Staat Fundamentalnorm Staats Grundgesetz batang tubuh UUD 1945 Formell Gesetz Undang-Undang IV. Verordnung dan Autonome Satzung

commit to user 15 Negara Indonesia adalah Negara hukum. Arti hukum terbentuk pada bentuk hukum, sedangkan keadilan ada hubungannya dengan hukum yang berada diluar pengertian hukum sebagai hukum. Hukum sah asal bersumber dari norma dasar dan mempunyai efektifitas, karena norma dasar atau grundnorm adalah dasar segala kekuasaan dan merupakan legalitas hukum positif. Hukum dapat bertepatan dengan ketidak adilan juga, karena sudut pandang hukum dapat dilihat dari berbagai aspek, sehingga keadilan dan ketidak adilan sangatlah relatif sekali, yag terpenting hukum dilaksanakan sesuai dengan aturan hukum yang ada. Norma hukum dalam Negara dibagi dalam empat kelompok menurut Maria Farida Indrati Soeprapto, yaitu. - Kelompok I. Staats Fundamentalnorm norma fundamental Negara yang merupakan pembukaan UUD 1945 - Kelompok II. Staats Grundgesetz aturan dasarpokok Negara yaitu batang tubuh UUD 1945 - Kelompok III. Formell Gesetz undang-undang formal, seperti UU - Kelompok IV. Verordnung dan Autonome Satzung aturan pelaksana dan aturan otonom, seperti PP, Perda, dan peraturan pelaksana lainnya. Diagram piramid Theorie Stufenaufbao der Rechtsordnung, Nawiasky-Kelsen Konstitusi menggambarkan hukum positif ditingkat tertinggi. Mengambil pengertian kata subtantif dan fungsi esensial konstitusi yang bergantung pada pengaturan alat pemerintah dan proses penciptaan hukum umum, yaitu proses legislasi. Disamping itu konstitusi menetapkan muatan undang-undang dimasa depan. 25 25 Stanley Poulson, Op.cit, hlm. 106

I. Staat Fundamentalnorm

pembukaan UUD 1945

II. Staats Grundgesetz batang tubuh UUD 1945

III. Formell Gesetz Undang-Undang IV. Verordnung dan Autonome Satzung

Peraturan Pelaksana, PP, Perda, dll I II III IV commit to user 16 Hans Kelsen mengemukakan teorinya mengenai jenjang norma hukum Stufentheorie dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang- jenjang dan berlapis lapis dala suatu hirarki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlakunya, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi , norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasarkan pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu norma dasar Grundnorm. Norma dasar merupakan norma tertinggi dalam sistem norma tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai norma dasr yng merupakan gantungan bagi bagi norma-norma yang berada dibawahnya, sehingga suatu norma dasar tersebut dikatakan pre-supposed. Suatu norma hukum itu keatas ia bersumber dan berdasarkan pada norma yang diatasnya, tetapi kebawah menjadi dasar dan menjadi sumber bagi norma hukum di bawahnya sehingga norma hukum mempunyai masa berlakunya yang relatif, karena masa berlakunya suatu norma hukum tergantung pada norma hukum yang berada diatasnya, sehingga apabila norma hukum yang berada di atasnya dicabut atau di hapus, maka norma-norma hukum yang berada di bawahnya tercabut atau terhapus pula. Norma fundamental Negara merupakan norma tertinggi dalm suatu Negara, yaitu norma yang tidak dapat dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi. Norma fundamental merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi dan undang- undang dasar suatu Negara. Hakekat hukum fundamental ialah syarat bagi berlakunya suatu konstitusi atau undang-undang dasar. Aturan dasar Negara adalah norma hukum dibawah dasar fundamental. Norma dalam aturan dasar ini merupakan aturan-aturan umum yang masih bersifat garis besar sehingga masih merupakan norma tunggal dan belum disertai norma skunder. Di Indonesia aturan dasar terdapat dalam Pancasila dan batang tubuh UUD 1945. Aturan dasar merupakan landasan bagi pembentukan undang-undang dan peraturan lainnya yang lebih rendah. Aturan dasar berisi garis-garis besar atau pokok kebijaksanaan Negara, juga terutama aturan-aturan untuk memberlakukan commit to user 17 norma-norma hukum, peraturan perundang-undangan, atau menggariskan tata cara membentuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum. 26 Norma dalam undang-undang sudah konkrit dan terperinci dapat langsung berlaku dalam masyarakat. Norma ini bersifat tunggal dan juga sudah bisa dicamtumkan norma-norma yang bersifat sanksi. Peraturan pelaksana adalah berfungsi menyelenggarakan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, Pancasila merupakan norma fundamental Negara yang merupakan norma hukum yang tertinggi, yang kemudian berturut-turut diikuti oleh batang tubuh UUD 1945, serta hukum dasar sebagai aturan dasar Negara, undang-undang serta peraturan pelaksana dan peraturan otonom yang dimulai dari Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan pelaksanaan, dan peraturan otonom lainnya. Perhatian teori hukum Hans Kelsen adalah menitik beratkan pada keabsahan norma-norma hukum ditetapkan berdasarkan pertimbangan norma ditingkat lebih tinggi berikutnya, dan seterusnya, hinga norma paling tinggi dalam sistem hukum tersebut dicapai level konstitusi. Sistem hirarkis mempengaruhi kepastian hukum, karena hukum di Negara yang beraliran civil law system diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan tertulis yang dibuat oleh lembaga yang berwenang untuk membuatnya dan mempunyai legalitas hukum. Dalam Negara hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitaas dalam segala bentuknya, setiap tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan tertulis tersebut menurut Malcolm Waters dalam Otje Salman dan Anton F. Susanto, teori posivistik adalah: “Teori yang mencoba untuk menjelaskan hubungan secara empiris antara variable dengan menunjukkan bahwa variabel-variabel itu dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan teoris yang lebih abstrak. Teori ini menjelaskan tentang pernyataan-pernyataan yang spesifik, karena teori ini sangat memfokuskan pada hubungan-hubungan empiris tertentu, temuan- temuannya yang belum terbukti mempunyai pengaruh”. 27 26 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang‐ undangan, ctk. Kesepuluh, Kanisius, Yogyakarta, 1998 27 Otje Salman dan Anton Susanto, Teori Hukum, ctk. Kedua, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm. 24 commit to user 18 Dari sudut pandang penerapan termasuk penelitian berfokuskan pada masalah, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah itu ditentukan atas dasar kerangka teoritis. Sehingga penelitian ini menjadi penghubung antara penelitian murni dengan penelitian terapan. Berpijak dari teori hukum murni sebagai teori dasar penelitian tesis, maka secara teori putusan Mahkamah konstitusi yang merupakan praktik hasil dari produk hukum suatu lembaga peradilan Negara tersebut tidak dapat dibenarkan dan melanggar hukum normatif. 28 Ada lima konsep hukum menurut Soetandyo Wignyosoebroto, yaitu: 1 Hukum adalah suatu asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal 2 Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang- undangan hukum nasional 3 Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim, inconcreto, dan tersistematisasi sebagai judge made law 4 Hukum adalah pola prilaku sosial yang terlambangkan, eksis sebagai variable sosial yang empirik 5 Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka. 29 Konsep hukum adalah suatu asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal merupakan sifat dasar hukum. Thomas Van Aquino berpendapat bahwa segala kejadian di alam dunia ini diperintah dan dikemudikan oleh suatu undang-undang abadi yang menjadi dasar kekuasaan dari peraturan lain. Terkait dengan asas hukum dalam peraturan perundang-undangan yaitu, bahwa hukum tidak dapat berlaku surut, undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula, hukum yang mengatur lebih khusus diutamakan dari yang bersifat umum, hukum yang baru dapat mengalahkan hukumyang lama, dan undang- undang tidak dapat diganggu gugat. 30 28 Setiono, Pemahaman terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universtas Sebelas Maret, Surakarta, 2002, hlm. 6 29 Ibid, hlm. 20 30 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 155 commit to user 19 Konsep hukum kedua adalah konsep hukum normatif. Konsep normatif hukum adalah suatu norma yang diidentikkan dengan keadilan yang harus diwujudkan ius constituendum, ataupun norma yang telah terwujudkan sebagai perintah yang eksplisit dan secara positif telah dirumuskan jelas dalam undang- undang ius constitutum untuk menjamin kepastian hukum. Sehingga seluruh produk hukum harus berdasarkan aturan yang telah tertulis dalam undang-undang. Menurut pandangan legisme, yang sesuai dengan konsep kedua, bahwa hukum adalah norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan. Hukum terbentuk hanya oleh undang-undang Wetgiving hakim secara tegas terikat pada peraturan yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Lembaga peradilan adalah hal menerapkan secara mekanisme dari ketentun undang-undang pada kejadian-kejadian yang konkrit. Dalam aliran legisme segala sesuatu telah ditentukan oleh hukumundang- undang, diluar undang-undang bukan merupakan hukum. Peradilan hanya sebagai lembaga pelaksana undang-undang. Aliran legisme berpendapat bahwa putusan hakim tidak penting, karena hukum adalah undang-undang. Hukum adalah semuanya telah diatur dan ditulis dalam teks undang-undang, jadi yang tidak tersebut ditulis dalam teks bukan termasuk dari hukum. 31 Asas hukum atau undang-undang adalah jiwa dari hukum tersebut. Asas- asas yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yaitu: 1 Undang-undang tidak dapat berlaku surut 2 Asas Lex Superiori Derogat legi Inferiori, Undang-undang yang dibuat penguasa lebih tinggi mempunyai kedudukan lebih tinggi pula 3 Asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis, undang-undang yang lebih khusus mengalahkan undang-undang yang bersifat umum 4 Asas Lex Pasteriore Derogat Lex Priori, undang-undang yang baru diutamakan daripada undang-undang yang lama 5 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. 32 31 Muchsin, op.cit, hlm. 8 32 C.S.T. Kansil, op.cit, hlm. 155 commit to user 20 Jika dikaitkan dengan tesis yang penulis teliti, maka putusan Mahkamah Konstitusi NO.41PHPU.D-VI2008 tentang pemilihan Kepala Daerah ulang di Jawa Timur dimungkinkan melanggar norma-norma positif yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar dan undang-undang, karena di dalamnya tidak mengatur kewenangan untuk memutus atau menyuruh Pemilihan Kepala Daerah ulang, tetapi terkait perselisihan hasil pemilihan umum, dalam Pasal 24C UUD 1945. Kaitan dengan tesis yang penulis teliti, konsep ketiga bahwa hukum menurut Soetandyo Wignyosoebroto adalah apa yang diputuskan oleh hakim, inconcreto, dan tersistematis sebagai judge made law. Maka Putusan Mahkamah Konstitusi NO.41PHPU.D-VI2008 dapat termasuk dalam konsep ketiga ini, karena putusan Mahkamah Konstitusi itu diputuskan oleh hakim Mahkamah Konstitusi yang merupakan penyelenggaraan atas kekusaan kehakiman. Hakim dapat membentuk hukum atas dasar bahwa hakim tidak dapat menolak perkara dengan alasan tidak ada hukum yang mengatur. Hakim mempunyai hak untuk membuat peraturan sendiri untuk menyelesaikan perkara. Walaupun hakim dapat menemukan atau menciptakan hukum, bukan berate hakim bebas membuat hukum sendiri, karena kedudukan hakim bukan pemegang kekuasaan legeslatif atau badan pembuat undang-undang. Keputusan hakim tidak punya kekuatan hukum yang bersifat umum, keputusan hakim hanya berlaku pada pihak-pihak tertentu saja. 33 Menurut aliran legisme bahwa putusan hakim kurang dianggap penting, karena sumber hukum dari aliran legisme adalah undang-undang, hakim hanya sebagai pelaksana dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam undang- undang. 34

B. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Tinjauan Kritis Terhadap Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Menyelesaikan Sengketa Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah

0 83 187

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

KAJIAN YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 41/PHPU.D-VI/2008 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TIMUR

0 3 18

KONTRADIKSI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008) Kontradiksi Putusan Mahkamah Konstitusi (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008).

0 2 18

SKRIPSI Kontradiksi Putusan Mahkamah Konstitusi (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008).

0 2 16

PENDAHULUAN Kontradiksi Putusan Mahkamah Konstitusi (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008).

0 3 13

Pembingkaian Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya (Studi Analisis Framing Tentang Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surya edisi 1 s.d 6 Juli 2010.

0 0 118

TEROBOSAN HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI (Analisis Tentang Putusan MK Nomor: 41PHPU.D-VI2008)

0 0 9

Pembingkaian Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya (Studi Analisis Framing Tentang Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surya edisi 1 s.d 6 Juli 2010

0 1 21