Pembelajaran Apresiasi Sastra Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas

47 didik 2 karakteristik sosial budaya daerah 3 perkembangan psikologis peserta didik 4 kebermanfaatan bagi peserta didik 5 kebutuhan nilai etis, estetis dan daya tarik peserta didik 6 kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 7 tingkat keterbacaan dan pemahaman peserta didik. Beberapa kriteria tersebut diperjelas dalam beberapa indikator yang terlampir pada halaman 144 sampai dengan 164.

c. Pembelajaran Apresiasi Sastra

Secara khusus pembelajaran sastra bertujuan untuk mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai efektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, sebagaimana yang tercermin di dalam karya sastra. Dalam bentuknya yang paling sederhana pembinaan apresiasi sastra membekali siswa dengan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Porsi dan cara penyampian bekal tersebut bergantung pada tingkat pendidikan tentu saja penyampian tersebut tetap bergantung pada ketimbalbalikan proses belajar-mengajar. Guru memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar apresiasi sastra. Agar siswa sejak awal dapat tertarik pada novel yang sedang dibahas, guru hendaknya menunjukkan bagian yang menarik dari novel sebelum siswa membaca dan mengapresiasinya. Guru hendaknya membantu siswa membantu siswa memberikan pentahapan bab-bab yang akan dipelajari. Salah satu tugas utama guru dalam memberikan pengajaran novel adalah membantu siswa menemukan konsep yang benar tentang novel yang disajikan.Selain itu, guru juga harus menggunakan metode yang bervariasi dan kreatif agar siswa memiliki minat belajar yang tinggi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam kegiatan pembelajaran apresiasi novel ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pertama, pemahaman materi dan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran termasuk peran guru dalam menjelaskan serta mendampingi peserta didik dalam memahami novel.

d. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas

Pengajaran sastra di sekolah pastilah memiliki peran tertentu. Mengenai peran tersebut Moody dalam Toha, 2002:106 mengatakan bahwa pengajaran 48 sastra berperan dalam meningkatkan berbagai keterampilan berbahasa, membantu meningkatkan pengetahuan tentang budaya, dan memberi manfaat bagi pengembangan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Pengajaran sastra meliputi teori sastra, apresiasi, dan kritik sastra. Pengajaran sastra di sekolah menengah biasanya mengenal kritik sastra dalambentuk analisis karya sastra. Karya sastra digunakan sebagai bahan ajar di SMA biasanya berbentuk puisi, cerpen, roman, dan novel. Pengajaran sastra di SMA dilakukan dengan berpatokan pada kurikulum yang berlaku. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA, Badan Standar Nasional Pendidikan 2006:260 menyatakan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indoensia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1 Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; 2 guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3 guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; 4 orang tua dan masyarakat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program berbahasa dan bersastra di sekolah; 5 sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kehasna daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional BNSP, 2006:260 Badan Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, bercerita, membaca, dan menulis.Pada akhir pendidikan di SMA, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsastra.Buku sastra itu baik 49 berupa karya sastra asli Indonesia maupun karya terjemahan yang tentunya disesuaikan dengan kriteria yang ada. Batasan-batasan materi akan mempermudah guru dalam memilih materi yang tepat untuk diajarkan sehingga guru mampu memberikan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Berikut ini Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran apresiasi sastra novel yang ada di SMA sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berkaitan dengan sastra, khususnya novel. Pembelajaran apresiasi novel Indonesia maupun terjemahan di dalam Kurikulum KTSP dilaksanakan di kelas XI. Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah diatur BNSP, pada semester dua pembelajaran apresiasi novel siswa diharapkan mampu memahami berbagai penggalan pembacaan novel dan mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel. Tabel 2.1. SK dan KD Pembelajaran Apresiasi Novel SMA Kelas XI Semester 1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Pembelajaran apresiasi novel di dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan di kelas XII. Berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Kurikulum 2013, tujuan pembelajaran apresiasi novel adalah 1 Peserta didik mampu memahami struktur dan kaidah novel baik melalui lisan maupun tulisan 2 Peserta didik mampu menginterpretasi makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan 3 Peserta didik mampu membandingkan teks novel baik melalui lisan maupun tulisan 4 Peserta didik mampu menganalisis teks novel Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia terjemahan Novel Indonesia dan novel terjemahan • unsur-unsur intrinsik alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat • unsur ektrinsik dalam novel terjemahan nilai budaya, sosial, moral, dll 50 baik lisan maupun tulisan. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.2 KI dan KD Pembelajaran Apresiasi Novel SMA Kelas XII Semester 2 Kurikulum 2013 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 3.1 Memahami struktur dan kaidah novel baik melalui lisan maupun tulisan. 3.2 Menginterpretasi makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan. 3.3 Membandingkan teks novel baik melalui lisan maupun tulisan. 3.4 Menganalisis teks novel baik lisan maupun tulisan. Konflik batin dalam karya sastra termasuk inti dari karya sastra. Tanpa konflik cerita akan menjadi hambar dan tidak menarik. Konflik yang disajikan dalam suatu karya sastra khususnya novel, mampu memberikan kesan dan pesan untuk dijadikan materi pada pembelajaran sastra.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Jatmiko, Sumarwati dan Raheni Suhita 2012 Universitas Sebelas Maret, Surakarta dengan judul Konflik Batin Tokoh-Tokoh dalam Kumpulan Cerita Madre Karya Dewi Lestari. Konflik batin yang terdapat di dalam kedua cerpen tersebut berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut. Pertama, ketidakjelasan silsilah keluarga Tansen; mendapatkan warisan dari orang yang tidak dikenal. Kedua, konflik dengan Pak Hadi karena mengetahui sejarah keluarga Tansen dan harus bercerita; madre hendak dijual. Ketiga, konflik dengan Mei karena kesalahan masa kecil. Keempat, ketakutan Christian akan

Dokumen yang terkait

analisis struktural dan nilai pendidikan karakter novel kelangan satang karya Suparto Brata dan relevansinya sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra di kelas XI.

5 24 17

Aspek Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter Novel-novel Karya Andrea Hirata serta Relevansinya dengan Pembelajaran Apresiasi Prosa.

0 0 17

Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dan Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman El Zhirazy Kajian Psikologi Sastra Serta Relevansinya Sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Siswa SMA/SMK Kelas XII.

3 29 38

Konflik Batin dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel 12 Menit Karya Oka Aurora serta Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Atas.

0 1 16

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL PULANG KARYA LEILA S. CHUDORI SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

5 36 179

KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL OMBAK SANDYAKALANING, KARYA TAMSIR A.S. SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SISWA SMA.

0 1 18

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA).

0 0 17

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVELET KETIKA MAS GAGAH PERGI KARYA HELVY TIANA ROSA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

0 2 18

Konflik Batin Tokoh Utama dan Nilai Pendidikan Karakter pada Novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel Ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Siswa SMA Kelas XII - UNS Institutional Repository

0 0 17

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM NOVEL PANALANGSA KARYA ANY WIDAJATI SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA JAWA DI SMA (ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA)

0 0 17