PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTICIPATION SKILLS SISWA PADA PELAJARAN PKN KELAS V, SDN KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA.

(1)

i

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) UNTUK

MENINGKATKAN PARTICIPATION SKILLS SISWA PADA PELAJARAN PKN KELAS V,SDN KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL,

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Camelia NIM 11108249009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan baik selama ada komitmen untuk menyelesaikannya”

(Penulis)

“Selalu berpikir positif, punya antusias dan semangat membara adalah modal besar bagi anda untuk bisa sukses”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sembari bersujud syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang diberikan, Skripsi ini penulis pesembahkan kepada:

1. Papa dan Mamaku tercinta yang tiada henti mengirimkan doa. 2. Kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 3. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) UNTUK

MENINGKATKAN PARTICIPATION SKILLS SISWA PADA PELAJARAN PKN KELAS V, SDN KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL,

YOGYAKARTA

Oleh Camelia NIM 11108249009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan participation skills siswa melalui penerapan Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran PKn siswa kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 37 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi proses pembelajaran. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Proses Penelitian ditempuh dengan langkah-langkah berikut: (1) Menyajikan suatu masalah; (2) Mengelompokkan siswa; (3) Mencari penyelesaian dari masalah yang telah diberikan; (4) Menyajikan solusi dari masalah yang diberikan; (5) Mereview atau merefleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan participation skills siswa. Hasil akhir yang diperoleh setelah tindakan siklus II adalah pada indikator bertanya sebesar 75.7%, bekerja sama sebesar 78.4%, berdiskusi sebesar 75.7%, dan pada indikator berbicara sebesar 75.7%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. Haryanto, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Hidayati, M.Hum., Ketua Jurusan PSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Fathurrohman, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah memberikan banyak

arahan, petunjuk serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

5. Drs. Suparlan, M.Pd.I., Dosen Pembimbing Akademik yang telah berkenan membimbing dan memberikan motivasi selama perkuliahan


(9)

ix

6. Kastinah, S.Pd. SD., Kepala SDN Karanggondang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Arum Puspita Pertiwi, S.Pd., yang telah bersedia menjadi kolabolator dan banyak membantu selama melaksanakan penelitian.

8. Kedua orang tuaku bapak M. Nasir dan ibu Syofianis yang telah mendoakan saya selama ini, semoga Allah SWT senantiasa merahmati mereka.

9. Kakak dan adikku. Heri Sukmana, Irwan Sukmana, Yulia Indriani dan Eka Satria yang selalu mendoakanku selama ini.

10. Juin Agus Saputro yang telah membantu dan memberikan dorongan.

11. Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi di UniversitasNegeri Yogyakarta.

12. Wita Juanti dan Oryanci Jermias yang telah membatu menjadi observer dalam penelitian ini.

13. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Tiada apapun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, hanya doa dan harapan semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……… .……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………..……....……… ii

HALAMAN PERNYATAAN ………... ..………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... ………. iv

MOTTO ………....………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… ..………. vi

ABSTRAK………....………. vii

KATA PENGANTAR………. ..……… viii

DAFTAR ISI ………...……… xi

DAFTAR TABEL……… .……… xiv

DAFTAR GAMBAR………... ..……… xv

DAFTAR LAMPIRAN……….... ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………...…….. 1

B.Identifikasi Masalah ………... ...…… 5

C.Batasan Masalah ………...…… 6

D.Rumusan Masalah ………... ……... 6

E. Tujuan Penelitian………...…….. 6

F. Manfaat Penelitian ………. 7

1. Manfaat Teoritis ………...….……… 7

2. Manfaat Praktis ………... ….……… 7

G.Definisi Operasional………... 7

1. Participation Skills………...….……… 7


(12)

xii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pendidikan Kewarganegaraan…..………...……… 9

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan………...…..……… 9

a. Pengertian Pendidikan………...……… 9

b. Pengertian Kewarganegaraan ………...……… 10

c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan………... ……… 12

d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan...………... 13

e. Tiga Aspek Pendidikan Kewarganegaraan………...……… 14

2. Participation Skills….………...….……… 16

a. Pengertian Partisipation Skills………...……… 16

b. Jenis-jenis Partisipation Skills………...……… 18

c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi……...……… 21

3. Tinjauan TentangProblem Based Learning (PBL)………...…..……… 22

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)………...………... 22

b. Ciri-ciri Pembelajaran PBL………... ……….……... 24

c. Langkah-langkah Pembelajaran PBL………... ……... 25

d. Keunggulan dan Kelemahan PBL………... ………... 26

B. Kerangka Berpikir ………...……... 27

C.Hipotesis Tindakan ………...…….. 28

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ………...……… 29

B. Setting Penelitian ………...……… 29

1. Subjek dan Objek Penelitian ………...…..……… 29

2. Tempat dan Waktu Penelitian ………...…..……… 30

a. Tempat Penelitian ………...……….……... 30

b. Waktu Penelitian………...……… 30


(13)

xiii

D.Instrumen Penelitian ……….………...……… 34

E. Teknik Analisis Data ……….…………...……… 38

F. Indikator Keberhasilan ………..………... ……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………...……… 39

B. Pembahasan………... ……… 67

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan PBL ………...…...……… 78

2. Peningkatan participation skills siswa dengan penerapan PBL... 77

C. Keterbatasan Penelitian………...……… 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………...……… 78

B. Saran ………...……… 79

DAFTAR PUSTAKA………..…………....………... ……… 80


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 Aspek participation skills siswa berdasarkan penggunaan metode PBL 36

Tabel 2 Klasifikasi aspek participation skills siswa………. . 37

Tabel 3 Hasil peningkatan participation skills siswa siklus I ……… .. 56

Tabel 4 Hasil refleksi siklus I ……….. . 58


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis & Taggart………... 31

Gambar 2 Proses siswa dibagi kedalam beberapa kelompok……… 43

Gambar 3 Siswa berdiskusi untuk menyusun pertanyaan wawancara………….. 45

Gambar 4 Perwakilan dari setiap kelompok diberi kesempatan bertanya…….... 45

Gambar 5 Kegiatan saat siswa mewawancarai narasumber………. 48

Gambar 6 Siswa berdiskusi tentang hasil dari wawancara……… 48

Gambar 7 Siswa diberikan kesempatan bertanya………. 49

Gambar 8 Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi……….... 49

Gambar 9 Siswa menambah atau menyanggah jawaban………. 50

Gambar 10 Siswa mempresentasikan hasil diskusi……….. 52

Gambar 11 Siswa diberi kesempatan bertanya………. 53

Gambar 12 Siswa di beri kesempatan bertanya……… 62

Gambar 13 Siswa melakukan aklamasi memilih tujuan rekreasi sekolah……… 63


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I………. 84 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II.. ……… 101 Lampiran 3.Lembar observasi guru pembelajaran dengan penerapan

Problem Based Learning (PBL) siklus I pertemuan 1 ………. 109

Lampiran 4.Lembar observasi guru pembelajaran dengan penerapan

Problem Based Learning (PBL) siklus I pertemuan 2 …... 110 Lampiran 5.Lembar observasi guru pembelajaran dengan penerapan

Problem Based Learning (PBL) siklus I pertemuan 3 ………. 111

Lampiran 6.Lembar observasi guru pembelajaran dengan penerapan

Problem Based Learning (PBL) siklus II pertemuan 1 ……… 112

Lampiran 7.Daftar tingkat participation skills siswa siklus I pertemuan 1…….. 113 Lampiran 8.Daftar tingkat participation skills siswa siklus I pertemuan 2...… ... 114 Lampiran 9.Daftar tingkat participation skills siswa siklus I pertemuan 3.. ...…. 115 Lampiran 10.Daftar tingkat participation skills siswa siklus II

pertemuan 1……….. 116


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu program pendidikan atau mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh pasal 37 ayat (1) dan (2) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya, peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah satu diantaranya adalah kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Kelompok mata pelajaran tersebut dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Pendidikan kewarganegaraan menurut David Kerr (Winarno, 2013: 5) adalah suatu proses pendidikan dalam rangka menyiapkan warga muda yang memahami akan hak-hak, peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, sedangkan civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui sekolah. Sementara itu menurut Depdiknas (2007) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib pada semua satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Aspek-aspek yang


(18)

2

menjadi lingkup, mencakup persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi. Numan Somantri (Winarno, 2013:6-7) mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan yang kiranya cocok dengan Indonesia adalah sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua yang kesemua itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945.

Proses pembelajaran di dalam kelas seorang guru memiliki peran yang bersifat multi fungsi. Peran tersebut lebih dari sekedar yang tertuang pada produk hukum tentang guru, seperti UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 74 tentang Guru. Mujtahid (Sudarwan Danim dan Khairil, 2012:44-46) mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, motivator, dan evaluator. Sementara itu Budimansyah (Sawaludin, 2012: 5) mengemukakan bahwa proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn saat ini umumnya lebih ditekankan pada dampak instruksional saja yang terbatas hanya pada penguasaan materi atau dengan kata lain pembelajaran PKn hanya ditekankan pada aspek kognitif saja. Pengembangan dimensi-dimensi lainnya seperti aspek afektif dan psikomotorik serta perolehan dampak pengiring sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian


(19)

3

sebagai mana mestinya. Sehingga pembelajaran PKn belum mencerminkan percapaiannya secara menyeluruh.

Muchtar Buchori (Cholisin, 2005: 3) menyatakan bahwa selama ini umumnya sekolah hanyalah memberikan kemampuan menghafal dan bukan untuk berpikir secara kreatif sehingga hasilnya pembelajaran yang telah dilakukan kurang bermakna. Untuk itu sekolah harus memenuhi tiga aspek, yaitu pengetahuan, skills, dan membentuk karakter. Aspek pengetahuan yang dikembangkan seharusnya bisa menopang kebutuhan skills yang terus berubah. Pentingnya materi yang dikuasai peserta didik harus bisa mengikuti perkembangan kehidupan, kapan dan dimanapun. Proses pembelajaran di dalam kelas seharusnya menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam menggali pengetahuannya, dengan kata lain pembelajaran harus lebih fokus pada siswa bukan pada guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Sementara itu aktivitas yang terjadi di dalam kelas umumnya masih menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat membuat siswa makin bertambah pengetahuanya, sehingga layak dikemudian hari ia naik kelas dan lulus dari suatu jenjang pendidikan. Kondisi seperti ini masih banyak mendominasi sekolah-sekolah ditanah air, meskipun sebagian kecil siswa sudah ada yang mampu menjadi juara di tingkat nasional dan internasional. Adapun yang dimaksud disini adalah masih banyak pendidik seperti pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (umum maupun


(20)

4

kejuruan) yang asik mengelola proses pembelajran dikelasnya dengan pembelajaran satu arah antara guru dengan siswa, sehingga interaksi antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru tidak berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sudarwan Danim & H. Khairil, (2012: 24).

Tim Broad Based Education (2001 : 8-9) menjelaskan kecakapan berinteraksi mencakup dua hal, yaitu kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampaianya pesan disertai dengan kesan baik, dan menumbuhkan hubungan yang harmonis. Berinteraksi adalah menjadi tanggap terhadap lingkungan sekitar siswa. Interaksi berarti bertanya, menjawab, dan berdiskusi dengan santun, demikian juga membangun kerjasama dan memecahkan masalah dengan cara berdiskusi.

Metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn SD, misalnya metode Problem Solving, Contextual Teaching and Learning (CTL), Problem Based Learning (PBL), Cooperative Learning, Inquiry, serta masih banyak metode atau model-model pembelajaran lainnya. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi pada mata pelajaran PKn dapat dilakukan agar proses pembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.


(21)

5

Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran mata pelajaran PKn yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2014 dan 30 Desember 2014, metode pembelajaran yang digunakan guru kelas V SDN Karanggondang umumnya hanya metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Oleh sebab itu pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang bersemangat dan kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini juga membuat minat belajar siswa dalam pelajaran PKn menjadi berkurang.

Berangkat dari masalah-masalah yang ditemukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti ingin menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan participation skills siswa kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul pada mata pelajaran PKn. Sesuai dengan permasalahan pada proses pembelajaran PKn pada kelas V SDN Karanggondang, peneliti mengusulkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas kolaborasi bersama guru kelas, tentang penerapan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan participation skills siswa pada mata pelajaran PKn kelas V, di SDN Karanggondang, yang bertujuan untuk meningkatkan participation skills siswa kelas V SDN Karanggondang.

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya participation skills siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V SDN Karanggondang.


(22)

6

2. Minat belajar siswa kelas V SDN Karanggondang dalam pembelajaran PKn rendah.

3. Kurang bervariasinya metode yang diterapkan dalam pembelajaran PKn. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada masalah

1. Rendahnya participation skills siswa dalam pembelajaran PKn di kelas V SDN Karanggondang.

2. Kurang bervariasinya metode yang di terapkan dalam pembelajaran PKn D. Rumusan Masalah

Memperhatikan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana meningkatkan participation skills siswa pada mata pelajaran PKn kelas V dengan menerapkan Problem Based Learning (PBL) di SDN Karanggondang, Sewon, Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan participation skills siswa pada pelajaran PKn kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul melalui metode Problem Based Learning (PBL).


(23)

7 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai khasanah bacaan tentang “Keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan hasil belajar PKn siswa SD”.

b. Sebagai bahan acuan dibidang penelitian yang sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru tentang peningkatan participation skills siswa pada pelajaran PKn melalui penerapan Problem Based Learning (PBL) pelajaran PKn kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul.

G. Definisi Operasional 1. Participation Skills

Participation skill adalah keterlibatan atau interaksi yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar dan dalam lingkungannya untuk bisa mencapai hasil belajar yang optimal.


(24)

8

2. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyelesaian masalah dalam pembelajaran serta mencari resolusi dari permasalahan tersebut. Penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah menurut Arend (Eni Wulandari, dkk. 2012: 2)


(25)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan

Dwi Siswoyo (2007:1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, berdasarkan pada landasan pemikiran tertentu. Dengan kata lain, upaya untuk memanusiakan manusia melalui pendidikan, yang didasarkan atas pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio kultural dari tiap-tiap lingkungan masyarakat, serta pemikiran-pemikiran psikologi tertentu.

Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebagai sebuah proses yang menggunakan metode-metode tertentu sehingga setiap orang bisa memperoleh ilmu pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuahan.(Dalyono, 2010:5). Sementara itu menurut Brubacher (Dwi Siswoyo, T. sulistyono, dkk. 2011:54) mengemukakan pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas dalam diri manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, serta disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, juga menggunakan alat (media) yang disusun sedemikian rupa supaya dapat digunakan oleh manusia untuk


(26)

10

menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang di tetapkan. Sedangkan, menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendifinisikan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sebagai peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah merupakan suatu proses dimana manusia memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang positif terhadap individu masing-masing.

b. Pengertian Kewarganegaraan

Cogan & Derricott (Winarno, 2013: 2-3) menyatakan bahwa Citizenship pada umumnya diterjemahkan dengan kewarganegaraan. Pengertian lain menyatakan bahwa:

“citizenship of membership in a political community (originally a city or town but now usually a country) and carries with it rights to political participation; a person having such membership is a citizen

Kewarganegaraan merupakan seperangkat karakter sebagai warga. Kewarganegaraan dapat menunjukkan keanggotaan dalam komunitas


(27)

11

suatu politik (dalam sejarah perkembangannya di awali pada negara kota, namun saat ini sudah ada yang berkembang pada keanggotaan suatu negara). Kewarganegaraan dapat membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik. Adapun orang yang telah menjadi dan memiliki keanggotaan penuh disebut citizen.

Smith (Winarno, 2013: 3) mengidentifikasi adanya 4 makna dari kewarganegaraan. Keempat makna tersebut adalah sebagai hak, yaitu setiap orang mempunyai hak politik untuk berpartisipasi dalam proses pemerintahan; sebagai status hukum, yang secara sah diakui sebagai anggota dari suatu komunitas politik (negara) yang berdaulat; kenggotaan dari suatu komunitas, kewarganegaraan menunjuk pada asosiasi/ keterikatan orang tidak hanya pada negara, tetapi juga komunitas lain ( seperti keluarga, club, universitas dan komunitas politik yang lebih luas lagi); serta seperangkat tindakan, artinya kewarganegaraan tidak hanya mengimplikasikan adanya keanggotaan, tetapi juga ketentuan-ketentuan yang berlaku dan perilaku warga negara.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa untuk menjadi warga negara tidak selalu anggota sebuah komunitas, tetapi memerlukan seperangkat karakter, perilaku, dan sikap yang muncul dari sifat keanggotaan itu. Warga bukan hanya anggota suatu komunitas politik negara atau disebut warga negara, tetapi juga anggota dari komunitas lainnya. Menjadi warga Negara memerlukan “an educational activity”


(28)

12

dalam konteks inilah civic education atau citizenship education diperlukan.

c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Cogan (Winarno, 2013: 4-6) menjelaskan bahwa Civic education adalah pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sempit, yaitu sebagai bentuk pendidikan formal, seperti mata pelajaran, mata kuliah, atau kursus dilembaga sekolah, universitas, atau lembaga formal lain. Sedangkan citizenship education mencakup tidak hanya sebagai bentuk formal dari pendidikan kewarganegaraan, tetapi bentuk-bentuk informal dan non formal pendidikan kewarganegaraan. Citizenship education adalah pengertian pendidikan kewarganegaraan secara ginerik (umum) dan dalam arti yang luas. Sedangkan, pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian yang luas seperti “citizenship education” atau “ education for citizenship” mencakup pendidikan kewarganegaraan di dalam lembaga pendidikan formal (dalam hal ini seperti disekolah dan dalam program pendidikan guru) dan di luar sekolah baik yang berupa program penataran dan program lainya yang sengaja dirancang atau dampak pengiring dari program lain yang berfungsi untuk memfasilitasi proses pendewasaan sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Di dalam definisi yang lain, David Kerr (Winarno, 2013: 5) menyatakan citizenship dalam arti luas sebagai


(29)

13

“Process to acompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and in particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning) in that prepatory process”.

Citizenship education sebagai proses pendidikan dalam rangka menyiapkan warga muda yang memahami akan hak-hak, peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, sedangkan civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa citizenship education atau civic education adalah pendidikan kewarganegaraan dimana pendidikan ini untuk mempersiapkan warga negara yang baik dan memahami hak-haknya sebagai warga negara serta peran masyarakatnaya dalam suatu negara.

d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Jajang Sulaiman (2011: 3-4) menyatakan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, secara umum fungsi pendidikan kewarganegaraan harus sesuai dan mampu mendukung keberhasilan fungsi Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas, yakni “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sedangkan, tujuan dari pelajaran pendidikan kewarganegaraan menurut Fathurrohman


(30)

14

dan Wuri Wuryandani, (2010: 7-8) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menyimak fungsi dan tujuan dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaran di atas, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara supaya masyarakat mampu bertanggung jawab, berpikir secara kritis dan rasional, serta mampu bertindak secara cerdas dalam kehidupan sehari-hari.

e. Tiga Aspek Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Branson (Sunarso, dkk. 2006: 14) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan warga


(31)

15

negara yang demokratis dan memiliki tiga fungsi pokok, yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responcibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Tiga kompetensi warga Negara di atas juga sejalan dengan tiga kompetensi pendidikan kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition).

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus dikuasai oleh warga negara adalah berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, pengetahuan tentang struktur dan sistem politik pemerintahan, nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis, cara-cara kerjasama dalam mewujudkan kemajuan bersama, serta hidup berdampingan secara damai dan tentram dalam masyarakat internasional. Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan supaya pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna dan mempunyai nilai karna dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


(32)

16

Civic skills mencakup tentang keterampilan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan partisipasi (participation skills). Sedangkan, karakter kewarganegaraan (civic dispositions) merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi dalam berpolitik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri masyarakat serta kepentingan umum.

2. Participation Skills

a. Pengertian participation Skills

George Terry (Tabah Subekti, 2011: 19) menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya individu baik secara mental dan emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan dalam proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dalam hal keterlibatan individu yang bersangkutan dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut. Sejalan dengan pendapat diatas Ketut Sudharma dan Eva M. Sakdiah (2007: 165) Partisipasi siswa didalam kelas dapat ditunjukkan dengan keaktifannya dalam proses belajar mengajar, perhatian saat guru menyampaikan materi dan menanyakan apa yang menjadi hambatan dalam pikirannya serta dapat berkomunikasi timbale balik dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Sedangkan menurut Made Pidarta (Fitri Yulia Widyastuti, 2012: 3) menjelaskan bahwa partisipasi adalah perlibatan seseorang atau


(33)

17

beberapa orang dalam suatu kegiatan. Sementara itu, partisipasi menurut Huneryear dan Hecman (Fitri Yulia Widyastuti, 2012: 3) adalah sebagai suatu keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mareka.

Menurut Darsono (Ketut Sudharma & Eva M. Sakdiah, 2007: 168) partisipasi siswa dalam belajar tidak bersifat dikhotomis, artinya ada atau tidak ada partisipasi, melainkan bersifat kuantum, artinya partisipasinya terentang dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Guru yang berinteraksi dengan siswa secara akrab atau dekat, sehingga menyebabkan proses belajar mengajar itu akan menjadi lebih baik dan menyenangkan. Selain itu siswa yang merasa dekat dengan guru, maka siswa akan berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan dalam proses pembelajaran serta bertanggung jawab dan mendukung pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar. Partisipasi siswa akan berjalan dengan baik apabila kegiatan dalam proses pembelajaran dilakukan dengan baik, begitu pula sebaliknya.


(34)

18 b. Jenis-jenis Participation Skills

Dalam proses pembelajaran keterampilan berpartisipasi siswa sangat dibutuhkan, supaya aktivitas dalam proses belajar mengajar dapat terwujud dengan efektif. Adapun keterampilan partisipasi siswa yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan Bekerja Sama

Johnson & Holubec (Djoko Apriono, 2011: 159-160) mengemukakan bahwa sama seperti seorang guru yang harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan kerja sama juga harus diberikan kepada siswa, karena keterampilan ini akan bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan akan menentukan bagi keberhasilan hubungan sosialnya di masyarakat. Bordessa (Djoko Apriono, 2011: 160) juga menyatakan bahwa pentingnya bagi siswa memiliki keterampilan kerjasama dengan satu tujuan tentang adanya pemahaman bahwa tidak ada satu orangpun yang memiliki jawaban yang tepat kecuali dengan bekerjasama.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas keterampilan kerjasama antar siswa merupakan aspek kepribadian yang penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karena itu, keterampilan kerjasama khususnya dalam proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian dari guru supaya peserta didiknya mampu berpartisipasi secara baik dalam proses pembelajaran yang berlangsung.


(35)

19 2) Keterampilan Berbicara

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang kompleks yang terdiri dari beberapa aspek yang berbeda-beda dan perkembangannya juga berbeda pula. Halim (Sri Sunarsih, 2012: 36). Hanry Guntur Tarigan (2013: 16) menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi, atau kata-kata untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, menurut Syafi’ie (Sri Sunarsih, 2012: 36) berbicara merupakan salah satu perwujudan dari retorika. Berbicara merupakan proses dalam menuangkan pikiran-pikiran ke dalam bahasa lisan melalui kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, jelas dan komunikatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan individu dalam menyampaikan gagasan, pikiran, maupun perasaannya melalui kalimat-kalimat yang dirangkai, sehingga penyimak bisa memahami apa yang dimaksudkan oleh sipembicara.

3) Keterampilan Berdiskusi

Pada hakikatnya diskusi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan proses berfikir kelompok. Henry Guntur Tarigan (2013: 40). Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang


(36)

20

mengandung berbagai langkah-langkah dasar tertentu dan harus dipatuhi oleh seluruh anggota kelompok. Sementara itu, John Stuart Mill (Henry Guntur Tarigan, 2013: 40) pernah mengemukakan bahwa satu-satunya cara atau tempat dimana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui dari keseluruhan dari pokok pembicaraan adalah dengan jalan diskusi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berdiskusi adalah kegiatan yang membutuhkan kerjasama dan koordinasi antar anggota kelompok untuk dapat memecahkan suatu masalah.

4) Keterampilan Bertanya

Ribowo (Emilda Afrina Siregar, 2012: 104) menjelaskan bahwa keterampilan bertanya merupakan keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, memperbesar partisipasi dan ikut mendorong siswa untuk berinisiatif sendiri. Nurhadi dan Senduk (Emilda Afrina Siregar, 2012: 104) mengemukakan bahwa bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk menganalisis atau mengeksplorasi gagasan-gagasan tertentu.sedangkan menurut Suhito (Emilda Afrina Siregar, 2012: 104) menjelaskan bahwa bertanya merupakan rasa ingin tahu seseorang akan jawaban yang belum diketahuinya.


(37)

21

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya merupakan keterampilan siswa dalam mengajukan pertanyaan yang didorong oleh rasa ingin tahu akan jawaban yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, keterampilan siswa dalam bertanya perlu untuk lebih ditingkatkan lagi, supaya dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Berkaitan dengan proses pembelajaran keterampilan-keterampilan yang dijelaskan di atas, maka sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi siswa, supaya proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan tidak terpaku pada guru saja. Jadi siswa mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam proses pembelajaran dengan saling bertanya, berdiskusi dan saling bekerja sama antar kelompok masing-masing. Oleh sebab itu, peneliti akan meneliti keempat aspek tersebut, mulai dari aspek bekerja sama, berdiskusi, bertanya, dan aspek berbicara siswa dalam proses pembelajaran didalam kelas. c. Faktor-faktor yang menyebabkan Partisipasi

Sudjana (Tabah Subekti, 2011: 22) mengemukakan bahwa partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran merupakan salah satu dari bentuk keterlibatan mental dan emosional siswa. Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor antara lain: (1) Pengetahuan kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan, dan keterampilan; (2) Kondisi situasional,


(38)

22

seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial, dan faktor-faktor sosial; (3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dalam lingkungan; (4) Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri) dan Asosil (menghindar); (5) Sikap, meliputi pandangan/ perasaan kesedian reaksi, interaksi sosial, minat dan perhatian.

3. Tinjauan tentang Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Barrow (Miftahul Huda 2013: 271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. PBL merupakan salah satu dari bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Barr dan Tagg (Miftahul Huda 2013:271). Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.

Eni Wulandari, dkk. (2012: 2) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang memberikan masalah kepada siswa dan siswa diharapkan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan tersebut dengan melaksanakan pembelajaran yang aktif sehingga pembelajaran menjadi siswa aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan Sanjaya (2009: 214) juga berpendapat bahwa Problem Based Learning (PBL) dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktivitas dalam proses pembelajaran yang menekankan pada proses


(39)

23

penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Sementara itu, menurut Maggi Savin dan Claire Howell (Bekti Wulandari & Herman Dwi Surjono, 2013: 181) menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang digunakan dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalah dalam dunia nyata atau rill. PBL merupakan pembelajaran yang aktif progresif dan pendekatan dalam pembelajarannya berpusat pada masalah yang tidak terstruktur dan diharapkan dapat digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran. (Bekti Wulandari & Herman Dwi Surjono, 2013: 181)

Menurut Lloyd-jones, Margeston, dan Bligh (Miftahul Huda 2013: 271-272) menjelaskan fitur-fitur penting dalam PBL. Mareka menyatakan bahwa ada tiga elemen dasar yang penting dan seharusnya muncul dalam pelaksanaan PBL: menganalisis pemicu atau masalah awal (initiating

trigger), meniliti isu-isu yang diidentifikasi sebelumnya, dan

memanfaatkan pengetahuan dalam memahami lebih jauh situasi masalah. Strategi pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Panen (Rusmono 2012: 74) mengatakan dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan mampu untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.


(40)

24

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang memberikan masalah kepada siswa dan siswa diharapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan melaksanakan pembelajaran yang aktif. Sehingga, pada proses pembelajaran di dalam kelas siswa yang selalu aktif. Sedangkan, guru hanya sebagai fasilitator.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Ciri-ciri strategi PBL menurut Baron (Rusmono 2012: 74) adalah: (1) Penggunakan permasalahan dalam dunia nyata; (2) Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah; (3) Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa; dan (4) Guru berperan sebagai fasilitator. Kemudian “masalah” yang digunakan menurutnya harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir, dan menarik berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan.

Sementara itu menurut Amir (Eni Wulandari, dkk. 2012: 2) menyebutkan ciri-ciri atau karakteristik PBL antara lain yaitu: (1) Pembelajaran diawali dengan memberikan masalah kepada peserta didik; (2) Siswa berkelompok secara aktif merumuskan masalah tersebut; (3) Mempelajari dan mencari sendiri materi yang berhubungan dengan masalah serta melaporkan solusinya.


(41)

25

c. Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Arends (Eni Wulandari,dkk. 2012: 2) adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran diawali dengan menyajikan suatu masalah; (2) Siswa bersama dengan kelompok merumuskan masalah dan mengidentifikasi apa yang mareka butuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut; (3) Siswa terlibat langsung dalam menyelesaikan masalah tersebut diluar bimbingan guru, hal ini bisa mencakup perpustakaan, database, website, masyarakat dan observasi; (4) Siswa menyajikan solusi dari masalah tersebut; (5) Siswa bersama dengan guru mereview kembali apa yang mareka pelajari selama proses pembelajaran. Semua yang berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut terlibat dalam mereview, sekaligus melakukan refleksi atas konstribusi terhadap proses pembelajaran tersebut. Sedangkan, menurut Melyani (Polya 2013: 22) langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) yaitu (1) Memahami masalah; (2) Merencanakan pemecahan masalah; (3) Melaksanakan rencana penyelesaian masalah; (4) Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: (1) Guru menyajikan suatu masalah dalam proses pembelajaran; (2) Siswa dibagikan dalam kelompok-kelompok; (3) Siswa mencari penyelesaian


(42)

26

permasalahan, hal ini bisa mencakup perpustakaan, website, database, masyarakat, dan observasi; (4) Siswa menyajikan solusi dari masalah yang diberikan; (5) Guru bersama siswa mereview kembali pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL). Selanjutnya kelima langkah-langkah ini digunakan peneliti dalam proses pembelajaran.

d. Keunggulan dan kelemahan Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki keunggulan dan kelemahan. Sanjaya (Eni Wulandari, dkk. 2012: 2) menyebutkan keunggulan PBL antara lain: (1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; (2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3) PBL dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran; (4) Melalui PBL bida memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau buku-buku saja; (5) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (6) PBL dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis: (7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mareka miliki dalam duania nyata; (8) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar secara terus menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.


(43)

27

Keunggulan model pembelajaran PBL telah disebutkan di atas, sedangkan kelemahan model pembelajaran PBL menurut Sanjaya (Eni Wulandari, dkk. 2012: 2) antara lain; (1) Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba; (2) Keberhasilan model pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3) Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mareka tidak akan belajar apa yang ingin pelajari

B. Kerangka Berpikir

Judul penelitian yang diangkat yaitu “ Penerapan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkatkan Participation Skills Siswa Pada Pelajaran PKn Kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta”. Sebelumnya, alasan peneliti memilih judul ini adalah karena di dalam proses belajar mengajar di kelas terutama mata pelajaran PKn, siswa banyak yang tidak memperhatikan guru dan sibuk sendiri, karena sebagian siswa masih menganggap PKn identik dengan mata pelajaran yang mementingkan hafalan. Pengetahuan yang diberikan guru dianggap kurang memberdayakan potensi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara optimal. sehingga membuat kurangnya partisipasi siswa dalam mata pelajaran ini.

Adapun alasan penelitian yang dilakukan dengan penerapan Problem


(44)

28

pembelajaran yang di mana siswa belajar memecahkan masalah-masalah dalam kelompok kecil. Metode pembelajaran ini menuntut kerjasama antar anggota kelompok yang solid agar kelompok bisa berhasil memecahkan masalah tersebut, dengan demikian dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “Penerapan Problem Based Learning (PBL) dikelas V SD Karanggondang dapat meningkatkan Partisipation skills siswa pada mata pelajaran PKn”.


(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas kolaborasi. Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan cara menerapkan suatu metode baru yang dirasakan memiliki beberapa kelebihan, baik dari segi kepuasan maupun efisien. Sesuai dengan pendapat Daryanto (2011: 1), Penelitian Tindakan Kelas pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di dalam kelasnya.

Guru dan peneliti bersama-sama memantau kegiatan pembelajaran mulai dari menentukan materi yang akan diajarkan pada saat melaksanakan tindakan, pembuatan rencana pembelajaran, menyusun lembar observasi guna melihat aktivitas siswa, kemudian melakukan penilaian terhadap proses tindakan yang telah dilakukan. Apabila masih terdapat masalah dalam proses pelaksanaan tindakan maka guru bersama dengan peneliti melakukan revisi dan refleksi untuk memperbaikinya pada tindakan berikutnya.

B. Setting Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 37 orang, sedangkan, objek yang akan diteliti adalah peningkatan participation skills


(46)

30

siswa kelas V SDN Karanggondang pada mata pelajaran PKn melalui Problem Based Learning (PBL).

2. Tempat dan waktu a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 24 Maret 2015 sampai dengan 26 Mei 2015.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Dalam perencanaan model ini menggunakan sistem spiral, yang masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu: rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Suharsimi Arikunto (2013: 132).


(47)

31

Keterangan: Siklus I

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi

Operasional pelaksanaan dalam penelitian kelas yang akan dilaksanakan digambarkan dalam 4 tahap sebagai berikut:

3 1

3-2

4

1 3-2

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis & Taggart 1. Tahap I adalah tahap Perencanaan (Plan)

Dalam rencana tindakan ini peneliti bersama dengan guru akan melakukan hal-hal berikut ini:

a. Menemukan masalah yang ada dilapangan, yaitu:

1) Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal dengan mewawancarai guru kelas V untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran PKn. Pada penelitian ini masalah yang terjadi di lapangan adalah rendahnya participation skills siswa


(48)

32

pada pembelajaran PKn serta kurang bervariasinya metode yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut.

2) Memaparkan alasan mengapa permaslahan tersebut dipilih menjadi latar belakang Penelitian Tindakan Kelas.

3) Merumuskan masalah secara jelas dan rinci.

4) Merancang tindakan yang akan digunakan pada penelitian PTK ini.

b. Merancang tindakan yang akan dilakukan.

Setelah peneliti mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan, kemudian peneliti bersama guru menyusun rencana pembelajaran yang mencakup tindakan apa yang akan diterapkan sebagai solusi dari permasalahan yang ada sehingga dapat memperbaiki participation skills siswa.

1) Peneliti mengeksplorasi teori yang relevan dan menerapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran PKn. Solusi yang akan diberikan adalah dengan menerapakan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan participation skills siswa.

2) Peneliti bersama dengan guru merencanakan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan Problem Based Learning (PBL) pada siklus I yang dituangkan dalam RPP.


(49)

33

4) Peneliti bersama dengan guru membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok-kelompok tersebut terbentuk, guru menyajikan suatu masalah yang akan dipecahkan atau diselesaikan oleh tiap-tiap kelompok serta menyajikan resolusi dari permasalahan tersebut.

5) Peneliti bersama dengan guru merencanakan untuk membentuk siswa menjadi sembilan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Tahap II adalah Tahap Pelaksanaan (Action)

Apabila jenis tindakan dan kelengkapannya yang telah direncanakan sudah tersusun, maka peneliti dan 2 observer yang menbantu beserta guru melaksanakan skenario yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak. Peneliti juga perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui hasil yang dilaksanakan. Pemantauan dilaksanakan oleh guru, peneliti dan dibantu oleh 2 observer lainnya.

3. Tahap III (Tahap Observasi atau pengamatan)

Tahap ini peneliti akan mengamati dan menjabarkan hasil jalannya tindakan. Dalam hal ini umpan balik dilakukan sebagai bahan untuk segera memodifikasi rencana selanjutnya. Bila perlu diadakan rencana ulang manakala rencana awal kurang tepat dan hasilnya kurang memuaskan.


(50)

34

4. Tahap IV adalah Tahap Refleksi (Reflect)

Tahap ini adalah tahap akhir yaitu mengadakan refleksi pelaksanaan yang telah dilakukan. Tahap refleksi yang terdiri dari beberapa komponen yaitu:

a. Menganalisis, yaitu dengan menganalisis hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Apakah perlu adanya perbaikan atau tidak, berhasil atau tidak, serta bagaimana hasil dari tindakan tersebut.

b. Melakukan sintesis, yaitu dengan menghubungkan antara hasil yang telah diperoleh pada tindakan. Apakah setelah melakukan tindakan ada perubahan atau belum, masihkah perlu pembenahan atau tidak.

c. Memberi makna, yaitu dengan mengambil kesimpulan hasil yang telah diperoleh setelah disintesa awal.

d. Refleksi, yaitu tahap dimana diadakan perbaikan untuk mencapai tujuan yang akan diperoleh.

Jika setelah melakukan satu siklus hasilnya masih kurang memuaskan maka dilakukan lagi siklus yang kedua dengan pembenahan-pembenahan yang berasal dari analisis-analisis siklus sebelumnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti pada waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode (Suharsimi Arikunto 2010: 192). Instrumen sebagai alat pengambil data harus harus dapat memberikan informasi dan dapat dipertanggung jawabkan. Instrumen dalam


(51)

35

penelitian ini berupa tes keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi (Pengamatan)

Observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan yang terfokus pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru pada saat proses pembelajaran PKn berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Lembar observasi adalah daftar serangkaian kegiatan yang ada dalam penelitian dan sebagai objek yang diamati oleh peneliti. (lampiran 3, 4, 5 dan 6).

Kisi-kisi instrumen yang digunakan disajikan dalam tabel seperti berikut:


(52)

36

Tabel 1. Aspek Parcipation Skills Siswa berdasarkan penggunaan Metode PBL

No Item Sangat Baik

4 Baik 3 Cukup 2 Butuh Bimbingan 1 1 Bertanya Siswa mampu

bertanya 3 kali atau lebih dalam proses pembelajaran.

Siswa mampu bertanya 2 kali dalam proses pembelajaran.

Siswa mampu bertanya 1 kali dalam proses pembelajaran. Siswa tidak menunnjukkan keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran. 2 Bekerja

Sama Siswa mampu menunjukkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang sangat baik dalam proses pembelajaran. Siswa mampu menunjukkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang cukup baik dalam proses pembelajaran. Siswa menunjukkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang cukup dalam proses pembelajaran. Siswa menunjukkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang kurang dalam proses pembelajaran. 3 Berdiskusi Siswa mampu

menunjukkan kemampuan berdiskusi dalam memecahkan masalah dengan sangat baik dalam proses pembelajaran. Siswa mampu menunjukkan kemampuan berdiskusi dalam memecahkan masalah dengan cukup baik dalam proses pembelajaran. Siswa mampu menunjukkan kemampuan berdiskusi dalam memecahkan masalah yang cukup dalam proses pembelajaran. Siswa menunjukkan kemampuan berdiskusi dalam memecahkan masalah yang kurang dalam proses pembelajaran.


(53)

37

No Item Sangat Baik

4 Baik 3 Cukup 2 Butuh Bimbingan 1 4 Berbicara Siswa mampu

menunjukkan kemampuan berbicara(men gungkapkan pendapat, mengajukan kritik serta menambahkan jawaban) 3 kali atau lebih dalam proses pembelajaran. Siswa mampu menunjukkan kemampuan berbicara(men gungkapkan pendapat, mengajukan kritik serta menambahkan jawaban) 2 kali dalam proses pembelajaran. Siswa mampu menunjukkan kemampuan berbicara(men gungkapkan pendapat, mengajukan kritik serta menambahkan jawaban) 1 kali dalam proses pembelajaran. Siswa tidak menunjukkan kemampuan berbicara(men gungkapkan pendapat, mengajukan kritik serta menambahkan jawaban) dalam proses pembelajaran.

Siswa dapat dikatakan telah berpartisipasi dengan baik apabila mendapatkan skor minimal 3 (baik), yakni mampu menunjukkan keempat ciri seperti yang tersebut di atas. Di bawah ini tabel untuk mengukur aspek participation skills siswa.

Tabel 2. Klasifikasi aspek participation skills siswa No. Kategori Skor

1 Sangat Baik 13-16

2 Baik 9-12

3 Cukup 5-8


(54)

38 E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunanakan analisis deskriptif kualitatif dengan teknik presentase. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan perubahan kearah lebih baik dibandingan dengan sebelumnya.

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menganalisis data, analisis data dalam peneltian diwakili oleh refleksi putaran penelitian tindakan. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti akan memberikan pandangan otentik yang akan membantu dalam menafsirkan data.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan hasil penelitian tindakan ini adalah apabila 75% siswa mampu berpartisipasi dalam kategori minimal baik setelah menerapkan Problem Based Learning (PBL)


(55)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SDN Karanggondang, Sewon, Bantul, D.I Yogyakarta. SD Karanggondang ini didirikan pada tahun 1975 di atas tanah seluas 2020 m2. Bangunan terdiri dari 7 bangunan. Bangunan 1 merupakan ruang kelas I sampai dengan kelas VI. Bangunan 2 terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang kantor guru, dan ruang perpustakaan. Bangunan 3 merupakan laboratorium. Bangunan 4 merupakan ruang PKG, ruang komputer, ruang dewan sekolah, dan ruang koperasi. Bangunan 5 merupakan ruang UKS. Bangunan 6 merupakan kamar mandi dan WC. Bangunan 7 merupakan mushola. Luas bangunan 188 m2 dan tanah kosong untuk bermain anak seluas 932 m2 dengan jumlah anak 210 siswa dan guru berjumlah 7 (tujuh) orang. Sedangkan siswa kelas V berjumlah 37 siswa. 2. Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus 1

a. Perencanaan penelitian tindakan siklus I

Perencanaan merupakan tahapan pertama yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada dilapangan. Dari hasil observasi awal bersama guru, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya partisipasi siswa dalam mata pelajaran PKn. Dari permasalahan yang dihadapi, peneliti bersama dengan guru kelas V


(56)

40

mempersiapkan langkah awal penelitian, yaitu dengan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan Problem Based Learning (PBL).

Rencana pelaksanaan pembelajaran selanjutnya disusun oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru kelas V, selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen ahli.

2) Perangkat pembelajaran yang akan diperlukan untuk penelitian tindakan kelas.

Perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan oleh peneliti seperti media serta sumber pembelajaran. Media dan sumber yang digunakan pada proses pembelajaran ini adalah lembar wawancara dan mengkonfirmasi kepada narasumber tentang kesiapan narasumber terhadap wawancara siswa.

3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, dan alat dokumentasi.

4) Koordinasi dengan guru dan 2 observer lainnya. b. Tahap Pelaksanaan tindakan siklus I

Tindakan dalam tahap penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan menyesuaikan materi dan jadwal mata pelajaran PKn kelas V SD Karanggondang. Tindakan siklus 1 ini dilakukan pada 24 Maret 2015 hingga 31 Maret 2015, yaitu setiap hari selasa.


(57)

41

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan panduaan perencanaan yang telah disusun, dimana dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel atau ada kemungkinan perubahan. Secara umum peneliti bersama dengan guru telah melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti dan guru. Berikut deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus I:

a. Pertemuan pertama siklus I

Pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015. Estimasi waktu dalam pertemuan pertama adalah 2x35 menit. Dalam pertemuan pertama ini materi yang dibahas berisi tentang materi kebebasan berorganisasi dengan fokus pembahasan tentang peran serta dalam memilih organisasi disekolah. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan pengantar pelajaran tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu tentang contoh-contoh organisasi yang ada dilingkungan sekolah. Setelah merefleksi materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian guru menjelaskan tentang topik materi yang akan dipelajari, yaitu tentang peran serta siswa dalam memilih organisasi dalam lingkungan sekolah. Tahap selanjutnya guru melanjutkan dengan memberikan penjelasan singkat tentang jenis-jenis organisasi yang ada dilingkungan sekolah diantaranya koperasi siswa, kegiatan pramuka, dokter kecil, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), pengurus kelas, bidan


(58)

42

cilik, struktur piket mushola, perpustakaan, sekolah. Setiap kelompok diminta untuk mewawancarai narasumber dari masing-masing organisasi yang ada di lingkungan sekolah. Semua proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:

Tahap-tahap pembelajaran metode Problem Based Learning (PBL) pada siklus I pertemuan pertama sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal ini estimasi waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan awal ini adalah Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka, selanjutnya guru memeriksa kehadiran peserta didik. Setelah kegiatan pemeriksaan kehadiran selesai dilaksanakan kemudian kegiatan dilanjutkan dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi sebelumnya yaitu tentang contoh-contoh organisasi dilingkungan sekolah dan masyarakat. 2) Kegiatan inti

Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan inti ini adalah 55 Menit. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilaksanakan pada proses pembelajaran sesuai dengan tahapan Problem Based Learning (PBL) :


(59)

43 a) Menyajikan suatu masalah

Tahap pertama dalam proses pembelajarannya adalah siswa mendengarkan penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang organisasi yang ada dilingkungan sekolah, siswa diminta untuk menyebutkan organisasi yang ada disekolah, yaitu seperti organisasi koperasi siswa, pramuka, dokter kecil, UKS, pengurus kelas, bidan cilik,. Piket mushalla, perpustakaan, dan sekolah. Selanjutnya siswa disajikan suatu masalah tentang bagaimana peran dan fungsi organisasi yang ada di sekolah.

b) Pengelompokan siswa

Guru membagi siswa dalam Sembilan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa

Gambar 2. Proses siswa dibagi kedalam beberapa kelompok. Setelah siswa dibagi kedalam Sembilan kelompok, guru membagikan masing-masing kelompok satu organisasi yang


(60)

44

berbeda-beda, yaitu untuk kelompok satu koperasi siswa, kelompok dua pramuka, kelompok tiga dokter kecil, kelompok empat UKS, kelompok lima pengurus kelas, kelompok enam bidan cilik, kelompok tujuh piket musholla, kelompok delapan perpustakaan, dan kelompok Sembilan struktur sekolah.

c) Mencari penyelesaian dari masalah

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan nama organisasi, siswa diminta untuk terlibat langsung dalam mencari penyelesaian dari masalah yang telah diberikan oleh guru melalui observasi, diskusi, dan wawancara narasumber yang ada di lingkungan sekolah supaya siswa mengetahui peran atau tugas dan fungsi dari masing-masing organisasi tersebut, selanjutnya guru memberikan lembar wawancara supaya hasil dari wawancara bersama narasumber bisa dituliskan kedalam lembar wawancara.

Sebelum siswa mewawancarai narasumber siswa terlebih dahulu berdiskusi dalam kelompok untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber


(61)

45

Gambar 3. Siswa berdiskusi untuk menyusun pertanyaan wawancara

dan guru memberikan kesempatan untuk bertanya apa yang belum dipahami atau dimengerti oleh siswa

Gambar 4. Perwakilan dari setiap kelompok diberi kesempatan bertanya

3) Kegiatan penutup

Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan penutup adalah 5 menit. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan penutup, yaitu guru memberikan motivasi kepada seluruh siswa, selanjutnya, guru melakukan tindak lanjut tentang materi


(62)

46

yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Setelah kegiatan tindakan lanjut kemudian guru menutup pelajaran.

b. Pertemuan kedua siklus I

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 berisi tentang materi kebebasan berorganisasi dengan fokus pembahasan tentang peran serta dalam memilih organisasi disekolah karna melanjutkan materi minggu sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan dalam pertemuan kedua adalah 2x35 Menit. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan pengantar pelajaran tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu tentang peran serta dalam memilih organisasi yang ada di sekolah. Setelah merefleksikan materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian guru menjelaskan tentang topik materi yang akan dipelajari, yaitu tentang hasil dari masing-masing kelompok dalam menyusun pertanyaan tentang peran atau fungsi dan tugas dari masing-masing organisasi yang ada disekolah. Semua proses pembelajaran dilakukan dengan melanjutkan langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) dari pertemuan pertama dengan langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan awal ini adalah 10 Menit. Langkah-langkah yang dilaksankan guru dalam kegiatan


(63)

47

awal, yaitu untuk membuka pelajaran guru dengan memberikan salam pembuka. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran setiap siswa. Kegiatan selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya yaitu tentang format wawancara dengan sumber tentang peran atau fungsi dari organisasi yang ada di lingkungan sekolah.

2) Kegiatan inti

Waktu yang ditempuh dalam kegiatan inti ini adalah 55 Menit. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan inti adalah sebagia berikut:

a) Mencari penyelesaian dari masalah

Setelah siswa membuat format pertanyaan wawancara, siswa diberikan kesempatan mencari penyelesaian masalah dengan mewawancarai narasumber dari masing-masing organisasi yang ada di sekolah tentang peran dan fungsi dari organisasi tersebut


(64)

48

Gambar 5. Kegiatan saat siswa mewawancarai narasumber. b) Penyajian solusi masalah

Setelah hasil wawancara narasumber diperoleh, siswa diminta untuk mendiskusikan hasil informasi yang diperoleh dilapangan tersebut untuk dipresentasikan di depan kelas

Gambar 6. Siswa berdiskusi tentang hasil dari wawancara. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan wawancara narasumber di depan kelas dan semua siswa diminta untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok yang mempresentaikan hasil diskusi mareka


(65)

49

Gambar 7. Siswa diberikan kesempatan bertanya

Untuk pertemuan kedua ini kelompok yang presentasi ada tiga yaitu kelompok organisasi kopersi siswa, pramuka, dan dokter kecil. Dalam proses pembelajaran siswa telah ada yang ikut berpartisipasi secara aktif terutama pada saat presentasi kelompok dan mencari penyelesaian masalah, walaupun demikian masih ada juga siswa yang tidak berpartisipasi secara aktif dan masih butuh bimbingan dari guru.


(66)

50

Selama proses presentasi setiap siswa diberikan kesempatan untuk menambahkan, menjawab dan menyanggah jawaban yang ada

Gambar 9. Siswa menambah atau menyanggah jawaban. 3) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup dilaksanakan selama 5 Menit. Langkah-langkah yang ditempuh guru, yaitu guru memberikan motivasi kepada para siswa. Guru memberikan tindak lanjut yaitu tentang materi yang akan dilanjutkan minggu depan. Setelah melaksankan tindak lanjut selanjutnya guru menutup pembelajaran.

c. Pertemuan ketiga siklus I

Pertemuan ketiga siklus I yaitu pada tanggal 07 April 2015 masih berisi tentang materi kebebasan berorganisasi dengan fokus pembahasan tentang peran serta dalam memilih organisasi di sekolah karna melanjutkan materi minggu sebelumnya. Waktu yang ditempuh dalam pertemuan ketiga ini adalah sebesar 2x35 Menit. Sebelum


(67)

51

memulai pembelajaran, guru memberikan pengantar pelajaran tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu tentang peran serta dalam memilih organisasi yang ada disekolah. Setelah merefleksi materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian guru menjelaskan tentang topik materi yang akan dipelajari, yaitu melanjutkan presentasi kelompok tentang peran atau fungsi dan tugas dari masing-masing organisasi yang ada di sekolah. Semua proses pembelajaran dilakukan dengan melanjutkan penerapanProblem Based Learning (PBL) dengan langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:

Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Waktu yang ditempuh pada kegiatan awal ini adalah 10 menit. Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru, yaitu guru membuka pelajaran dengan memberikan salam pembuka, kemudian dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran setiap siswa. Kegiatan selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi sebelumnya yaitu tentang hasil wawancara dengan sumber tentang peran atau fungsi dari organisasi yang ada dilingkungan sekolah serta melanjutkan presentasi kelompok.


(68)

52 2) Kegiatan inti

Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan inti ini adalah 55 menit. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan kegiatan inti oleh guru adalah sebagai berikut: a) Penyajian solusi masalah

Minggu sebelumnya siswa telah ada yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sedangkan pada pembelajaran selanjutnya siswa diminta untuk melanjutkan presentasi kelompok yang belum presentasi yaitu kelompok Unit Kegiatan Siswa (UKS), pengurus kelas, bidan cilik, pengurus mushalla, perpustakaan, dan struktur sekolah

Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi. Dari setiap kelompok yang presentasi siswa diberikan kesempatan untuk bertanya


(69)

53

Gambar 11. Siswa diberi kesempatan bertanya.

Selama proses presentasi setiap siswa diberikan kesempatan untuk menambahkan, menjawab dan menyanggah jawaban yang ada.

b) Review proses pembelajaran

Setelah siswa mendengarkan hasil dari presentasi dari masing-masing kelompok, siswa bersama dengan guru mereview kembali proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan selanjutnya siswa diminta untuk menuliskan organisasi apa yang akan dipilih disertai dengan alasan mengapa memilih organisasi tersebut. Setelah pembelajaran selesai siswa bersama guru menarik kesimpulan dan mengerjakan soal evaluasi akan materi yang telah dipelajari. 3) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup ditempuh selama 5 menit. Langkah-langkah yang dilaksankan oleh guru dalam kegiatan penutup, yaitu


(70)

54

guru memberikan motivasi kepada seluruh siswa sebelum mengakhiri pelajaran, kemudian guru melaksanakan tindak lanjut tentang materi yang akan dilanjutkan minggu depan. Setelah kegiatan tindak lanjut selesai, kemudian guru menutup pelajaran. c. Observasi/ Pengamatan siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti dibantu 2 observer melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yaitu dengan penerapan Problem Based Learning ( PBL) untuk meningkatkan participation skills siswa pada mata pelajaran PKn kelas V. Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tahapan prosedur Problem Based Learning ( PBL) meskipun masih belum maksimal.

Kegiatan pengamatan juga dilakukan pada aktivitas atau kegiatan siswa selama pembelajaran, kegiatannya dilaksanakan dengan menggunakan pedoman lembar pengamatan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 2 orang observer didapatkan bahwa siswa telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahapan atau prosedur Problem Based Learning ( PBL). Dari pertemuan awal sampai dengan pertemuan ketiga pada siklus I menurut hasil pengamatan terjadi peningkatan dalam setiap pertemuan. Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang belum secara aktif mengikuti jalannya pembelajaran.


(71)

55

Peneliti dan 2 observer mengumpulkan data dari setiap pertemuan dengan mengamati keempat aspek participation skills yang meliputi (1) Bertanya, (2) Berdiskusi, (3) Bekerja sama, (4) Berbicara. Dalam proses pembelajaran aktivitas bertanya, berdiskusi, bekerja sama, maupun berbicara terjadi pada saat diskusi, presentasi dari setiap kelompok, dan siswa juga bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami baik bertanya kepada guru maupun peneliti, dalam proses presentasi siswa juga mempunyai kesempatan untuk menjawab maupun menyanggah jawaban yang diberikan oleh kelompok yang presentasi. Peneliti memberikan klasifikasi nilai keterampilan berpartisipasi siswa yang dibagi menjadi empat kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup dan kurang.

Berdasarkan hasil yang diamati melalui rubrik pengamatan participation skills yang dilaksanakan oleh peneliti (Lampiran 3-5 ), hasil peningkatan participation skills siswa pada setiap pertemuan dalam siklus I adalah sebagai berikut:


(72)

56

Tabel 3. Hasil Peningkatan Participation Skills Siswa Siklus I

No Pertemuan Kategori Jumlah Siswa pada Setiap Indikator

Bertanya Bekerja Sama Berdiskusi Berbicara

1 I Sangat Baik 0 0 0 0

Baik 0 4 0 0

Cukup 6 18 12 4

Kurang 31 15 25 33

2 II Sangat Baik 0 0 0 0

Baik 5 5 0 4

Cukup 22 30 16 13

Kurang 10 2 21 20

3 III Sangat Baik 0 1 2 0

Baik 12 9 7 8

Cukup 22 27 28 16

Kurang 3 0 0 13

a. Refleksi tindakan siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang dijelaskan pada (Tabel 3.) di atas, tindakan siklus I pertemuan pertama menunjukan bahwa dari masing-masing indikator pencapaian belum mencapai kreteria ketuntasan. Pada pertemuan pertama pencapaian dalam kategori baik hanya terdapat pada indikator bekerja sama, yaitu sebanyak 4 siswa atau sebesar 10.8% siswa yang telah mencapai kategori baik, sedangkan pada kategori bekerja sama, berdiskusi, dan berbicara belum memenuhi kriteria.

Pertemuan kedua menunjukan hasil bahwa indikator pencapaian mengalami peningkatan. Indikator yang telah berada pada kategori baik,


(73)

57

yaitu bertanya sejumlah 5 siswa atau 13.5%, bekerja sama 5 siswa atau 13.5% dan berbicara 4 siswa atau 10.8%. Sedangkan indikator berdiskusi belum berada dikategori baik.

Pertemuan ketiga, siswa yang telah mencapai dalam kategori baik, yaitu bertanya sejumlah 12 siswa atau 32.4%, bekerja sama 9 siswa dalam kategori baik dan 1 siswa dalam kategori sangat baik atau 27%, berdiskusi 7 siswa dalam kategori baik dan 2 siswa dalam kategori sangat baik atau 24.3% dan berbicara 8 siswa atau 21.6%.

Berdasarkan hasil dari ketiga pertemuan pada siklus I maka dapat diketahui bahwa penelitian siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan, yaitu 75% atau sejumlah 28 siswa dari masing-masing indikator belum dapat berpartisipasi secara baik dalam setiap indikator pencapaian. Dari hasil diskusi yang dilakukan oleh peneliti, guru dan 2 observer ditemukan beberapa permasalahaan yang menyebabkan ketidaktercapaian penelitian siklus I, beberapa permasalahan itu dijelaskan pada Tabel 4. dibawah ini:


(74)

58 Tabel 4. Hasil Refleksi Siklus I

No. Hasil Refleksi Rencana Perbaikan pada siklus II 1 Beberapa siswa masih malu

dalam menyampaikan pendapatnya.

Guru memberikan motivasi siswa untuk lebih aktif dan lebih percaya diri dalam mengemukakan

pendapat, bertanya maupun menjawab pertanyaan. 2 Terdapat beberapa siswa yang

membuat gaduh dengan mengganggu teman dalam proses pembelajaran.

Guru akan memberikan perhatian khusus berupa pengarahan kepada siswa yang bersangkutan agar tidak membuat gaduh didalam proses pembelajaran di kelas.

3 Terdapat siswa yang masih bercanda dengan temannya ketika proses diskusi dalam kelas.

Guru besama peneliti akan mendekati dan menasehati siswa yang bercanda dalam proses pembelajaran diskusi dalam kelas. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa penelitian siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilanjutkan pada tindakan penelitian siklus II.

3. Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada tindakan siklus II pertemuan pertama disusun peneliti bersama dengan guru kelas dan selanjutnya dikonfirmasikan kepada dosen ahli. Berdasarkan pada hasil refleksi dari tindakan pada siklus I peneliti bersama dengan guru merencanakan perbaikan untuk melanjutkan penelitian siklus II. Perbaikan ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil partisipasi siswa


(75)

59

secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan pada perencanaan siklus kedua adalah sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode PBL.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus II ini adalah perencanaan perbaikan dari tindakan siklus I, kemudian akan dilanjutkan dengan perbaikan pada kegiatan di siklus II, perbaikannya antara lain adalah guru memberikan motivasi dalam proses pembelajaran agar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II ini lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan guru juga akan memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bercanda dan membuat gaduh pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2) Perangkat pembelajaran yang akan diperlukan untuk penelitian tindakan kelas.

Perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan oleh peneliti seperti media pembelajaran. Media yang digunakan pada proses pembelajaran ini adalah kertas dan kotak untuk mengumpulkan hasil suara dari siswa.

3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, dan alat dokumentasi.


(76)

60 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan berdasarkan tahap-tahap pembelajaran melalui Problem Based Learning (PBL). Tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan dengan menyesuaikan materi dan jadwal mata pelajaran PKn kelas V SD Karanggondang. Tindakan siklus 1I dilakukan pada tanggal 26 Mei 2015. 1) Pertemuan pertama siklus II

Estimasi waktu dalam pelaksanaan siklus II adalah 2x35 menit. Berisi tentang materi sikap menghargai keputusan bersama dengan fokus pembahasan tentang pengertian dan bentuk-bentuk keputusan bersama. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan pengantar pelajaran tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu tentang peran serta dalam memilih organisasi disekolah. Setelah merefleksi materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian guru menjelaskan tentang topik materi yang akan dipelajari, yaitu tentang pengertian dan bentuk bentuk keputusan bersama. Semua proses pembelajaran dilakukan dengan penerapan Problem Based Learning (PBL) dengan langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut: a. Kegiatan awal

Waktu yang ditempuh dalam kegiatan awal ini adalah 10 menit. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan awal, antara lain guru membuka pelajaran dengan memberikan salam


(1)

115

Lampiran 9

Tabel 6. Daftar Tingkat

Participation Skills

Siswa Siklus I Pertemuan Ketiga

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 A 1 1 1 1

2 B 1 1 1 1

3 C 1 1 1 1

4 D 1 1 1 1

5 E 1 1 1 1

6 F 1 1 1 1

7 G 1 1 1 1

8 H 1 1 1 1

9 I 1 1 1 1

10 J 1 1 1 1

11 K 1 1 1 1

12 L 1 1 1 1

13 M 1 1 1 1

14 N 1 1 1 1

15 O 1 1 1 1

16 P 1 1 1 1

17 Q 1 1 1 1

18 R 1 1 1 1

19 S 1 1 1 1

20 T 1 1 1 1

21 U 1 1 1 1

22 V 1 1 1 1

23 W 1 1 1 1

24 X 1 1 1 1

25 Y 1 1 1 1

26 Z 1 1 1 1

27 AA 1 1 1 1

28 BB 1 1 1 1

29 CC 1 1 1 1

30 DD 1 1 1 1

31 EE 1 1 1 1

32 FF 1 1 1 1

33 GG 1 1 1 1

34 HH 1 1 1 1

35 II 1 1 1 1

36 JJ 1 1 1 1

37 KK 1 1 1 1

3 22 12 0 0 27 9 1 0 28 7 2 13 16 8 0

BEKERJA SAMA BERDIKUSI

Jumlah


(2)

116

Lampiran 10

Tabel 7. Daftar Tingkat

Participation Skills

Siswa Siklus II

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 A 1 1 1 1

2 B 1 1 1 1

3 C 1 1 1 1

4 D 1 1 1 1

5 E 1 1 1 1

6 F 1 1 1 1

7 G 1 1 1 1

8 H 1 1 1 1

9 I 1 1 1 1

10 J 1 1 1 1

11 K 1 1 1 1

12 L 1 1 1 1

13 M 1 1 1 1

14 N 1 1 1 1

15 O 1 1 1 1

16 P 1 1 1 1

17 Q 1 1 1 1

18 R 1 1 1 1

19 S 1 1 1 1

20 T 1 1 1 1

21 U 1 1 1 1

22 V 1 1 1 1

23 W 1 1 1 1

24 X 1 1 1 1

25 Y 1 1 1 1

26 Z 1 1 1 1

27 AA 1 1 1 1

28 BB 1 1 1 1

29 CC 1 1 1 1

30 DD 1 1 1 1

31 EE 1 1 1 1

32 FF 1 1 1 1

33 GG 1 1 1 1

34 HH 1 1 1 1

35 II 1 1 1 1

36 JJ 1 1 1 1

37 KK 1 1 1 1

9 0 26 2 0 8 25 4 0 9 25 3 5 4 27 1

Jumlah

BERBICARA


(3)

117


(4)

(5)

(6)