commit to user 44
D. Tinjauan Khusus Seni Pertunjukan Tradisional Jawa
1. Sejarah Seni Pertunjukan
Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang keberadaannya sangat
diperlukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kesenian merupakan sesuatu yang hidup senapas dengan mekarnya rasa keindahan yang
tumbuh dalam sanubari manusia dari masa ke masa, dan hanya dapat dinilai dengan ukuran rasa.
Seni dalam kehidupan budaya dan masyarakatnya memiliki dimensi dan fungsi yang multi sebagai sosok seni, ia adalah ekspresi estetik manusia yang
merefleksi pandanagan hidup, cita-cita, realitas kedalam karya, yang berkat bentuk dan isinyaberdaya membangkitkan pengalaman tertentu pada
penghayatnya. Seni pertunjukan itu lahir dari masyarakat, dan ditonton oleh masyarakat. Artinya ia lahir dan dikembangkan di tengah, oleh, dan untuk
masyarakat. Oleh karena itu seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang tidak bisa dipengaruhi oleh sistem yang ada, seperti sistem kekuasaan, sistem
kepercayaan, sistem sosial dan lain sebagainya. Berdasarkan data-data arkeologis, baik dari prasasti, relief candi,
maupun dari sumber naskah kuno, dapat diketahui bahwa di Jawa seni pertunjukan sudah dikenal setidaknya pada masa Jawa Kuno, yaitu pada abad
VIII M. Periode abad VIII-X dalam sejarah kebudayaan sering disebut sebagai periode Jawa Tengah atau periode klasik tua. Sumber-sumber informasi untuk
periode tersebut masih terbatas pada prasasti-prasasti dan relief pada bangunan
commit to user 45
candi. Uraian tentang adanya seni pertunjukan pada masa itu anatara lain dapat diketahui pada prasasti Kuti yang berangka tahun 762 Saka 840 M.
- Seni pertunjukan tradional Jawa sudah dikenal sejak lama. Di
dalam beberapa relief maupun prasasti disebutkan beberapa bentuk pahatan ataupun ukiran yang menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa telah
berkesenian. Bahkan di dalam relief di candi-candi tertentu ditemukan pula beberapa penggambaran bentuk-bentuk instrumen musik yang berupa kecapi
dan celempung pada candi Jago, reyong di candi Ngrimbi, kendhang di candi tegawabgi, gong pada candi Kedato dan candi Panataran, bendhe dan terompet
pada candi Sukuh, dan sebagainya. Bila dilihat berdasarkan data yang dikumpulkan diperoleh gambaran sekilas tentang bagaimana seni pertunjukan
masa JawaKuna sekitar abad V-XVI yang meliputi seni musik gamelan, seni tari dan lawak topeng, serta wayang. Di dalam catatan sejarah Jawa tidak
diketahui sejak kapan bentuk kesenian ini pertama kali dikenal di Jawa. Kemungkinan sejak pertama kali agama Islam mulai diperkenalkan di wilayah
Jawa. Dugaan ini mungkin cukup masuk akal mengingat adanya kebiasaan membaca Al Qur’an sambil melagukan yang sering dilakukan oleh para ulama
setiap selesai waktu sholat bahkan oleh penganut biasa yang telah lancer membaca Al Qur’an.
Drs. Sujarno, Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi dan Tantangannya, 2003, Hal: 23-44
2. Nilai-nilai Dalam Seni Pertunjukan Tradisional