commit to user
54
Pasal 77 3 dinyatakan, Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud Mahkamah
Konstitusi menyatakan membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan menetapkan hasil
penghitungan suara yang benar.
2. Berdasarkan rumusan masalah kedua tentang putusan Mahkamah Konstitusi
NO.41PHPU.D-VI2008 tentang pemilihan kepala daerah ulang di Jawa Timur ditinjau dari undang-undang Pemerintahan Daerah UU No.32 Tahun 2004 dan
yang diperbaruhi dengan UU No.12 Tahun 2008 dapat dikemukakan hasil penelitian normatif hukum terhadap peraturan perundang-undangan sebagai
berikut.
a. Dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 57, dinyatakan, 3 Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah, dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang keanggotaannya terdiri atas
unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers, dan tokoh masyarakat,
4 Anggota panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berjumlah 5 lima orang untuk provinsi, 5 lima orang untuk
kabupatenkota dan 3 tiga orang untuk kecamatan. 5 Panitia pengawas kecamatan diusulkan oleh panitia pengawas
kabupatenkota untuk ditetapkan oleh DPRD. 6 Dalam hal tidak didapatkan unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
3, panitia pengawas kabupatenkotakecamatan dapat diisi oleh unsur yang lainnya.
7 Panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada DPRD dan
berkewajiban menyampaikan laporannya.
commit to user
55
Pasal 78 dinyatakan, Dalam kampanye dilarang:
a.Mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b.Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon kepala daerahwakil kepala daerah danatau partai politik;
c.Menghasut atau mengadu domba partai politik, perseorangan, danatau kelompok masyarakat;
d.Menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok masyarakat
danatau partai politik; e.Mengganggu keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum;
f.Mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah;
g.Merusak danatau menghilangkan alat peraga kampanye pasangan calon lain;
h.Menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan pemerintah daerah;
i. Menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan; dan j.Melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan kaki
danatau dengan kendaraan di jalan raya. Pasal 81 dinyatakan,
1Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf a, huruf b, huruf c, huruf
d, huruf e, dan huruf f, merupakan tindak pidana dan dikenal sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf g, huruf h, huruf i dan
huruf j, yang merupakan pelanggaran tata cara kampanye Pasal 103 dinyatakan,
2 Penghitungan ulang surat suara dilakukan pada tingkat PPS apabila terjadi perbedaan data jumlah suara dari TPS.
commit to user
56
3 Penghitungan ulang surat suara dilakukan pada tingkat PPK apabila terjadi perbedaan data jumlah suara dari PPS.
4 Apabila terjadi perbedaan data jumlah suara pada tingkat KPU KabupatenKota, dan KPU Provinsi, dilakukan pengecekan ulang
terhadap sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara pada 1 satu tingkat di bawahnya.
Pasal 104 dinyatakan, 2
Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan
atau penghitungan Maka tidak dapat dilakukan.
2 Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Panitia Pengawas Kecamatan terbukti terdapat satu
atau lebih dari keadaan sebagai berikut: a. pembukaan kotak suara danatau berkas pemungutan dan
penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
b. petugas KPPS meminta pemilih memberi tanda khusus ,menandatangani, atau menulis nama atau alamatnya pada surat suara
yang sudah digunakan; c. lebih dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu kali
pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda; d. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah
digunakan oleh pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah; danatau
e. lebih dari seorang pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih mendapat kesempatan memberikan suara pada TPS.
Pasal 106 dinyatakan, 2
Keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah hanya dapat diajukan oleh pasangan calon
kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat 3 tiga hari setelah penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah.
2 Keberatan sebagaimana dimaksud hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon.
commit to user
57
b. Dalam UU No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 233 dinyatakan, 2 Pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang masa jabatannya berakhir pada bulan November 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan berdasarkan Undang-
Undang ini paling lama pada bulan Oktober 2008.
3 Dalam hal terjadi pemilihan kepala daerah putaran kedua,
pemungutan suara diselenggarakan paling lama pada bulan Desember 2008.
Pasal 236C dinyatakan, Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 delapan belas bulan
sejak Undang-Undang ini diundangkan .
B. Pembahasan