi pelesapan fonem t dan digantikan oleh fonem n sehingga bentuknya menjadi sanaba yang memotong. 3. Prefiks {sa-} menjadi {sang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {sa-} dengan bunyi vokal yang terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar ŋ di awal bentuk dasar tersebut. Universitas Sumatera Utara Contoh: {sa-} + abölö’ö ‘kuatkan’  sangabölö’ö ‘yang menguatkan’ {sa-} + etu’ö ‘putuskan  sangetu’ö ‘yang memutuskan’ • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar abölö’ö kuatkan terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya menjadi sangabölö’ö yang menguatkan. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar etu’ö putuskan terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya menjadi sangetu’ö yang memutuskan. 4. Prefiks {sa-} menjadi {sondr-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal d. Penggabungan prefiks {sa-} dengan bunyi konsonan hambat alveolar d menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi gugus konsonan dento-hambat alveolar bersuara ndr. Contoh: {sa-} + degeni ‘geserkan’  sondregeni ‘yang menggeser’ {sa-} + dönisi ‘ajak’  sondrönisi ‘yang mengajak’ • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar degeni geserkan terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks {sa-} dan perubahan fonem d menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi sondregeni pengasah. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar dönisi ajak terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks {sa-} dan perubahan fonem d menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi sondrönisi yang mengajak. Universitas Sumatera Utara 5. Prefiks {sa-} menjadi {sond-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan r. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan getar alveolar r menyebabkan penambahan bunyi konsonan dental nd di awal bentuk dasar tersebut. Contoh: {sa-} + rorogö ‘lindungi’  sondorogö ‘pelindung’ {sa-} + rara ‘hibur’  sondara ‘penghibur’ • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar rorogö lindungi terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi sondorogö pelindung. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar rara hibur terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi sondara penghibur. 6. Prefiks {sa-} menjadi {sol-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal o. Penggabungan prefiks {sa-} dengan bunyi vokal o menyebabkan penambahan bunyi konsonan lateral alveolar l di awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal a pada prefiks {sa-} berubah menjadi bunyi vokal o. Contoh: {sa-} + o’ö ‘ikuti’  solo’ö ‘pengikut’ {sa-} + osi ‘hapus’  solosi ‘yang menghapus’ • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar o’öi ikuti terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {sa-} dan Universitas Sumatera Utara penambahan fonem l di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi solo’ö pengikut. • Pada proses pembubuhan prefiks {sa-} terhadap bentuk dasar osi hapus terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {sa-} dan penambahan fonem l di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi solosi yang menghapus. 7. Prefiks {sa-} menjadi {za-} atau {zo-} apabila bentuk dasar yang mendapat imbuhan prefiks {ma-} dipakai dalam hubungan kalimat. Namun, aturan ini tidak berlaku jika bentuk dasar tersebut terletak di awal kalimat atau didahului oleh kata no ‘sudah’ atau lö ‘tidak’. Perubahan prefiks {sa-} menjadi {za-} atau {zo-} disesuaikan dengan bentuk dasar yang telah mendapatkan imbuhan tersebut. Perubahan tersebut menyebabkan bunyi konsonan frikatif alveolar tidak bersuara s menjadi bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara z. Contoh: {sa-} + sofu ‘tanya’  sanofu ‘penanya’ Sanofu  zanofu ‘penanya’ Dalam kalimat: Niha da’ö zanofu lala khoma Orang itu yang menanyakan jalan pada kami ‘Orang itu yang menanyakan penanya jalan pada kami’ Pada proses perubahan prefiks {sa-} menjadi {za-} terhadap bentuk sanofu penanya terjadi perubahan fonem s menjadi fonem z sehingga bentuknya menjadi zanofu penanya. {sa-} + dönisi ‘ajak’  sondrönisi ‘yang mengajak’ Universitas Sumatera Utara Sondrönisi  yang mengajak ‘yang mengajak’ Dalam kalimat: Haniha zondrönisi ya’ugö ba da’ö sisa? Siapa yang mengajak kamu ke sana? ‘Siapa yang mengajak kamu ke sana?’ Pada proses perubahan prefiks {sa-} menjadi {za-} terhadap bentuk sondrönisi yang mengajak terjadi perubahan fonem s menjadi fonem z sehingga bentuknya menjadi zondrönisi yang mengajak. Berdasarkan distribusinya prefiks {sa-} dapat melekat pada: 1. Kata kerja Contoh: {sa-} + tibo’ö ‘buang’  sanibo’ö ‘yang membuang’ 2. Kata sifat Contoh: {sa-} + atabö ‘subur’  sangatabö ‘yang menyuburkan’

b. Fungsi Prefiks {sa-}