Artinosi Sufiks {-ma} Fungsi Sufiks {-i} Artinosi Sufiks {-i}

c. Artinosi Sufiks {-ma}

Arti sufiks {-ma} adalah menyatakan tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: Dadao ‘duduk’ + {-ma}  dadaoma ‘tempat duduk’ Pada proses pembubuhan sufiks {-ma} terhadap bentuk dasar dadao duduk yang berfonem akhir bunyi vokal o tidak terjadi perubahan fonem pada bentuk dasar.

4.3.3.6 Sufiks {-i} a. Proses sufiksasi {-i}

Sufiks {-i} tidak mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar. Contoh: Okafu ‘dingin’ + {-i}  okafui ‘dinginkan’ Otufo ‘kering’ + {-i}  otufoi ‘keringkan’ Sagö ‘atap’ + {-i}  sagöi ‘atapi’ Tandra ‘tanda’ + {-i}  tandrai ‘tandai’ Pada contoh di atas diketahui bahwa penggabungan sufiks {-u dengan bentuk dasar yang fonem akhirnya berupa bunyi vokal bunyi vokal o, bunyi vokal ö, dan bunyi vokal a tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar yang dilekati sufiks tersebut. Berdasarkan distribusinya sufiks {-i} dapat melekat pada: 1. Kata benda Contoh: Sagö ‘atap’ + {-i}  sagöi ‘atapi’ Universitas Sumatera Utara 2. Kata sifat Contoh: Otufo ‘kering’ + {-i}  otufoi ‘keringkan’

b. Fungsi Sufiks {-i}

Sufiks {-i} berfungsi untuk membentuk kata kerja. Contoh: Otufo ‘kering’ + {-i}  otufoi ‘keringkan’ Dalam kalimat: Otufoi nukha sabasö da’a Keringkan kain yang basah ini ‘Keringkan kain yang basah ini’ Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata sifat otufo ‘kering’ menjadi kelas kata benda otufoi ‘keringkan’.

c. Artinosi Sufiks {-i}

Sufiks {-i} memiliki arti sebagai berikut: 1. Memberikan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: Tandra ‘tanda’ + {-i}  tandrai ‘tandai’ Dalam kalimat: Tandrai hezo zabölö baga ba gotalua sandala da’a Tandai mana yang lebih bagus di antara sandal ini ‘Tandai sandal mana yang lebih bagus di antara ini’ Pada proses pembubuhan sufiks {-i} terhadap bentuk dasar tandra tanda yang berfonem akhir bunyi vokal a tidak terjadi perubahan fonem pada bentuk dasar. 2. Menyuruh melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Universitas Sumatera Utara Contoh: Abasö ‘basah’ + {-i}  basöi ‘basahi’ Dalam kalimat: Basöi mbumö na mondri’ö dania ba zitanö’owi Basahi rambutmu kalau kamu mandi nanti pada sore hari ‘Basahi rambutmu kalau mandi nanti sore’ Pada proses pembubuhan sufiks {-i} terhadap bentuk dasar abasö basah terjadi pelesapan fonem a di awal bentuk dasar.

4.3.3.7 Sufiks {-wa} a. Proses Sufiksasi {-wa}

Sufiks {-wa} tidak mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar. Contoh: Angandrö ‘memintalah’ + {-wa}  angandröwa ‘permintaan’ Fabali ‘berpisah’ + {-wa}  fabaliwa ‘tempat berpisah’ atau ‘persimpangan jalan Olombase ‘istirahatlah’ + {-wa} olombasewa ‘tempat beristirahat Owöli ‘membelilah’ + {-wa}  owöliwa ‘sesuatu yang dapat dibeli’ Pada contoh di atas diketahui bahwa penggabungan sufiks {-wa dengan bentuk dasar yang fonem akhirnya berupa bunyi vokal bunyi vokal ö, bunyi vokal i, dan bunyi vokal e tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar yang dilekati sufiks tersebut. Berdasarkan distribusinya sufiks {-wa} hanya dapat melekat pada kata kerja. Contoh: Universitas Sumatera Utara Fabali ‘berpisah’ + {-wa}  fabaliwa ‘tempat berpisah’ atau ‘persimpangan jalan Olombase ‘istirahatlah’ + {-wa}  olombasewa ‘tempat beristirahat’

b. Fungsi Sufiks {-wa}