Asumsi Dasar dalam Membangun Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

158 dahulu kemudian semakin kompleks sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar matematika. Saat siswa berhasil mengerjakan soal yang sederhana, siswa akan termotivasi untuk mengerjakan soal-soal yang lebih sulit. Guru juga memberikan beberapa cara dalam mengerjakan matematika. Siswa berhak memilih cara yang dianggap paling mudah bagi siswa. Guru memiliki pemikiran bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tidak bisa memaksanakan semua siswa mengerjakan soal matematika dengan satu cara saja. Guru harus berusaha membuat siswa termotivasi untuk belajar matematika. Salah satu upaya guru dalam memotivasi siswa untuk belajar matematika adalah dengan memberikan kesempatan untuk sukses. Guru sebaiknya memberikan soal sesuai dengan kemampuan siswa agar siswa yang kurang pandai juga bisa mengerjakan soal tersebut. Saat siswa berhasil mengerjakan soal, maka dapat menimbulkan kepuasan bagi siswa dan dapat membangun motivasi untuk mengulang kembali keberhasilannya Syaiful Sagala, 2010: 153.

c. Asumsi Dasar dalam Membangun Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

1 Kekeluargaan dapat menciptakan keharmonisan Berdasarkan hasil penelitian, asumsi bahwa keharmonisan dapat tercipta dengan suasana kekeluargaan belum membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika. Ciri dari kekeluargaan adalah suasana yang saling memperhatikan seperti sebuah keluarga Barnawi 159 Mohammad Arifin, 2013: 117. Hal tersebut ditunjukkan dari sikap guru terhadap siswa yang seperti anak sendiri, siswa terkadang menganggap guru seperti kawan bahkan menghormati guru. Guru-guru juga memperhatikan Ag saat sedang sakit vertigo. Meskipun belum membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika, namun suasana kekeluargaan tersebut akan memberikan dampak pada siswa. Siswa akan merasa nyaman saat berada di sekolah bersama dengan siswa lain, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah. Terutama kedekatan antara siswa dan guru akan membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Siswa akan menjadikan guru sebagai idola, sehingga siswa akan selalu memperhatikan perkataan guru dan meniru perilaku guru. Hal tersebut akan sangat berguna bagi guru untuk dapat mengajak siswa melaksanakan budaya sekolah yang telah dikembangkan. 2 Semangat kerja guru, semangat belajar siswa, dan dukungan orang tua menciptakan prestasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa asumsi dasar dalam mencapai prestasi siswa adalah semangat kerja guru, semangat belajar siswa dan dukungan orang tua yang saling bersinergis. Senada dengan pendapat dari Ariefa Efianingrum 2008: 4 yang menyatakan bahwa kerja sama antar komponen sekolah dapat menciptakan prestasi, dan tersebut merupakan budaya sekolah yang positif. Kerja sama tersebut terbentuk dari keterkaitan antara semangat kerja guru, semangat belajar siswa dan dukungan orang tua. Semangat kerja guru akan mendukung 160 kegiatan belajar mengajar yang bermakna bagi siswa. Semangat belajar siswa juga akan mendukung perilaku siswa untuk rajin belajar dan memiliki motivasi berprestasi. Dukungan orang tua juga mampu menambah motivasi siswa untuk berprestasi. Saat guru, orang tua dan siswa saling bersinergis maka prestasi akan dapat dicapai. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semangat kerja guru, semangat belajar siswa serta dukungan orang tua dapat membentuk konsep diri yang positif bagi siswa. Konsep diri tumbuh dari interaksi siswa dengan orang- orang berpengaruh dalam kehidupan siswa Slameto, 2003: 184. Interaksi siswa dengan guru yang memiliki semangat kerja tinggi saat di kelas dapat mempengaruhi konsep diri siswa. Interaksi anak dengan orang tua yang mendukung siswa untuk berprestasi akan berpengaruh bagi konsep diri anak. Hanya saja asumsi tersebut belum membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika. 3 Belajar matematika, yang penting paham caranya maka dapat mengerjakan soal matematika dengan baik Asumsi yang hanya ada pada mata pelajaran matematika adalah belajar matematika, yang penting paham caranya maka dapat mengerjakan soal matematika dengan baik. Asumsi tersebut membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh beberapa siswa. Siswa akan tertarik pada mata pelajaran matematika saat siswa merasa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang mudah. Rusyan Syaiful Sagala, 2010: 55 juga 161 menyampaikan bahwa salah satu prinsip belajar adalah dengan membentuk persepsi yang tepat bagi siswa. Siswa yang sejak awal memiliki persepsi yang kurang tepat dalam mempelajari matematika akan kesulitan dalam mempelajari matematika. Siswa yang sejak awal memiliki persepsi bahwa belajar matematika mudah, akan senang untuk belajar matematika. Hal tersebut digunakan sebagai alasan guru memiliki asumsi bahwa belajar matematika, yang penting paham caranya maka dapat mengerjakan soal matematika dengan baik. Pertama, guru harus memberikan kesan bahwa matematika tidak sulit dengan memberikan cara mengerjakan matematika dengan bilangan yang kecil kemudian siswa diajak berlatih mengerjakan soal-soal yang sederhana. Semakin lama, guru bisa memberikan soal yang lebih kompleks. Jangan sampai dari awal siswa merasa sulit, sehingga kemauan siswa untuk belajar menjadi menurun. Siswa yang merasa bahwa belajar matematika mudah dan mendapatkan keberhasilan atas usahanya akan merasa bangga. Hal tersebut akan menciptakan konsep diri yang baik bagi siswa. Konsep diri adalah cara berfikir mengenai kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri Lili Garliah Fatma Kartika Sary Nasution, 2005: 39. Saat siswa merasa mampu untuk mengerjakan matematika, maka siswa akan mengerjakan soal matematika dengan baik sehingga muncul motivasi untuk memperoleh nilai terbaik. Apalagi saat siswa telah berhasil mengerjakan dengan baik dan guru mengakui keberhasilannya dengan 162 memberikan nilai yang baik, maka siswa akan merasakan bangga dan akan berusaha mengulangi keberhasilan tersebut. 4 Sikap baik dapat terbentuk dari pembiasaan sikap baik Berdasarkan hasil penelitian, asumsi bahwa sikap baik terbentuk dari pembiasaan sikap baik belum membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika. Asumsi bahwa sikap baik terbentuk dari pembiasaan sikap baik tersebut berguna bagi penanaman sikap yang baik bagi siswa dari segi spiritual, sosial dan psikologis. Meskipun asumsi tersebut belum membangun motivasi berprestasi pada mata pelajaran matematika, namun tetap memiliki banyak manfaat bagi siswa. Asumsi dasar tersebut dapat berguna untuk pembentukan karakter siswa, mendorong siswa untuk memiliki motivasi belajar, bekerja sama, serta meningkatkan sikap baik antar sesama warga sekolah Warsilah Wiwik Wijayanti, 2015: 100. Saat siswa dibiasakan bersikap baik saat di sekolah, diharapkan saat di masyarakat siswa juga dapat melaksanakannya. Bukan hanya sikap baik dalam hal bersosial, namun juga sikap baik dalam belajar. Pembiasaan sikap baik dalam belajar dapat mendukung siswa untuk memiliki motivasi dalam belajar. Slameto 2003: 99 menyampaikan beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi pada siswa, salah satunya membentuk kebiasaan belajar yang baik. 163

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan tentu tidak lepas dari keterbatasan. Keterbatasan penelitian terdapat pada ketidaksesuaian rencana penelitian dengan kenyataan yang terjadi saat di lapangan serta keterbatasan pada pengumpulan data. Berikut keterbatasan penelitian berikut: 1. Peneliti merencanakan untuk melaksanakan observasi pasif saat kegiatan belajar mengajar matematika, namun peneliti diminta untuk melaksanakan kegiatan mengajar satu kali pada mata pelajaran matematika di kelas IV dan empat kali mengajar mata pelajaran yang lain di kelas III dan VA sehingga menjadi melakukan observasi aktif. 2. Wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan hanya pada kelas I hingga kelas V, sedangkan kelas VI tidak digunakan sama sekali dalam pengumpulan data tersebut karena kelas VI sedang fokus untuk persiapan Ujian. Sedangkan wawancara hanya dilaksanakan dengan siswa kelas III, IV dan V. 3. Pembahasan mengenai lomba siswa berprestasi di SD N 2 Delanggu secara mendalam belum ada dalam hasil penelitian dan pembahasan karena berkaitan dengan fokus penelitian dan pertanyaan penelitian yang tidak mencantumkan mengenai lomba siswa berprestasi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA N 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 4 98

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SD NEGERI NO. 101776 SAMPALI DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 25

PENINGKATAN MOTIVASI DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PICTURE AND PICTURE Peningkatan Motivasi Dalam Mata Pelajaran Matematika Melalui Strategi Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bareng Klaten Tengah Tahun Pelajaran 2012

0 0 15

PENINGKATAN MOTIVASI DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PICTURE AND PICTURE Peningkatan Motivasi Dalam Mata Pelajaran Matematika Melalui Strategi Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bareng Klaten Tengah Tahun Pelajaran 2012

0 0 20

PENDAHULUAN Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VI SD Negeri 2 Delanggu, Delanggu, Klaten Tahun 2011/2012.

0 3 6

PERANHUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF SEKOLAH DI SD N SOSROWIJAYAN YOGYAKARTA.

0 2 178

PENGARUH SELF-EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MATA PELAJARAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) DI SMK N 2 DEPOK.

1 1 150

HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN KIMIA

0 0 18