86
4. Sifat Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang diakibatkan cacat tubuh tidak ditemukan pada siswa Ag, Hg, Ct, dan Nv. Kesulitan belajar yang dialami oleh Ag, Hg, Ct,
dan Nv dikarenakan faktor – faktor eksternal seperti lingkungan keluarga
yang kurang mendukung, lingkungan sekolah yang bising, dan lingkungan masyarakat.
B. Pembahasan
1. Tingkat Kesulitan Belajar
Setelah dilaksanakan penelitian, tingkat kesulitan belajar siswa kelas V SD N Sosrowijayan Kota Yogyakarta dapat dibagi menjadi 3 kategori
yaitu, tinggi, rendah, dan sedang. Kategori diperoleh berdasarkan skor dari pilihan jawaban siswa pada skala kesulitan belajar. siswa dikategorikan
tinggi apabila memperoleh skor ≥ 78,612. Siswa dengan kategori kesulitan belajar yang tinggi mengasumsikan bahwa siswa tersebut mengalami
hambatan belajar sehingga tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan membutuhkan bantuan khusus untuk mencapai
penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan. Terdapat 4 siswa berada pada kategori kesulitan belajar yang tinggi.
Siswa masuk pada kategori sedang apabila memperoleh skor diantara 58,688 hingga 78,612. Kategori sedang berarti siswa tersebut mengalami
hambatan belajar sehingga tidak dapat mencapai sebagian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan memerlukan pendalaman pada
87 materi-materi tetentu yang lebih sulit. Sebanyak 17 siswa berada pada
kategori sedang ini. kemudian siswa masuk pada kategori kesulitan belajar yang rendah apabila memperoleh skor ≤ 58,688. Siswa dengan kategori
kesulitan belajar yang rendah berarti tidak mengalami hambatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan
tidak memerlukan bantuan belajar tambahan dari guru. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesulitan belajar siswa kelas V SD N Sosrowijayan Kota Yogyakarta berada dalam kategori sedang karena memiliki frekuensi paling banyak
yaitu 17 siswa. Kesulitan belajar pada kategori sedang berarti siswa tersebut dapat menguasai sebagian bahan pelajaran dan memerlukan
pendalaman pada materi-materi tetentu yang lebih sulit. Kesulitan belajar seperti ini dapat terjadi karena alokasi waktu yang
kurang bagi siswa untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan. Sugihartono 2007: 152 bependapat bahwa setiap peserta
didik akan dapat menyelesaikan tugas – tugas belajarnya apabila diberi
waktu yang cukup untuk belajar. Setiap materi yang diajarkan kepada siswa tentunya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda
– beda. Sehingga setiap materi membutuhkan jumlah waktu yang berbeda untuk
menguasainya. Hal tersebut disebabkan oleh salah satu prinsip keberhasilan dalam belajar adalah pengulangan dan latihan. Mengulang
pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan. Untuk itu, dalam mempelajari sesuatu perlu dilakukan pengulangan dan
88 latihan berkali
– kali agar melekat dalam ingatan sehingga tidak mudah dilupakan M. Dalyono, 2009: 54. Pada materi yang lebih sulit dan
kompleks, tentu siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasainya karena membutuhkan latihan dan pengulangan yang lebih
banyak dari materi yang lebih sedehana. Data klasifikasi yang telah dipaparkan juga menunjukkan terdapat 4
siswa yang berada pada kategori kesulitan belajar yang tinggi, yang mengasumsikan bahwa siswa tersebut belum menguasai sebagian besar
bahan pelajaran yang telah diberikan dan membutuhkan bantuan khusus untuk mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan..
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa- siswa tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor yang menghambat proses belajarnya sehingga
memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya Tidjan, 1993: 78. Kesulitan belajar siswa pada tingkat yang tinggi sepeti
ini tidak cukup diatasi dengan memberikan waktu yang lebih untuk berlatih dan mengulang materi, namun juga ditambah dengan bimbingan
khusus yang lebih intensif untuk mengatasi faktor – faktor yang
menghambat proses belajarnya. Berdasarkan analisis skor indikator kesulitan belajar siswa, dapat
dilihat bahwa skor tertinggi sebesar 437 28,13 diperoleh pada indikator hasil belajar yang rendah. Sedangkan skor tertinggi kedua diperoleh pada
indikator sikap yang kurang wajar dalam belajar, dengan skor sebesar 379 24,42.
89 Penelitian ini menggunakan empat indikator untuk mengukur tingkat
kesulitan belajar. Keempat indikator ini menunjukkan ciri – ciri atau gejala
terjadinya kesulitan belajar pada siswa.. Pada keempat indikator menunjukkan siswa berada pada kategori “Sedang”. Rincian keempat
indikator tersebut adalah sebagai berikut: a.
Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar tersebut terdiri dari dua sub indikator
dengan jumlah pernyataan sebanyak 8 pernyataan sebagai berikut:: 1
Hasil belajar yang rendah 2
Lambat dalam belajar Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, indikator hasil
belajar siswa ada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat dapat menguasai sebagian bahan pelajaran dan
dapat mencapai tujuan pembelajaran tetapi, masih memerlukan pendalaman pada materi-materi tetentu yang lebih sulit. Dengan
kategori sedang, siswa juga dapat diasumsikan memiliki nilai yang setara dengan rata
– rata nilai kelompoknya. Tingkatan pencapaian tujuan pembelajaran dapat diukur melalui
hasil belajar yang diperoleh siswa. Depsiknas menetapkan siswa berhasil belajar jika dapat menguasai sekurang
– kurangnya 60 dari tujuan yang harus dicapai. Selain itu, kedudukan seseorang dalam
kelompoknya juga dapat menjadi ukuran pencapaian hasil belajar. siswa diperkirakan mengalami kesulitan belajar jika menduduki
90 urutan paling bawah dalam kelompoknya atau memiliki nilai di
bawah rata – rata kelompoknya.
b. Indikator Sikap dalam Belajar
Indikator sikap dalam belajar tersebut terdiri dari dua sub indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak 8 pernyataan sebagai
berikut:: 1
Tidak ada usaha dalam belajar 2
Keterlibatan dalam belajar Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, indikator sikap
dalam belajar siswa ada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki usaha dan terlibat dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Noehi Nasution 1992:84 mengatakan bahwa sikap merupakan
suatu kecenderungan dalam individu untuk memberi respond an berbuat, menuntut cara belajar yang bebeda. Dalam hal belajar, siswa
seharusnya memiliki usaha dalam belajar yang dapat ditunjukkan dengan adanya perhatian pada pembelajaran, bertanya mengenai hal
yang belum dipahami, dan berlatih hingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
c. Indikator Tingkah Laku dalam Belajar
Indikator tingkah laku dalam belajar tersebut terdiri dari dua sub indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak 8 pernyataan sebagai
berikut:
91 1
Tidak tertib dalam pembelajaran 2
Tidak tertib dalam mengerjakan tugas Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, indikator
tingkah laku dalam belajar siswa ada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki ketertiban dalam belajar.
Tingkah laku siswa dalam belajar atau pembelajaran dapat mencerminkan hasil belajar yang diperolehnya. Siswa yang tidak
berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola tingkah laku yang menyimpang seperti melalaikan tugas, acuh pada pembelajaran,
mengganggu suasana belajar di dalam kelas yang menggambarkan ketidak tertiban siswa dalam belajar. Menurut Mulyadi 2010:8 salah
satu gejala siswa berkesulitan belajar dapat dilihat dari tingkah laku yang kurang wajar yang menunjukkan kebiasaan sehari
–harinya. d.
Indikator Emosi Persaan saat Belajar Indikator emosi perasaan saat belajar tersebut terdiri dari dua
sub indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak 8 pernyataan sebagai berikut:
1 Tidak senang belajar
2 Hubungan yang kurang baik dengan teman
Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, indikator emosi perasaan saat belajar siswa ada pada kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki rasa senang pada pembelajaran.
92 Salah satu ciri perkembangan emosi anak adalah mereka selalu
memiliki keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan Rita Eka zzaty, 2008: 113 . Jika keinginan mereka dalam belajar
kuat akan menimbulkan kesenangan mereka untuk belajar. hal ini tentu sangat berdampat baik bagi keberhasilan anak mencapai tujuan
belajarnya. Selain itu, pergaulan yang semakin luas dengan teman sebaya dan teman sekolah membuat mereka mulai dapat bekerjasama
dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Peran teman dalam proses belajar sangat tinggi. Melalui teman, anak bisa melakukan
kegiatan belajar bersama dan berbagai kegiatan positif lainnya. Sehingga pada usia ini, keadaan emosi dan hubungan dengan teman
masih sangat mempengaruhi keberhasilan belajarnya Rita Eka Izzaty, 2008:111.
Apabila siswa tidak suka dengan belajar, maka belajar menjadi hal yang menyebalkan atau malah menakutkan bagi anak sehingga
dia akan melakukan banyak hal untuk dapat menghindar dari kegiatan belajar. hal ini tentu akan berpengaruh pada proses belajar yang
dialaminya.
2. Jenis Bidang Studi yang Sulit Dipelajari Siswa Kelas V SD N