Metode Tolak ukur Deskripsi Hasil Penelitian

63 Anggaran tersebut kemudian di plotkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keterampilan yang ada. Kebutuhan tersebut bisa berupa mediabahan dan sarana dan prasarana.

d. Metode

Untuk perencanaan berbentuk metode, program bimbingan keterampilan tidak ada perencanaan khusus untuk metode yang digunakan. Hanya saja metode yang akan digunakan selalu berbentuk praktek dan diselingi dengan teori. Hal tersebut di paparkan oleh Ibu WD: “kalau pelatihan disini itu berbeda sekali dengan pelatihan di SMK, disini itu bisa dikatakan teori itu 20 prakteknya 80. Jadi anak-anak memang lebih banyak praktek yang dilaksanakan secara klasikal gitu di dalam kelas semua. Nah mereka juga ada dukungan fillstudy, kalau di SMK namanya kunjungan industry itu biasanya kita laksanakan per triwulan sekali jadi mereka kita ajak ke sebuah industry. Disana kita belajar seperti praktek dilapangan yang biasa kita tekankan ke perusahaan yang buat fillstudy itu ya success story nya gimana untuk memotivasi untuk anak-anak. Nah yang berbeda disini dengan di tempat lain itu instruktur kita peseni lah, bu tolong dimotivasi juga anak- anaknya, karena anak-anak disini adalah anak-anak yang punya masalah bukan anak-anak yang seperti di SMK, minimal mereka punya masalah dengan ekonomi, kepercayaan diri, harapan. Seperti itu mereka pasti ada masalah” CW 2, 10042017 Kemudian ibu Sp menambahkan: “kalau metode ya disini kebanyakan praktek mba, kan pelatihan to.. jadi teorinya sedikit prakteknya yang banyak. Nanti ada kunjungan study juga. Tapi karena disini anak-anaknya itu mempunyai latar belakang yang berbeda dengan peserta pelatihan lainnya jadi disini a da perlakuan khususnya.” CW 6, 20042017 64 Jadi kesimpulan yang didapat, tidak ada metode khusus untuk direncanakan. Hanya saja dalam pelaksanaannya metode yang digunakan yaitu 80 praktek dan 20 teori.

e. Tolak ukur

Tolak ukur yang ada di perencanaan program bimbingan keterampilan ini digunakan sebagai patokan warga binaan selesai mengikuti bimbingan keterampilan. Patokan tersebut yaitu ketika warga binaan sudah mengikuti kegiatan PBK. Ketika warga binaan sudah diberangkatkan melakukan PBK itu artinya setelah mereka selesai mengikuti PBK, warga binaan sudah dinyatakan lulus dari BPRSW. Ibu WD mengatakan: “dikatakan lulus ya kalau mereka sudah ikut PKL. Kalau mereka sudah menguasai keterampilan dan dirasa sudah mampu untuk PKL nanti mereka akan dinilai oleh instruktur, kemudian mereka di bawa ke psikolog nah setelah itu baru kami yang memutuskan anak ini layak atau tidak untuk di PKL-kan. Nah PKL itu dilaksanakan selama 25 hari, seperti magang nanti dia ditempatkan di tempat-tempat yang memang sudah bekerja sama dengan kami. Setelah PKL selesai baru mereka dikatakan lulus dari BPSRW.” CW 2, 10042017 Kemudian Ibu Sp menjelaskan: “dia dikatakan lulus setelah melalui proses PBK praktek belajar kerja selama 25 hari diluar. Kayak magang itu, kalau dia sudah magang berarti dia sudah dapat sertifikat dinyatakan selesai mengikuti disini. Untuk sampai ke PBK ini itu kita dengan beberapa penilaian. Pertama dari instruktur, apakah secara kemampuan dia sudah bisa, kemudian dari si peksos secara mental sosial perilaku dan lain-lain, kemudian dari psikologi sudah siap mental atau belum terutama untuk terjun ke pekerjaan. Dan ketika semua hasilnya sudah oke baru kita laksanakan PBKmagang itu tadi….” CW 6, 20042017 65 Jadi petokan yang digunakan yaitu warga binaan dikatakan lulus setelah mereka sudah mendapat penilaian dari instruktur, peksos dan juga psikolog. Kemudain mereka sudah mengikuti proses PBK selama 25 hari ditempat yang telah ditentukan oleh BPRSW. Tempat tersebut merupakan tempat yang telah bekerja sama dengan BPRSW. 2 Pelaksanaan Program

a. Proses Pelaksanaan Program