9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan
Dwi Siswoyo 2007:1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, berdasarkan
pada landasan pemikiran tertentu. Dengan kata lain, upaya untuk memanusiakan manusia melalui pendidikan, yang didasarkan atas
pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio kultural dari tiap-tiap lingkungan masyarakat, serta pemikiran-pemikiran
psikologi tertentu. Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebagai sebuah proses
yang menggunakan metode-metode tertentu sehingga setiap orang bisa memperoleh ilmu pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuahan.Dalyono, 2010:5. Sementara itu menurut Brubacher Dwi Siswoyo, T. sulistyono, dkk. 2011:54 mengemukakan
pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi kemampuan- kemampuan, kapasitas-kapasitas dalam diri manusia yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, serta disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, juga menggunakan alat media yang
disusun sedemikian rupa supaya dapat digunakan oleh manusia untuk
10
menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang di tetapkan. Sedangkan, menurut Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 mendifinisikan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sebagai peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulan bahwa
pendidikan adalah merupakan suatu proses dimana manusia memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku yang positif terhadap individu masing-masing. b.
Pengertian Kewarganegaraan Cogan Derricott Winarno, 2013: 2-3 menyatakan bahwa
Citizenship pada umumnya diterjemahkan dengan kewarganegaraan. Pengertian lain menyatakan bahwa:
“citizenship of membership in a political community originally a city or town but now usually a country and carries with it rights to
political participation; a person having such membership is a citizen
” Kewarganegaraan merupakan seperangkat karakter sebagai warga.
Kewarganegaraan dapat menunjukkan keanggotaan dalam komunitas
11
suatu politik dalam sejarah perkembangannya di awali pada negara kota, namun saat ini sudah ada yang berkembang pada keanggotaan suatu
negara. Kewarganegaraan dapat membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik. Adapun orang yang telah menjadi
dan memiliki keanggotaan penuh disebut citizen. Smith Winarno, 2013: 3 mengidentifikasi adanya 4 makna dari
kewarganegaraan. Keempat makna tersebut adalah sebagai hak, yaitu setiap orang mempunyai hak politik untuk berpartisipasi dalam proses
pemerintahan; sebagai status hukum, yang secara sah diakui sebagai anggota dari suatu komunitas politik negara yang berdaulat; kenggotaan
dari suatu komunitas, kewarganegaraan menunjuk pada asosiasi keterikatan orang tidak hanya pada negara, tetapi juga komunitas lain
seperti keluarga, club, universitas dan komunitas politik yang lebih luas lagi; serta seperangkat tindakan, artinya kewarganegaraan tidak hanya
mengimplikasikan adanya keanggotaan, tetapi juga ketentuan-ketentuan yang berlaku dan perilaku warga negara.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa untuk menjadi warga negara tidak selalu anggota sebuah komunitas, tetapi memerlukan
seperangkat karakter, perilaku, dan sikap yang muncul dari sifat keanggotaan itu. Warga bukan hanya anggota suatu komunitas politik
negara atau disebut warga negara, tetapi juga anggota dari komunitas lainnya. Menjadi warga Negara memerlukan “an educational activity”
12
dalam konteks inilah civic education atau citizenship education diperlukan.
c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Cogan Winarno, 2013: 4-6 menjelaskan bahwa Civic education adalah pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sempit, yaitu
sebagai bentuk pendidikan formal, seperti mata pelajaran, mata kuliah, atau kursus dilembaga sekolah, universitas, atau lembaga formal lain.
Sedangkan citizenship education mencakup tidak hanya sebagai bentuk formal dari pendidikan kewarganegaraan, tetapi bentuk-bentuk informal
dan non formal pendidikan kewarganegaraan. Citizenship education adalah pengertian pendidikan kewarganegaraan secara ginerik umum
dan dalam arti yang luas. Sedangkan, pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian yang luas seperti
“citizenship education” atau “ education for citizenship” mencakup pendidikan kewarganegaraan di dalam lembaga
pendidikan formal dalam hal ini seperti disekolah dan dalam program pendidikan guru dan di luar sekolah baik yang berupa program penataran
dan program lainya yang sengaja dirancang atau dampak pengiring dari program lain yang berfungsi untuk memfasilitasi proses pendewasaan
sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Di dalam definisi yang lain, David Kerr Winarno, 2013: 5 menyatakan citizenship dalam arti
luas sebagai
13
“Process to acompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and in particular, the role of
education through schooling, teaching, and learning in that prepatory process”.
Citizenship education sebagai proses pendidikan dalam rangka menyiapkan warga muda yang memahami akan hak-hak, peran dan
tanggung jawabnya sebagai warga negara, sedangkan civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa citizenship education atau civic education adalah pendidikan kewarganegaraan
dimana pendidikan ini untuk mempersiapkan warga negara yang baik dan memahami hak-haknya sebagai warga negara serta peran masyarakatnaya
dalam suatu negara. d.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Jajang Sulaiman 2011: 3-4 menyatakan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem Pendidikan Nasional.
Oleh karena
itu, secara
umum fungsi
pendidikan kewarganegaraan harus sesuai dan mampu mendukung keberhasilan
fungsi Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 3 UU Sisdikn
as, yakni “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sedangkan, tujuan dari pelajaran pendidikan kewarganegaraan menurut Fathurrohman
14
dan Wuri Wuryandani, 2010: 7-8 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1 Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan. 2
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
serta anti korupsi. 3
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Menyimak fungsi dan tujuan dari mata pelajaran pendidikan
kewarganegaran di atas, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
supaya masyarakat mampu bertanggung jawab, berpikir secara kritis dan rasional, serta mampu bertindak secara cerdas dalam kehidupan sehari-
hari. e.
Tiga Aspek Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Branson Sunarso, dkk. 2006: 14 mengemukakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan warga
15
negara yang demokratis dan memiliki tiga fungsi pokok, yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara civic intelligence, membina
tanggung jawab warga negara civic responcibility, dan mendorong partisipasi warga negara civic participation. Tiga kompetensi warga
Negara di atas juga sejalan dengan tiga kompetensi pendidikan kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan civic
knowledge, keterampilan kewarganegaraan civic skills, dan karakter kewarganegaraan civic disposition.
Pengetahuan kewarganegaraan civic knowledge merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya
pengetahuan yang harus dikuasai oleh warga negara adalah berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, pengetahuan tentang
struktur dan sistem politik pemerintahan, nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis, cara-cara kerjasama dalam mewujudkan kemajuan
bersama, serta hidup berdampingan secara damai dan tentram dalam masyarakat internasional. Keterampilan kewarganegaraan civic skills
merupakan keterampilan
yang dikembangkan
dari pengetahuan
kewarganegaraan supaya pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna dan mempunyai nilai karna dapat dimanfaatkan dalam
menghadapi masalah-masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
16
Civic skills
mencakup tentang
keterampilan intelektual
intellectual skills dan keterampilan partisipasi participation skills. Sedangkan, karakter kewarganegaraan civic dispositions merupakan
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi dalam berpolitik, berfungsinya sistem politik yang
sehat, berkembangnya martabat dan harga diri masyarakat serta kepentingan umum.
2. Participation Skills