22 d Amanat
Apabila tema karya sastra berhubungan dengan arti meaning dari karya sastra itu, amanat berhubungan dengan makna significance dari karya itu. Tema
bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan
makna karya itu bagi dirinya dan semuanya cenderung dibenarkan Waluyo, 2006: 140.
Amanat dalam karya sastra sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungannya. Wujud amanat dapat berupa kata-kata mutiara, nasihat, firman Tuhan, dan sebagainya. Amanat merupakan bagian integral dari
dialog dan tindakan tokoh cerita. Jadi, amanat bukan merupakan bagian yang seakan-akan lepas dari kedua unsur tersebut, yaitu unsur dialog dan tindakan
tokoh cerita.
2. Hakikat Psikologi Sastra a. Pengertian Psikologi Sastra
Ditinjau dari ilmu bahasa, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku dan
keadaan jiwa individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Psikologi mempelajari bentuk tingkah laku perbuatan, aktivitas
individu dalam relasinya dengan lingkungannya. Misalnya jika seseorang itu berpikir, maka dia memikirkan seseorang atau suatu masalah yang diciptakan oleh
manusia lain, jika dia menaruh kebencian, maka dia membenci seorang musuh dalam satu situasi tertentu. Maka keberadaan individu itu selalu ada dalam
kebersamaan dengan individu-individu lain dengan senantiasa ada dalam satu lingkungan sosial.
Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan Endraswara, 2003:96. Kajian sastra ini menyelidiki peran jiwa manusia dan faktor kejiwaan dalam penciptaan karya sastra. Karya sastra menampilkan
aspek-aspek kejiwaan melaui tokoh-tokoh dalam teks.
23 Karya sastra memiliki hubungan yang erat dengan psikologi karena dalam
sebuah karya sastra berbentuk puisi atau prosa selalu memuat tokoh-tokoh tertentu. Hal tersebut dikuatkan oleh Jatman dalam Endraswara, 2003:97 bahwa
karya sastra dan psikologi memang memiliki hubungan yang erat, secara langung dan fungsional. Dikatakan langsung karena memiliki objek yang sama yaitu
kehidupan manusia, hanya saja psikologi bersifat real sedangkan sastra bersifat imajinatif.
Dalam bukunya Metode Penelitian Psikologi Sastra, 2008 halaman 7-8 Endraswara menjelaskan bahwa psikologi sastra dianggap penting karena
pertama, karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar subconscious
setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar conscious dalam penciptaan karya sastra. Jadi, proses penciptaan karya
sastra terjadi dalam dua tahap yaitu tahap pertama meramu gagasan dalam situasi imajinatif dan abstrak kemudia dipindahkan ke tahap kedua yaitu penulisan karya
sastra yang sifatnya konkrit. Kedua, mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari tingkat pertama, yang berada dalam keadaan sadar.
Bisa terjadi bahwa dalam situasi tingkat pertama gagasan itu sangat baik, sehingga mutu karya tersebut akan sangat bergantung pada kemampuan penulis menata dan
mencerna perwatakan dan menyajikannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Jadi, dalam hal ini penelitian dan analisis ditujuakan pada masalah proses.
Ketiga, disamping membahas proses penciptaan dan kedalaman segi perwatakan tokoh, perlu pula mendapat perhatian dan penelitian yaitu makna,
pemikiran dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra. Pada dasarnya, psikologi sastra memiliki arti penting bagi kita dalam menentukan nilai-nilai
kehidupan yang ada dalam sebuah karya sastra. Dari psikologi sastra dapat dipetik nilai kemanusiaan dari tokoh-tokoh dalam karya imajinatif.
Minderop dalam bukunya Psikologi Sastra, 2013 halaman 59 menjelaskan bahwa langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui tiga cara, pertama
melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra
24 sebagai objek penelitian kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap
relevan untuk digunakan. Ketiga, secara simultan menemukan teori dan objek penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk mengkaji novel Penyelamat Kakakku karya Jodi Picoult. Teori
psikoanalisis dipilih karena teori ini dianggap relevan untuk menganalisis konflik batin tokoh pada novel tersebut.
b. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud