1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia SDM yang dimiliki. SDM yang berkualitas dapat menunjang perkembangan
ekonomi, politik, budaya, pendidikan, IPTEK, dan lain-lain. Berkembangnya segala aspek kehidupan tersebut menjadikan suatu bangsa mampu bersaing
dengan bangsa lain. Bangsa yang tidak mampu untuk bersaing dengan bangsa lain akan tertinggal, bahkan beberapa diantaranya dapat dijajah oleh bangsa lain.
Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dapat tercipta melalui pendidikan yang berkualitas pula. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010,
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa http:sp2010.bps.go.id. Apabila penduduk Indonesia yang jumlahnya besar
memiliki SDM yang berkualitas, tentu negara Indonesia akan menjadi negara maju. Kenyataannya, penduduk Indonesia memiliki SDM yang kurang. SDM
Indonesia tidak sebanding dengan Sumber Daya Alam SDA yang dimilikinya. SDA tidak mampu diolah dengan baik, sehingga bergantung pada negara lain
untuk mengolahnya. Banyak bahan serta kebutuhan yang sebenarnya sudah melimpah di Indonesia, namun masih mengimpor dari negara lain.
Sumber Daya Manusia SDM yang kurang baik tersebut tidak lepas dari rendahnya kesempatan generasi muda untuk mendapatkan pendidikan. Tahun
2015, UNICEF mencatat sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan sekolah http:kabar24.bisnis.com. Anak yang
2 memiliki kondisi ekonomi kurang mampu memiliki kesempatan empat kali lebih
besar untuk putus sekolah daripada anak yang berasal dari keluarga berkecukupan. Selain itu, berdasarkan letak geografis tingkat putus sekolah anak
sekolah dasar di desa 3 kali lipat daripada sekolah di kota. Pendidikan sebenarnya dapat dilaksanakan di manapun manusia berada.
Lingkungan yang mendukung manusia untuk memperoleh pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Conny R. Semiawan 1998: 195
menyampaikan “tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks
pendidikan, tiga macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan”. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut berguna untuk membantu
mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Salah satu lingkungan pendidikan yang sangat penting dalam kaitannya
untuk menciptakan Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas adalah sekolah.
United Nations Children’s Fund menyatakan apabila kesempatan sekolah bagi generasi muda rendah, maka kemajuan hidup pada berbagai bidang
di negara tersebut juga tidak akan baik Kirschning Kostermans: 2012. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak-anak yang
tidak mendapat kesempatan untuk sekolah akan menghambat kemajuan negara, karena SDM yang berkualitas akan sulit terbentuk.
Pemerintah sudah berupaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan di Indonesia untuk dapat meningkatkan serta menciptakan
Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas. Pemerintah berusaha
3 memberikan kesempatan bersekolah bagi seluruh anak dengan adanya beasiswa,
sekolah gratis, sekolah inklusi, dan lain-lain. Semakin banyak anggota masyarakat yang melaksanakan pendidikan di sekolah, maka semakin banyak
pula anggota masyarakat yang memiliki wawasan luas. Wawasan masyarakat yang luas diharapkan dapat membantu mendukung kemajuan di segala aspek
kehidupan. Wawasan yang luas tentu diperoleh dari pengetahuan yang dimiliki oleh
individu. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki, maka semakin luas pula wawasan individu tersebut. Pengetahuan dapat diperoleh dari proses belajar
yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menetap akibat perolehan pengetahuan dan pengalaman dari interaksi
dengan lingkungan Sugihartono, dkk, 2012: 74. Perubahan tingkah laku menjadi tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Proses belajar menjadikan
siswa menjadi lebih dewasa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Setelah melakukan proses belajar, siswa tidak hanya memiliki banyak
pengetahuan tapi juga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk sikap dan keterampilan.
Proses belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang timbul dari dalam maupun dari luar diri siswa Slameto, 2003: 54-72. Faktor
dari dalam diri siswa yang mempengaruhi belajar adalah faktor jasmaniah kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan, dan faktor kelelahan. Faktor dari luar yang berpengaruh dalam proses belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah
4 dan faktor masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam proses belajar, terutama pada aspek
pengetahuan dapat ditunjukkan dengan nilai. Siswa yang mendapatkan nilai kurang baik dalam kegiatan belajar mengajar tidak selalu disebabkan oleh
tingkat intelegensi yang rendah. Guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut untuk dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi siswa. Apabila guru memahami permasalahan yang dihadapi siswa, maka guru dapat mencari jalan keluar untuk membantu meningkatkan
nilai siswa. Siswa yang sering mendapat nilai baik biasanya disebut siswa berprestasi
akademik. Prestasi sebenarnya dapat dilihat berbagai macam bentuk, seperti nilai-nilai rapor maupun juara dalam lomba. Prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai Dendy Sugono, dkk, 2003: 298. Individu yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh maka akan memperoleh hasil yang baik. Begitupula
dengan siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh tentu akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang mengalami permasalahan
dalam belajar akan sulit memperoleh prestasi. Pencapaian prestasi belajar siswa harus dibangun sejak siswa berada di
sekolah dasar. Sekolah dasar menjadi landasan atau dasar untuk menopang jenjang sekolah diatasnya, sehingga sekolah dasar dinilai paling penting bagi
perkembangan kognitif siswa. Siswa yang menguasai materi saat berada di sekolah dasar, tentu akan lebih mudah dalam mengikuti jenjang selanjutnya.
5 Seperti pendapat bari Fuad Ihsan 2003: 22
bahwa “pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan
sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah”.
Siswa perlu didorong untuk belajar dengan sungguh-sungguh sejak di sekolah dasar. Selain dapat menguasai konsep-konsep dasar yang akan
membantu di jenjang sekolah lanjutan, siswa juga dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi. SD N 2 Delanggu merupakan sekolah dasar yang memiliki
banyak siswa berprestasi di Kecamatan Delanggu. Masyarakat sekitar juga sudah memberikan kepercayaan kepada SD N 2 Delanggu sebagai sekolah
dengan prestasi yang baik, terbukti dengan animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SD N 2 Delanggu cukup tinggi.
Setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah SD N 2 Delanggu, ternyata terdapat beberapa permasalahan menarik yang ada di sekolah tersebut.
Salah satu permasalahan yang terjadi adalah keadaan ekonomi rata-rata siswa yang berada pada tingkat menengah bawah tidak menurunkan semangat siswa
untuk belajar. Pekerjaan orang tua yang rata-rata buruh, petani dan pedagang berdampak pada kurangnya perhatian orang tua terhadap anak karena terlalu
sibuk bekerja. Orang tua tidak selalu dapat mendampingi siswa untuk belajar, serta latar pendidikan orang tua sebagian siswa tidak memungkinkan bagi orang
tua untuk membimbing anak dalam belajar. Permasalahan tersebut hampir sama dengan beberapa sekolah dasar di Kecamatan Delanggu. Perbedaannya, sekolah
6 dasar yang lain di sekitar SD N 2 Delanggu belum memiliki prestasi baik seperti
SD N 2 Delanggu padahal memiliki permasalahan yang sama. Berdasarkan penuturan guru SD Krecek, SD N 1 Tlobong serta SD N 6
Delanggu, kondisi ekonomi keluarga berpengaruh terhadap prestasi siswa di sekolah dasar tersebut. Letak Kecamatan Delanggu yang dapat dikatakan masih
desa, memang rata-rata masyarakatnya masih bekerja sebagai buruh, petani dan pedangang. Tidak heran rata-rata masyarakat di Kecamatan Delanggu berada
pada kondisi ekonomi tingkat menengah bawah, termasuk orang tua siswa SD N 2 Delanggu. Tingkat ekonomi yang rendah serta pendidikan orang tua yang
masih terbatas membuat orang tua kurang bisa memberikan dukungan yang optimal kepada anak.
Prestasi yang diperoleh SD N 2 Delanggu cukup banyak di berbagai mata pelajaran serta sering memperoleh juara dalam lomba siswa berprestasi, namun
prestasi paling banyak terdapat pada mata pelajaran matematika dan IPA. Prestasi siswa SD N 2 Delanggu pada mata pelajaran matematika juga menarik,
karena berdasarkan wawancara guru di beberapa sekolah dasar yang lain di Kecamatan Delanggu menyatakan bahwa mata pelajaran matematika merupakan
mata pelajaran yang paling ditakuti siswa sehingga prestasi yang diperoleh juga kurang baik.
Meskipun paling sering memperoleh juara di tingkat kecamatan maupun kabupaten, namun prestasi tersebut sudah sangat baik. Apalagi di tengah-tengah
berbagai permasalahan dan keterbatasan yang ada, SD N 2 Delanggu masih bisa
7 memperoleh prestasi yang baik. Berikut daftar perolehan prestasi di SD N 2
Delanggu pada mata pelajaran matematika: Tabel 1. Perolehan prestasi matematika di SD N 2 Delanggu
No. Perolehan Prestasi
Tahun Ajaran
1. Juara II Lomba Olimpiade Matematika Tk.
Kecamatan Delanggu 20102011
2. Juara III Lomba Olimpiade Matematika Tk.
Kecamatan Delanggu 20112012
3. Juara I Lomba Olimpiade Matematika Tk. Kecamatan
Delanggu 20142015
4. Juara II Lomba Olimpiade Matematika Tk.
Kecamatan Delanggu 20142015
5. Juara I Lomba Olimpiade Matematika Tk. Kecamatan
Delanggu 20152016
6. Juara IV Lomba Olimpiade Matematika Tk.
Kabupaten Klaten 20152016
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki karakteristik berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Guru sebaiknya
memahami karakteristik tersebut agar dapat menyampaikan materi dengan baik. Matematika adalah mata pelajaran yang harus dikuasai siswa, khususnya siswa
sekolah dasar. Antonius Cahya Prihandoko 2006: 1 menjelaskankan bahwa “matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari
ilmu- ilmu yang lain”. Semua mata pelajaran penting untuk dipelajari siswa,
namun matematika memiliki peranan yang sangat mendasar bagi pengetahuan yang lain. Konsep dalam mata pelajaran matematika banyak terselip pada mata
pelajaran yang lain, seperti IPA dan IPS. Keterampilan berhitung yang dikembangkan dalam mata pelajaran matematika juga sangat berguna dalam
pemecahan masalah sehari-hari.
8 Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki fungsi untuk
membantu mengembangkan kemampuan menalar siswa Antonius Cahya Prihandoko, 2006 : 17-18. Mata pelajaran matematika lebih cenderung pada
pemecahan masalah, sehingga perlu untuk melakukan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen agar permasalahan dapat terpecahkan. Siswa memerlukan
pemikiran yang sistematis dalam memecahkan permasalahan. Kegiatan pembelajaran sebaiknya dibuat agar mendukung siswa untuk melakukan
penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen untuk memecahkan masalah. Proses belajar matematika yang menuntut siswa untuk berfikir sistematis
sering dipandang sebagai sesuatu yang rumit. Hanya siswa yang memiliki motivasi tinggi yang tidak akan pantang menyerah dalam belajar matematika.
Dimyati Mudjiono 2006: 42 mengartikan “motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Siswa yang memiliki
motivasi tinggi akan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukungnya untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang tinggi akan membuat siswa giat
berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya Abu Ahmadi Widodo Supriyanto, 2004: 83.
Sebaliknya, siswa yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi siswa untuk berprestasi. Satain, et all dalam Abu Ahmadi 2002: 201- 202 mengungkapkan bahwa ada tiga cara memotivasi orang lain, yaitu
9 memotivasi dengan kekerasan, memotivasi dengan bujukan dan memotivasi
dengan identifikasi. Memotivasi dengan kekerasan yaitu memberikan motivasi pada orang lain dengan ancaman dan tekanan. Memotivasi dengan bujukan
identik dengan pemberian reward jika orang lain melakukan permintaannasehat yang disampaikan. Hal ini menyebabkan ketergantungan bagi orang lain,
sehingga motivasi dengan bujukan sebaiknya dihindari. Memotivasi dengan identifikasi yaitu memunculkan motivasi intrinsik pada orang lain.
Memotivasi dengan identifikasi lebih cocok digunakan dibandingkan dengan dua cara yang lain. Menumbuhkan motivasi dari dalam diri siswa lebih
berguna bagi keberhasilan serta ketetapan pada jangka waktu lama. Menurut Dyah Retno Palupi Aryani Tri Wrastari 2013: 2, beberapa penelitian
menyatakan bahwa prestasi belajar lebih cenderung disebabkan oleh faktor dari dalam diri individu yaitu motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi sangat
ampuh dalam menggerakkan individu untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Motivasi berprestasi pada siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lusi
Nuryanti 2008: 39 berpendapat bahwa faktor pencapaian prestasi siswa di sekolah meliputi efikasi diri, pola asuh orang tua, status sosial-ekonomi, sistem
pendidikan yang berlaku di sekolah, dan budaya masyarakat. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada motivasi berprestasi siswa, sehingga prestasi
siswa akan semakin baik. Prestasi yang diraih oleh siswa SD N 2 Delanggu pada mata pelajaran
matematika tidak lepas dari motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Kepala SD N 2 Delanggu menyampaikan bahwa siswa sangat semangat untuk belajar.
10 Setelah observasi di beberapa sekolah dasar di Kecamatan Delanggu, tampak
ciri khas SD N 2 Delanggu yang tidak dimiliki oleh sekolah dasar yang lain. SD N 2 Delanggu memiliki iklim belajar yang baik, karena terdapat nilai-nilai yang
ditanamkan pada warga sekolah dan menjadi karakter dari sekolah tersebut. Salah satu nilai tersebut adalah semangat yang dimiliki oleh warga sekolah untuk
berprestasi. Semangat kerja guru dan semangat belajar siswa menjadi budaya di SD
N 2 Delanggu. Barnawi Mohammad Arifin 2013: 109 menyatakan bahwa budaya sekolah meliputi filosofi, nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, ide,
mitos, dan karya yang terintegrasi untuk mengarahkan perilaku warga sekolah. Nilai semangat menjadi salah satu budaya sekolah di SD N 2 Delanggu. Keadaan
ekonomi pada tingkat menengah bawah yang menyebabkan orang tua kurang terlibat dalam membimbing anak belajar, tidak mempengaruhi semangat siswa
untuk mendapatkan prestasi. Semangat berprestasi yang dimiliki warga SD N 2 Delanggu juga tidak luntur meskipun keadaan sekolah terbatas.
Keadaan sekolah di desa tentu berbeda dengan keadaan sekolah yang berada di kota. Fasilitas sekolah, kemampuan guru, sistem sekolah tentu sangat
berbeda. Sekolah dasar di desa cenderung memiliki keterbatasan fasilitas sekolah, kemampuan guru, sistem sekolah, dan lain-lain. SD N 2 Delanggu
memiliki luas wilayah sekolah yang tidak terlalu besar, sehingga terdapat beberapa fasilitas yang tidak ada. Contohnya ruang UKS, mushola, perpustakaan
belum ada dikarenakan tidak ada lahan yang digunakan untuk membangun ruangan tersebut.
11 Selain budaya semangat berprestasi, SD N 2 Delanggu juga memiliki
budaya sekolah yang lain. Misalnya budaya 3S Senyum, Sapa dan Salam, budaya untuk berbaris memasuki kelas sebelum pelajaran dimulai, dan lain-lain.
Macneil, Prater Busch 2009: 74 menyatakan bahwa “testimony from
succesful school principals suggests that focusing on development of the school’s culture as a learning environment is fundamental to improved teacher
morale and student achievement”. Beberapa kepala sekolah yang sukses menyampaikan bahwa fokus pengembangan budaya sekolah adalah untuk
meningkatkan moral guru dan prestasi siswa. Moral yang dimiliki oleh guru dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa. Budaya berprestasi juga penting
bagi kemajuan mutu sekolah. Budaya berprestasi yang ada di SD N 2 Delanggu hampir sama dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh Agus Yuliono di SMA Karangturi. Hasil dari penelitian tersebut adalah budaya sekolah berprestasi di SMA Karangturi
terwujud dari slogan “The Best You Can Be”, serta visi sekolah “Karangturi is
a School of Global Enterpreneurial Spirit”. Keistimewaan dari penelitian di SD N 2 Delanggu yang berbeda dengan penelitian yang lain adalah karena sekolah
yang dijadikan tempat penelitian adalah sekolah dasar di desa. Sekolah dasar dengan segala keterbatasan, namun masih memiliki semangat yang tinggi untuk
berprestasi. Penelitian lain cenderung pada sekolah-sekolah di kota yang sudah jelas memiliki prestasi tinggi, management yang baik, kualitas yang baik, dan
lain-lain. Adanya penelitian di SD N 2 Delanggu ini, diharapkan dapat menjadi
12 contoh bagi sekolah dasar lain di daerah desa agar tetap memiliki budaya
berprestasi meskipun banyak keterbatasan. Berbagai permasalahan tersebut menarik untuk diteliti. Berbagai
keterbatasan yang dialami oleh SD N 2 Delanggu tidak membuat warga SD N 2 Delanggu menjadi patah semangat untuk berprestasi. Banyak prestasi yang
diraih, bahkan dalam mata pelajaran matematika yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa sekolah dasar. Penelitian ini akan membahas mengenai
budaya sekolah dalam membangun motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran matematika di SD N 2 Delanggu.
B. Identifikasi Masalah