Gejala Kesulitan Belajar KAJIAN TEORI

23

D. Gejala Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada dasarnya dapat diidentifikasi dari suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak langsung Mulyadi, 2010: 7. Blassic dan Jones Muhamad Irham, 2014: 261 mengemukakan karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan dari beberapa karakteristiknya berupa behavioral kebiasaan sehari – hari, cara bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar yang ia capai. Kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik dapat berwujud dalam berbagai macam gejala, baik gejala kognitif, afektif, maupun psikomotorik Sugihartono, 2007: 153. Selain itu, Sumadi Suryobroto Sugihartono, 2007: 153 mengemukakan empat indikator terjadinya kesulitan belajar pada siswa, yaitu: 1. Grade level, apabila anak tidak naik kelas hingga dua kali. 2. Age level, apabila kelas yang diduduki anak tidak sesuai dengan usianya yang bukan disebabkan oleh keterlambatan usia saat masuk sekolah. 3. Intelligensi level, apabila tingkat intelektual siswa tidak sesuai dengan prestasi belajarnya lebih rendah dari harapan. 4. General level. Apabila siswa memiliki prestasi yang rendah atau sangat rendah pada mata pelajaran tertentu tetapi secara umum dapat mencapai prestasi yang diharapkan. 24 Mulyadi 2010: 8 mengemukakan bahwa siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat diketahui melalui beberapa ciri – ciri yang ditunjukkan siswa tersebut. Beberapa ciri – ciri tersebut adalah : 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata – rata nilai yang dicapai oleh kelompokknya atau di bawah potensi yang ia miliki. 2. Hasil yang dicapai siswa tidak sebanding dengan usaha yang telah dilakukan siswa. 3. Lambat dalam melakukan tugas – tugas kegiatan belajar. 4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura – pura, dusta dan sebagainya. 5. Menujukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib, dan lain sebagainya. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggunga, pemarah, dan tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal saat mendapat nilai yang rendah, dan lain sebagainya. Ciri – ciri atau gejala tersebut dapat diamati oleh guru dalam proses pembelajaran dan menunjukkan adanya hambatan yang dialami oleh peserta didik. 25 Sementara itu, H.W. Burton Mulyadi, 2010: 8-9 mengidentifikasikan seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, jika siswa menunjukkan kegagalan – kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan – tujuan belajarnya. Kegagalan belajar yan dimaksud yaitu : 5. Siswa dikatakan gagal, apabila ia tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan mastery level minimal yang telah ditetapkan guru dalam batas waktu tertentu. 6. Siswa dikatakan gagal, apabila ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi sesuai dengan intelegensi atau ukuran tingkat kemampuannya. 7. Siswa dikatakan gagal, apabila ia tidak dapat mewujudkan tugas – tugas perkembangan sesuai dengan fase perkembangan dan usianya. 8. Siswa dikatakan gagal, apabila ia tidak dapat mencapai tingkat penguasaan mastery level yang diperlukan sebagai prasyarat prerequisit bagi kelanjutan continuity pada tingkat pelajaran berikutnya. Berdasarkan empat hal diatas, Depdiknas menentukan patokan kesulitan belajar seperti di bawah ini: 1. Tingkat Pencapaian tujuan Dalam dunia pendidikan terdapat tujuan pendidikan yang menjadi dasar dibuatnya tujuan institusional lembaga – lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini kemudian akan dijabarkan menjadi tujuan kurikuler dalam rencana pembelajaran. Tujuan 26 kurikuler ini masih dirinci lagi dengan dibuatnya tujuan instruktusional yaitu perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan setelah siswa mengikuti program pembelajaran. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila ia dapat mencapai tujuan – tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan siswa yang mendapatkan hambatan dan tidak dapat mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Untuk mengetahui hal tersebut, tujuan pembelajaran hendaknya sudah dirumuskan secara jelas dan operasional sebelum proses belajar dimulai. Tingkatan pencapaian tujuan tersebut dapat kita ukur dengan menganalisis prestasi atau hasil belajar yang diperoleh siswa. Secara statistik berdasarkan distribusi normal seseorang dikatakan berhasil jika dapat menguasai sekurang – kurangnya 60 dari tujuan yang harus dicapai. Menurut Sugihartono 2007: 152 setiap peserta didik akan dapat mencapai tujuan belajarnya apabila diberi waktu yang cukup untuk belajar 2. Perbandingan Antara Potensi dan Prestasi Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa tergantung dari tingkat potensinya kemampuan baik yang berupa bakat maupun kecerdasan. Anak yang memiliki potensi tinggi cenderung dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi pula, sebaliknya anak yang mempunyai potensi rendah akan mendapat prestasi yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dan prestasi yang 27 dicapai, dapat diperkirakan sejauh mana anak mewujudkan potensinya. Siswa yang mendapatkan kesulitan belajar adalah siswa yang memiliki perbedaan besar antara potensi dengan prestasi. 3. Kedudukan dalam Kelompok Kedudukan seseorang dalam kelompoknya dapat menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajar. secara statistik, siswa diperkirakan mengalami kesulitan belajar jika menduduki urutan paling bawah dalam kelompoknya atau memiliki nilai di bawah nilai rata – rata kelompoknya. 4. Tingkah Laku yang Nampak Hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan nampak dalam tingkah lakunya. Siswa yang tidak berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola tingkah laku yang menyimpang. Misalnya: menunjukkan sikap acuh tak acuh, melalaikan tugas, menentang, membolos, menyendiri, dusta, kurang motivasi serta gangguan emosionalnya. Berdasarkan berbagai gejala kesulitan belajar dari para ahli yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar dapat diidentifikasi melalui berbagai gejala yaitu, 1 siswa menunjukkan hasil belajar yang rendah atau tidak sebanding dengan usahanya; 2 menjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh, menentang, berbohong, dan lain sebagainya; 3 menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti 28 membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan PR, tidak tertib, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat, dan lain sebagainya; 4 menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, dan tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal saat mendapat nilai yang rendah, dan lain sebagainya.

E. Jenis Kesulitan Belajar