76 Hasil observasi dan wawancara tersebut menyimpulkan bahwa
siswa Ct tidak memiliki minat belajar, siswa Ag memiliki minat belajar yang rendah, siswa Hg hanya memiliki minat belajar pada
pelajaran tertentu yaitu olahraga dan menggambar, sedangkan siswa Nv memiliki minat belajar yang cukup tinggi pada semua mata
pelajaran.
e. Bakat
Berdasarkan hasil wawancara pada Kamis, 4 Juni 2015, Hg memiliki bakat dibidang olahraga. Hg memiliki minat dan prestasi
yang bagus dalam bidang olahraga. Prestasinya dalam bidang olahraga juga ditampilkan dalam poster sekolah dengan fotonya bersama piala
yang berhasil diraihnya. Bidang olahraga yang ditekuni Hg adalah sepak bola. Ia sudah meraih prestasi hingga ke tingkat antar provinsi
di Jawa. Selain sepak bola, Hg juga suka menggambar. Pada observasi hari Kamis, 4 Juni 2015 observer melihat buku tulis Hg banyak
gambar yang dia buat. Siswa Ct bakat yang menonjol di bidang lain. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara berikut ini. Peneliti :
“Apakah adik memiliki hobi di luar sekolah? ”
Hg :
“Sepak bola. Ikut club sepak bola, seminggu latihan 3 kali.”
Kamis, 4 Juni 2015 Peneliti :
“Prestasi apa yang diperoleh Hg yang terdapat pada poster sekolah?
” Bu Lasmi:
“Kalau Hngge itu punya bakat di sepak bola dan sudah berprestasi. Prestasinya sudah sampai se-jogja
dan jawa tengah. Sedangkan Ct sempat meraih juara tiga tartil sekecamatan gedong tengen. Anak
– anak
77 disini memang tidak terlalu bagus di akademiknya”
Rabu, 10 Juni 2015
Berdasarkan data di atas, siswa Hg dan Ct memiliki bakat dibidang diluar akademik yaitu bidang olahraga dan tartil Quran.
Sedangkan siswa g dan Nv tidak memiliki bakat di luar bidang akademik sekolah.
f. Cacat Tubuh
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, tidak ada cacat tubuh pada siswa yang dapat mengganggu proses
belajar siswa.
g. Lingkungan Keluarga
Setiap siswa memiliki latar belakang keluarga yang berbeda –
beda. Dalam sesi wawancara pada tanggal 4 Juni 2015, dapat diketahui keluarga Ag kurang memberikan dukungan baik dalam hal
penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Pola asuh orang tua Ag cenderung permisif dimana orang
tua cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Ag juga mengatakan bahwa orang tuanya
tidak pernah menyuruh belajar, menanyakan pelajaran sekolah, nilai, dan ulangan. Dia juga tidak pernah dimarahi atau ditegur saat nilainya
jelek. Orang tuanya tidak pernah melarangnya bermain meski Ag sering pulang larut malam. Ibu Ag yang bekerja sebagai PRT
membuat waktu dan tenaga untuk keluarga menjadi berkurang. Menurut guru kelas V pada wawancara hari Rabu, 10 Juni 2015, Ag
78 juga memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik. Hal dapat
dilihat dari cuplikan wawancara dengan guru kelas berikut ini. “Angga itu memang kemampuannya kurang, disisi lain dia ada
konflik dalam keluarganya.na` ma orang tua di akta kelahiran dan KK itu berbeda. Dia tinggal dengan ibu yang tertulis di KK, saat
saya konfirmasi katanya beliau itu budenya Angga. Tapi setahu saya, belau hanya punya satu anak saja yaitu Angga. Selain itu
saat kelas 4 bapaknya meninggal karena miras oplosan. Mungkin konflik seperti, ditambah kemampuan anak yang tidak terlalu baik
akhrinya sifat dan prestasinya buruk. Dulu sebenarnya tidak senakal dan sejelek itu nilainya, dulu masih mau belajar, tapi di
kelas V ini malah semakin buruk. Itu terjadi semenjak ayahnya
meninggal.” Rabu, 10 Juni 2015 Konflik keluarga yang dialami Ag mungkin mempengaruhi kualitas
hubungan Ag dan keluarganya.. Kondisi Ag tersebut berbeda dengan Ct. Keluarga Ct cukup
memberi dukungan dalam hal penyediaan fasilitas dan penciptaan suasana belajar yang kondusif. Dukungan belajar diberikan oleh
saudaranya dengan mendampingi Ct saat belajar. Ct juga memiliki ruang belajar sendiri di kamarnya. Orang tua Ct memiliki pola asuh
yang cenderung otoriter. Ibu Ct tidak bekerja sehingga memiliki lebih banyak waktu dan tenaga untuk keluarganya. Hal ini terlihat dari
cuplikan wawancara di bawah ini. “Pulang sekolah harus tidur siang dulu baru boleh main. Kalau
belum tidur saya tidak boleh main. Sore saya juga harus belajar kalau tidak nanti dimarahi bapak. Biasanya kakak saya yang
membantu saya belajar. Kalau kakak saya tidak ada saya nonton tv sambil pura- pura baca buku.
Saya dekat dengan orang tua, biasanya ngobrol saat nonton tv, trus dibantu mengerjakan PR
sama kakak. ”
79 Dukungan belajar yang cukup baik juga diberikan orang tua
kepada Hg. Orang tua terutama ayahnya mendampingi Hg saat belajar. Pola asuh Hg cenderung otoritatif, hal ini terlihat dari
dukungan ayahnya pada prestasi Hg dibidang lain yang menjadi hobinya yaitu sepak bola. Ibu Hg yang tidak bekerja juga membuat Hg
tetap mendapat perhatian yang cukup di rumah. Berikut cuplikan wawancara yang dilakukan kepada Hg.
“Bapak selalu mengingatkan buat belajar dan biasanya saya belajar bersama bapak. Saya pernah dimarahin bapak gara-gara
mbolos les sepak bola. Bapak marah soalnya udah bayar mahal malah bolos.”
Hubungan keluarga yang cukup baik juga dimilikii oleh Nv. Dukungan keluarga Nv terhadap belajar yang cukup baik ditunjukkan
dengan didampinginya Nv saat belajar oleh kakak. Demikian kesimpulan wawancara pada tanggal 4 Juni 2015 yang dilakukan
kepada Nv. Hasil tersebut didukung oleh pernyataan guru kelas V pada wawancara tanggal 10 juni 2015 di bawah ini.
“Kata Ayahnya, di rumah kalau sedang mau belajar ya belajar tapi kalau tidak mau biasanya sampai disuruh
– suruh belajar sama kakaknya.”
Terdapat beberapa hal dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa dari pemaparan hasil wawancara
di atas. Pertama adalah dukungan keluarga pada proses belajar siswa. Dukungan tersebut dapat berupa penciptaan suasana penyediaan
fasilitas belajar, dan adanya pendampingan saat siswa belajar di rumah. Suasana yang kondusif dapat membuat siswa lebih tenang dan
80 nyaman saat belajar, fasilitas membantu siswa semakin mudah dalam
belajar, dan pendampingan belajar membuat siswa lebih terbimbing dalam mengatasi materi yang sulit mereka pahami. Pola asuh orang
tua yang diterapkan dan kualitas hubungan antara orang tua dan anak juga memberikan dampak pada bentuk perilaku siswa dalam belajar.
Pola asuh yang permisif membuat siswa tidak dapat mengendalikan diri dan membagi waktu untuk belajar. Siswa tidak peduli dengan
hasil belajarnya
karena orang
tua mereka
juga tidak
memperdulikannya. Kualitas hubungan siswa dengan orang tua dapat dilihat dari besar kecilnya perhatian yang diberikan orang tua yang
juga dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua siswa. Hal lain yang turut mempengaruhi proses belajar adalah permasalahan dalam keluarga
yang memberi dampak pada motivasi belajar dan beban pikiran yang ditangung oleh siswa.
h. Lingkungan Masyarakat