commit to user 56
menghormati keberadaan
seni pertunjukan-pertunjukan
tradisional. Sementara itu, dari pihak media massa terutama televise hendaknya semakin
membatasi ataupun menyeleksi terhadap sering munculnya seni tradisi. Mereka harus pandai memilih dan memilah seni tradisi mana yang pantas
ditampilkan dan mana yang tidak pantas ditampilkan dalam acara televisinya.
Drs. Sujarno, 2003, Hal: 49-62
5. Seni Pertunjukan Tradisional di Surakarta
Surakarta salah satu kota di Indonesia yang merupakan bekas ibukota kerajaan. Sebagaimana prinsip kultus dewa-raja, kerajaan merupakan pusat
kebudayaan, yang tentunya digunakan sebagai pusat acuan bagi perilaku dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagai kota raja, Surakarta mempunyai
predikat sebagai kota budaya. Hal itu terbukti bahwa Surakarta mempunyai potensi budaya yang cukup kaya. Begitu pula halnya dalm potensi budaya yang
berupa seni pertunjukan. Contoh salah satu kesenian tradisional:
a. Wayang kulit
Menurut Rasser, pertunjukan wayang kulit Jawa sebelumya merupakan suatu pertunjukan ritual untuk mengundang roh nenek moyang
turun ke bumi agar menolong keturunannya yang masih hidup di dunia. Wayang kulit Jawa murni yang bagus dikerjakan oleh seniman
penatah kulit yang ahli. Seperti telah kita ketahui, tokoh-tokoh wayang adalah gambaran dari kisah-kisah klasik seperti Ramayana dan Mahabarata.
Masing-masing tokoh wayang dilukis dan ditatah sangat teliti, untuk kemudian diberi atau ditancapi batang kayu yang memungkinkan seorang
commit to user 57
dalang memerankan wayang-wayang itu. Kemampuan dalang untuk memainkan wayang dibalik tabir akan memunculkan bayang-bayang
wayang, fenomena seperti inilah yang dianggap sebagai sebuah pertunjukan mahakarya seni.
b. Ketoprak
Ketoprak adalah seni teater rakyak yang mengangkat berbagai sejarah dan legenda atau cerita rakyat. Adapun mengenai modal dasar
pemain, untuk pertunjukan wayang oaring para pemainnya dituntut menguasai olah tari, menguasai
ontowecono,
dan menguasai vocal tembang atau palaran. Sedangkan untuk pemain
ketoprak
pemain harus bisa acting, perang, dan vocal.
c. Wayang Orang
Wayang orang adalah salah satu jenis teater tradisional Jawa yang merupakan gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan
pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Lakon yang dipentaskan disini bersumber pada ceritera-ceritera wayang purwa. Jenis
kesenian ini pada mulanya berkembang terutama di lingkungan kraton dan kalangan para priyayi bangsawan Jawa.
Wayang orang secara harafiah berarti wayang yang diperankan oleh
orang. Walaupun beberapa ahli percaya wayang orang telah ada sejak abad ke-12 di Jawa Timur, menurut tradisi pencipta wayang orang
seperti yang ada sekarang adalah Hamengkubuwana I 1755-1792 dari Yogyakarta atau
Mangkunegara I 1757-1795 dari Surakarta. Baik Keraton Yogyakarta maupun Mangkunegara menganggap wayang orang bukan sekedar bentuk
commit to user 58
hiburan, melainkan bagan dari upacara kenegaraan; seperti khitanan, perkawinan, dan penyambutan tamu Negara.
Kata wayang orang berasal dari kata wayang wang diambil dari bahasa Jawa Kuno. Waya
ng berarti “bayangan”, sedang wong berarti “orang”. Jadi wayang orang dapat diartikan sebuah pertunjukan wayang yang
pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia
Hersa pandi, 1999: 16.
wayang orangadalah sebuah drama tari yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Di Jawa Tengah istilah ini digunakan untuk menyebut
pertunjukan drama tari berdialog bahasa Jawa prosa yang biasanya membawakan wiracarita Mahabharata dan Ramayana.
Banyak kaidah pertunjukan wayang orang diambil dari wayang kulit. wayang orang bersumber pada versi Jawa dua epik India, Ramayana dan
Mahabharata. Pertunjukan wayang orangterbagi menjadi tiga, masing- masing ditegaskan oleh hubungan perlambangan nada gamelan : pathet nem,
pathet sanga, dan pathet manyura jika menggunakan laras slendro; atau pathet lima, pathet nem, dan pathet barang jika laras pelog yang digunakan.
Tata rias, busana, dan perwatakan wayang orangjuga diambil dari kaidah- kaidah wayang kulit. Wayang orang merupakan personifikasi dari wayang
kulit yang terlihat jelas dari berbagai aspek antara lain sumber cerita, penggolongan karakter, karawitan, antawacana dialog, peranan dalang dan
busana serta tat riasnya. Dialog atau antawacana yang digunakan pada pementasan wayang orang sama seperti dialog pada wayang kulit yakni,
dengan menggunakan bahas jawa kawi, bahas ngoko maupun karma, sesuai dengan tokoh pada wayang tersebut. Dalam penyajiannya wayang orang
commit to user 59
menggunakan gerak tari tradisi dengan norma gerak sesuai masing-masing karakter pada tokohnya. Sumber cerita wayang orang baik di Surakarta
maupun Yogyakarta mengambil cerita Mahabarata ataupun Ramayana, dan kedua sumber tersebut bisa dibagi menjadi beberapa episode serta beberapa
jenis lakon antara lain: Lakon Baku adalah lakon yang diangkat dari cerita induk Ramayana dan
Mahabarata Lakon Carangan adalah lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa
yang termuat dalam cerita induk Ramayana dan Mahabarata.
E. Tinjauan Umum Kota Surakarta