vokal o tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar yang dilekati sufiks tersebut.
Berdasarkan distribusinya sufiks {-la} hanya dapat melekat pada kata sifat. Contoh:
Aekhu ‘jatuh’ + {-la}
aekhula ‘tempat jatuhnya’ Aboto ‘pecah’
+ {-la} abotola ‘pecahan’
b. Fungsi Sufiks {-la}
Sufiks {-la} berfungsi untuk membentuk kata benda. Contoh:
Aboto ‘pecah’ + {-la}
abotola ‘pecahan’ Dalam kalimat:
I’owuloi gabotola wiga da’ö fao wege-ege Dikumpulkannya pecahan piring itu sambil tangisan
‘Dikumpulkannya pecahan piring itu sambil menangis’
• Pada contoh di atas fonem awal pada bentuk abotola pecahan yang berupa bunyi vokal a dilekati oleh bunyi konsonan hambat velar g
karena dipakai dalam hubungan kalimat sehingga bentuknya menjadi gabotola pecahan.
• Pada proses pembubuhan sufiks tersebut terjadi perubahan kelas kata sifat aboto ‘pecah’ menjadi kelas kata benda abotola ‘pecahan’.
c. Artinosi Sufiks {-la}
Sufiks {-la} memiliki arti sebagai berikut: 1.
Menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dasar. Contoh:
Aetu ‘putus’
+ {-la} angetula ‘keputusan’
Universitas Sumatera Utara
Dalam kalimat: Hadia no öhalö gangetula sabölö sökhi?
Apakah sudah kamu ambil keputusan yang sangat baik? ‘Apakah anda sudah membuat keputusan yang terbaik?’
• Pada proses pembubuhan sufiks {-la} terhadap bentuk dasar aetu terjadi penyisipan bunyi konsonan nasal alveolar
ŋ di antara bunyi vokal a dan bunyi vokal e.
• Pada contoh di atas fonem awal pada bentuk angetula keputusan yang berupa bunyi vokal a dilekati oleh bunyi konsonan hambat
velar g karena dipakai dalam hubungan kalimat sehingga bentuknya menjadi gangetula keputusan.
2. Menyatakan hasil dari proses yang tersebut pada bentuk dasar.
Contoh: Akhökhö ‘berkeping’
+ {-la} akhökhöla ‘kepingan’
Dalam kalimat: Utibo’ö gakhökhöla zörömi da’ö ba naha zasao
Saya buang kepingan kaca itu ke tempat sampah ‘Saya membuang kepingan kaca itu ke tempat sampah’
Pada contoh di atas fonem awal pada bentuk akhökhöla kepingan yang berupa bunyi vokal a dilekati oleh bunyi konsonan hambat velar g
karena dipakai dalam hubungan kalimat sehingga bentuknya menjadi gakhökhöla
kepingan.
4.3.3.9 Sufiks {-sa} a. Proses Sufiksasi {-sa}
Sufiks {-sa} tidak mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: Fa’awö ‘berteman’
+ {-sa} fa’awösa ‘pertemanan’
Fabali ‘berpisah’ + {-sa}
fabalisa ‘perpisahan’ Fayawa ‘menyombongkan’ + {-sa}
fayawasa ‘kesombongan’ Fatiu ‘sirik’
+ {-sa} fatiusa ‘kesirikan’
Pada contoh di atas diketahui bahwa penggabungan sufiks {-sa dengan bentuk dasar yang fonem akhirnya berupa bunyi vokal ö, bunyi vokal i, bunyi
vokal a, dan bunyi vokal u tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar yang dilekati sufiks tersebut.
Berdasarkan distribusinya sufiks {-sa} hanya dapat melekat pada kata kerja. Contoh:
Fa’awö ‘berteman’ + {-sa}
fa’awösa ‘pertemanan’ Fatiu ‘sirik’
+ {-sa} fatiusa ‘kesirikan’
b. Fungsi Sufiks {-sa}