Aspek Dekorasi dan Warna

commit to user 152 Pada panggung pertunjukan background panggung menggunakan kain maka pada perancangan gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ini menggunakan visual dari layar plasma LCD digital.

4. Aspek Dekorasi dan Warna

a. Elemen Dekorasi Bentuk gunungan diaplikasikan pada elemen dekoratif interior gedung pertunjukan seni tradisional Jawa. Elemen ini diterapkan pada wood panel untuk wall lamp , pintu, dan pada desain furniture berupa bentuk gunungan. Elemen dekoratif banyak menggunakan bentuk gunungan dikarenakan gunungan merupakan perumpamaan pintu gerbang istana oleh karena itu desain pintu pada gedung ini diaplikasikan dari bentuk gunungan. Selain alasan itu, gunungan identik dengan salah satu pertunjukan seni tradisional Jawa contohnya: pada seni pertunjukan wayang kulit dan wayang orang. Filosofi gunungan yang menjadi tuntunan manusia agar dalam berperilaku hendakanya menanamkan kebaikan kepada sesama. Filosofi dari gunungan inilah yang menjadi dasar perancangan gedung pertunjukan seni tradisioanl Jawa yang ingin membawa pesan pendidikan dan moral kepada penontonnya. Perancangan gedung pertunjukan seni tradisional Jawa ingin memberi kesan tersendiri kepada penonton yang datang. Pengunjung selain mencari hiburan dan menonton pertunjukan dapat mengambil manfaatnya setelah menonton, sehingga pesan dari cerita yang dipertunjukan maupun misi perancangan dapat tersampaikan dengan jelas. Selain sebagai sarana hiburan pertunjukan seni tradisional juga tetap mengandung memuat commit to user 153 ajaran, tuntunan maupun nilai-nilai yang diperlukan oleh masyarakat. Salah satu fungsi dari seni pertunjukan tradisional yang tidak kalah pentingnya adalah berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Filosofi gunungan: Gunungan adalah gambar wayang yang menyerupai gunung. Di bagian bawah terlihat gambar pintu gerbang dijaga oleh dua raksasa memegang pedang dan perisai. Gambar ini adalah perumpamaan pintu gerbang istana dan digunakan pada waktu menggambarkan adegan suatu istana. Sebelah atas terdapat gambar pohon kayu dibelit seekor ular raksasa dan juga gambar segala macam binatang hutan, digunakan untuk adegan dalam hutan. Gambar.42 Contoh gambar berupa Gunungan Sumber : .www.wayangku.wordpress.com Menurut riwayat, gunungan itu ialah lambang keadaan dunia dan isinya. Sebelum wayang dimainkan gunungan dicacak di tengah-tengah kelir layar wayang agak cenderung ke kanan, yang artinya bahwa lakon commit to user 154 wayang belum dimulai dimainkan. Gunungan itu dipakai juga sebagai tanda untuk mengganti cerita, ialah dicacakkan di tengah-tengah. Selain itu juga digunakan sebagai perumpamaan angin, yakni dengan dijalankan cepat, begitu pula buat perumpamaan api, dijalankan juga dengan cepat tetapi gunungan dibalikkan yang bagian bercat merah, lambang api. Gunungan juga digunakan dalam adegan di hutan rimba, dimainkan pada waktu perampogan wayang kumpulan segala tentara siap sedia dengan senjata dan alat-alat perang. Dalam adegan perampogan sering dalang mengucapkan keadaan jalan yang tidak rata, atau hutan terlalu lebat, serta adegan prajurit menebang pohon untuk jalan. Setelah lakon dimainkan, gunungan dicacakkan kembali di tengah kelir, menandakan cerita telah tamat. Untuk tanda pengganti cerita atau babakan baru, maka gunungan dicacakkan di tengah lalu dalang mengucapkan maksud cerita yang telah selesai dan disambung dengan maksud ceritababakan yang akan dimulai. Dari uraian tersebut merupakan tuntunan bagi manusia, bahwa perjalanan hidup manusia itu melalui tahapan-tahapan tertentu yang penuh dengan liku-liku yang akhirnya bila masanya tiba manusia pun akan mati. Ajaran inilah yang dapat diambil manfaatnya bagi penonton sebagai tuntunan, sehingga dalam berpelilaku setiap harinya hendaknya selalu menanamkan kebaikan kepada sesama. b. Warna Penerapan warna pada Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa ini adalah penerapan warna yang disesuaikan dengan tema interiornya. Konsep perancangan mengacu pada pencampuran modern tradisional atau yang commit to user 155 disebut dengan eklektik. Warna tradisional mengacu pada warna alam dan tanah. Pada perancangan gedung ini banyak menggunakan warna alam dan tanah berupa warna hijau, coklat, krem, hitam, dan abu-abu yang diaplikasikan pada dinding, lantai, langit-langit maupun furniture. commit to user 156 BAB V KEPUTUSAN DESAIN

A. KESIMPULAN