33 Penalaran untuk anak sekolah dasar lebih tepat pada penalaran deduktif.
Antonius Cahya Prihandoko 2006: 32 menyampaikan “penalaran deduktif berlangsung dari pernyataan yang berlaku secara umum yang diterapkan pada
unsur- unsur khusus”. Hal ini berkaitan dengan karakteristik siswa sekolah dasar
yang masih dalam tahapan operasional konkret. Siswa membutuhkan benda atau peristiwa konkret dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu menemukan
suatu konsep. Hal-hal yang umum berkaitan dengan benda konkret maupun peristiwa konkret dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menyempit menjadi
hal khusus yaitu rumus.
b. Karakteristik Matematika Sekolah Dasar
Karakteristik matematika di sekolah dasar berbeda dengan karakteristik matematika di sekolah menengah. Antonius Cahya Prihandoko 2006: 1
menyampaikan bahwa konsep matematika di sekolah dasar sangat sederhana dan mudah, namun materi matematika di sekolah dasar memuat konsep mendasar
yang penting. Sebagian besar orang dewasa yang berpikiran bahwa menyampaikan konsep matematika di sekolah dasar sangat sederhana dan
mudah, namun terkadang penyampaiannya kurang tepat dengan konsep yang benar.
Sebelum mengajarkan matematika di sekolah dasar, guru tentu harus memahami tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar. Tujuan pengajaran
matematika di sekolah dasar dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus T. Wakiman, 2001: 4. Tujuan umum dari pengajaran matematika di
sekolah dasar adalah agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan serta
34 dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika. Selanjutnya, tujuan
khusus dari pengajaran matematika di sekolah dasar yaitu: 1.
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung dalam matematika.
2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. 3.
Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar di jenjang sekolah selanjutnya.
4. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.
Guru sebaiknya memperhatikan karakteristik siswa sekolah dasar yang sedang dalam masa operasional konkret untuk mencapai tujuan pengajaran
matematika di sekolah dasar. Piaget menyampaikan bahwa dalam mempelajari matematika di sekolah dasar dapat dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap
konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak Pitadjeng, 2006: 28. Tahap konkret merupakan kegiatan yang dilakukan siswa untuk mendapatkan
pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Tahap semi konkret mengajak siswa untuk tidak memanipulasi objek-objek konkret lagi,
namun dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Tahap semi abstrak merupakan kegiatan siswa untuk memanipulasimelihat tanda sebagai ganti
gambar untuk dapat berpikir abstrak. Terakhir adalah tahap abstrak, saat siswa sudah dapat berpikir secara abstrak.
Sebagian besar guru tidak memperhatikan tahapan dalam menyampaikan konsep matematika. Masih banyak guru sekolah dasar yang menyampaikan
35 konsep matematika langsung secara abstrak. Akibatnya, siswa merasa kesulitan
dalam mempelajari matematika dan tujuan pengajaran matematika tidak tercapai. Selain itu, kesulitan siswa dalam menerima materi matematika
biasanya disebabkan oleh cara guru dalam menyajikan kegiatan belajar mengajar. Matematika di sekolah dasar sebaiknya disajikan dengan suasana
yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar Antonius Cahya Prihandoko, 2006: 10. Guru dapat menarik perhatian siswa untuk belajar
matematika dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa juga perlu memahami manfaat mempelajari matematika bagi
perkembangan kepribadian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan.
Banyak guru yang menyampaikan pelajaran matematika dengan suasana yang tegang. Pemberian banyak soal yang langsung kompleks dan rumit yang
menuntut siswa untuk mengerjakan akan membuat siswa takut, malas dan tidak termotivasi untuk belajar. Guru sebaiknya memberikan kesan bahwa matematika
tidak sulit sehingga siswa tidak takut dalam mempelajari matematika. Matematika dapat dipandang menyenangkan bagi siswa setelah siswa diajak
untuk menghadapi masalah dalam matematika dengan berbagai cara yang mempermudah siswa dalam menyelesaikannya Pitadjeng, 2006: 49. Siswa
akan menganggap matematika tidak sulit untuk dipecahkan sehingga siswa tidak takut belajar matematika.
Anggapa siswa tentang matematika yang tidak sulit membuat siswa lebih berani dalam belajar. Siswa menjadi lebih antusiasme dalam mengikuti
36 pembelajaran matematika. Selain itu, siswa menjadi tertarik untuk
memperdalam pengetahuan mengenai mata pelajaran matematika. Siswa akan mampu untuk menyelesaikan tugas matematika yang diberikan guru dengan
usaha sendiri. Siswa tidak akan tergantung dengan bantuan orang lain, termasuk bantuan guru. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dalam meraih
prestasi yang tinggi sehingga siswa semakin senang belajar matematika. Selain memberi kesan matematika tidak sulit, guru dapat berupaya untuk
mengurangi rasa takut siswa pada mata pelajaran matematika. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru antara lain, bersikap ramah, memberi bimbingan
dengan sabar pada setiap siswa, memberi motivasi dan dorongan kepada siswa untuk berani mencoba memecahkan masalah matematika atau menemukan suatu
rumus atau sifat, memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan gagasan, dan lain-lain Pitadjeng, 2006: 58. Semua yang telah diupayakan guru untuk
memberi mengurangi rasa takut terhadap mata pelajaran matematika sebaiknya dilakukan dengan ikhlas. Hal tersebut selain menjadikan hubungan antara guru
dan siswa menjadi hangat, guru juga menjadi gampang untuk menyampaikan materi.
4. Budaya Sekolah dalam Membangun Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika