b. Fungsi Prefiks {te-}
Prefiks {te-} berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Contoh:
{te-} + faku ‘cangkul’ tefaku ‘tercangkul’
Dalam kalimat: Tefaku danö da’a börö walö ahono dangamö da’ö
Tercangkul tanah ini karena ketidaktenangan tanganmu itu ‘Tanah ini tercangkul gara-gara tanganmu yang jahil itu’
Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda faku ‘cangkul’ menjadi kelas kata kerja tefaku ‘tercangkul’
c. Artinosi Prefiks {te-}
Arti prefiks {te-} adalah menyatakan ketidaksengajaan. Contoh:
{te-} + khökhö ‘iris’
tekhökhö ‘teriris’ Dalam kalimat:
Tekhökhö durugu sebua ba rosö Teriris jariku yang besar di pisau
‘Ibu jariku teriris pisau’
Pada proses pembubuhan prefiks {te-} terhadap bentuk dasar khökhö iris yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan frikatif velar x tidak menyebabkan
perubahan fonem pada bentuk dasar.
{te-} + tanö ‘tanam’
tetanö ‘tertanam’ Dalam kalimat:
Utötöna enaö tetanö ba dödömi niwa’ögu da’a Kuharap semoga tertanam dalam hati kalian yang kukatakan ini
‘Kuharap semoga yang kukatakan ini tertanam dalam hati kalian’
Universitas Sumatera Utara
Pada proses pembubuhan prefiks {te-} terhadap bentuk dasar tanö tanam yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan hambat alveolar t tidak menyebabkan
perubahan fonem pada bentuk dasar.
4.3.1.7 Prefiks {fa-} a. Proses Prefiksasi {fa-}
Prefiks {fa-} terdiri dari dua bagian, yaitu prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk dan prefiks {fa-} yang tidak mengalami perubahan bentuk.
a.1 Prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk
Prefiks {fa-} terbagi atas {fang-}, {fam-}, {fan-}, {fondr-}, {fond-}, dan {fo-}. 1.
Prefiks {fa-} menjadi {fang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi vokal yang
terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar ŋ di depan bentuk dasar tersebut.
Contoh: {fa-} + okafu
‘dingin’ fangokafu ‘pendingin’
{fa-} + aukhu ‘panas’
fangaukhu ‘pemanas’ • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar okafu
dingin terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya
menjadi fangokafu pendingin. • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar aukhu
panas terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya
menjadi fangaukhu pemanas.
Universitas Sumatera Utara
2. Prefiks {fa-} menjadi {fam-} apabila melekat pada bentuk dasar yang
berfonem awal konsonan b atau f. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara b dan bunyi konsonan frikatif labiodental
tidak bersuara f menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial m.
Contoh: {fa-} + bunu
‘bunuh’ famunu ‘pembunuh’
{fa-} + fana ‘tembak’
famana ‘penembak’ • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar bunu
bunuh terjadi pelesapan fonem b dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi famunu pembunuh.
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar fana tembak terjadi pelesapan fonem f dan digantikan oleh fonem m
sehingga bentuknya menjadi famana penembak. 3.
Prefiks {fa-} menjadi {fan-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan s atau t. Penggabungan prefiks {fa-} dengan
bunyi konsonan frikatif alveolar s dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara t menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk
dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar n. Contoh:
{fa-} + su’a ‘ukur’
fanu’a ‘pengukur’ {fa-} + tandra
‘tanda’ fanandra ‘penanda’
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar su’a ukur terjadi pelesapan fonem s dan digantikan oleh fonem n sehingga
bentuknya menjadi fanu’a pengukur.
Universitas Sumatera Utara
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar tandra tanda terjadi pelesapan fonem t dan digantikan oleh fonem n
sehingga bentuknya menjadi fanandra penanda. 4.
Prefiks {fa-} menjadi {fondr-} apabila melekat pada bentuk dasar yang fonem awalnya berupa konsonan d. Penggabungan prefiks {fa-} dengan
bunyi konsonan hambat alveolar d menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi gugus konsonan
dento-hambat alveolar bersuara ndr. Contoh:
{fa-} + dekha ‘asah’
fondrekha ‘pengasah’ {fa-} + dukhu
‘gosok’ fondrukhu ‘penggosok’
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar dekha asah terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks { fa-}
dan perubahan fonem d menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondrekha pengasah.
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar dukhu gosok terjadi perubahan fonem a menjadi fonem o pada prefiks { fa-}
dan perubahan fonem d menjadi gugus fonem ndr di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondrukhu pengasah.
5. Prefiks {fa-} menjadi {fond-} apabila melekat pada bentuk dasar yang fonem
awalnya berupa konsonan r. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan getar alveolar r menyebabkan penambahan bunyi gugus konsonan
dental nd di awal bentuk dasar tersebut. Contoh:
{fa-} + ra’a ‘iris’
fondra’a ‘pengiris’
Universitas Sumatera Utara
{fa-} + ra’u ‘tangkap’
fondra’u ‘penangkap’ • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar ra’a iris
terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut sehingga
bentuknya menjadi fondra’a pengiris. • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar ra’u
tangkap terjadi pergantian fonem a menjadi fonem o pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem nd di awal bentuk dasar tersebut
sehingga bentuknya menjadi fondra’u penangkap. 6.
Prefiks {fa-} menjadi {fo-} apabila melekat pada kata benda dan kata bilangan. Penggabungan prefiks {fa-} dengan kata benda atau kata bilangan
menyebabkan perubahan bunyi vokal a pada prefiks {fa-} menjadi bunyi vokal o.
Contoh: {fa-} + baru
‘baju’ fobaru ‘pakaikan baju’
{fa-} + öfa ‘empat’
fo’öfa ‘jadikan empat’ • Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar baru baju
terjadi perubahan fonem a pada prefiks tersebut menjadi fonem o sehingga bentuknya menjadi fobaru pakaikan baju.
• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar öfa empat terjadi perubahan fonem a pada prefiks tersebut menjadi fonem o
sehingga bentuknya menjadi fo’öfa jadikan empat. Berdasarkan distribusinya prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk
dapat melekat pada: 1.
Kata Kerja
Universitas Sumatera Utara
Contoh: {fa-} + tunu
‘bakar’ fanunu ‘pembakaran’
{fa-} + boto ‘pecahkan’
famoto ‘pemecah’ 2.
Kata Benda Contoh:
{fa-} + sarewa ‘celana’
fosarewa ‘pakaikan celana’ {fa-} + baru
‘baju’ fobaru ‘pakaikan baju’
3. Kata Sifat
Contoh: {fa-} + a’usö
‘kuning’ fanga’usö ‘penguning’
{fa-} + aukhu ‘panas’
fangaukhu ‘pemanas’
b. Fungsi Prefiks {fa-}