Berdasarkan distribusinya konfiks {fa-ni} hanya dapat melekat pada kata sifat.
Contoh: {fa-ö} + bohou ‘baru’
famohouni ‘pembaruan’
b. Fungsi Konfiks {fa-ni}
Konfiks {fa-ni} berfungsi untuk membentuk kata benda. Contoh:
{fa-ö} + bohou ‘baru’ famohouni ‘pembaruan’
Dalam kalimat: Moguna sibai famohouni wangera-ngera ba ginötö da’a
Perlu sangat pembaruan pikiran pada saat ini ‘Sangat perlu pembaruan pikiran pada saat ini’
Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata sifat bohou ‘baru’ menjadi kelas kata benda famohouni ‘pembaruan’.
c. Artinosi Konfiks {fa-ni}
Arti konfiks {fa-ni} adalah menyatakan proses yang tersebut pada bentuk dasar.
Contoh: {fa-ö} + bohou ‘baru’
famohouni ‘pembaruan’
4.3.4.5 Kofiks {fa-si} a. Proses Konfiksasi {fa-si}
Sama seperti konfiks {fa-ni}, konfiks {fa-si} dalam bahasa Nias juga melekat pada satu bentuk saja, yaitu bentuk dasar obou.
Universitas Sumatera Utara
Konfiks {fa-si} menjadi {fang-si} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal.
Penggabungan konfiks {fa-si} dengan bunyi vokal o yang terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar
ŋ di awal bentuk dasar tersebut.
Contoh: {fa-si} + obou ‘busuk’
fangobousi ‘pembusukan’ Pada proses pembubuhan prefiks {fa-si} terhadap bentuk dasar obou busuk
terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya menjadi fangobousi
pembusukan.
Berdasarkan distribusinya konfiks {fa-si} hanya dapat melekat pada kata sifat.
Contoh: {fa-si} + obou ‘busuk’
fangobousi ‘pembusukan’
b. Fungsi Konfiks {fa-si}
Konfiks {fa-si} berfungsi untuk membentuk kata benda. Contoh:
{fa-si} + obou ‘busuk’ fangobousi ‘pembusukan’
Dalam kalimat: Ha fangobousi döi niha manö ni’ilami
Hanya pembusukan nama orang saja yang kalian tahu ‘Yang kalian tahu hanya merusak nama baik orang saja’
Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata sifat obou ‘busuk’ menjadi kelas kata benda fangobousi ‘pembusukan’.
Universitas Sumatera Utara
d. Artinosi Konfiks {fa-si}
Arti konfiks {fa-si} yaitu menyatakan proses yang tersebut pada bentuk dasar.
Contoh: {fa-si} + obou ‘busuk’
fangobousi ‘pembusukan’
4.3.4.6 Konfiks {a-la} a. Proses Konfiksasi {a-la}
1. Konfiks {a-la} menjadi {am-la} apabila melekat pada bentuk dasar yang
berfonem awal konsonan b atau f. Penggabungan konfiks {a-la} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara b dan bunyi konsonan frikatif labiodental
tidak bersuara f menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial m.
Contoh: {a-la} + be’e ‘beri’
ame’ela ‘pemberian’ {a-la} + fabu’u ‘janji’
amabu’ula ‘perjanjian’ • Pada proses pembubuhan konfiks {a-la} terhadap bentuk dasar be’e beri
terjadi pelesapan fonem b dan digantikan oleh fonem m sehingga bentuknya menjadi ame’ela pemberian.
• Pada proses pembubuhan konfiks {a-la} terhadap bentuk dasar fabu’u janji terjadi pelesapan fonem f dan digantikan oleh fonem m sehingga
bentuknya menjadi amabu’ula perjanjian. 2.
Konfiks {a-la} menjadi {ang-la} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan konfiks {a-la} dengan bunyi vokal yang
Universitas Sumatera Utara
terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar ŋ di awal bentuk dasar tersebut.
Contoh: {a-la} + aetu ‘putus’
angetula ‘keputusan’ Pada proses pembubuhan konfiks {a-la} terhadap bentuk dasar aetu putus
terjadi penambahan konsonan nasal velar ŋ sehingga bentuknya menjadi
angetula keputusan.
3. Konfiks {a-la} tidak mengalami perubahan bentuk jika melekat pada bentuk
dasar yang berfonem awal konsonan m. Penggabungan konfiks {a-la} dengan bentuk dasar yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan nasal bilabial m
tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar. Contoh:
{a-la} + mate ‘mati’ amatela ‘bangkai’
Berdasarkan distribusinya konfiks {a-la} dapat melekat pada: 1.
Kata kerja Contoh:
{a-la} + be’e ‘beri’ ame’ela ‘pemberian’
2. Kata sifat
Contoh: {a-la} + aetu ‘putus’
angetula ‘keputusan’
b. Fungsi Konfiks {a-la}