140 terlaksana di SD N 2 Delanggu adalah melakukan kajian bersama dengan study
banding dengan sekolah yang lain. Berikut penjelasannya: 1. Peran warga sekolah
a. Peran kepala sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, kepala sekolah memiliki peran dalam penerapan budaya sekolah di SD N 2 Delanggu. Kepala sekolah memiliki
peran dalam pembuatan kebijakan, penyampaian, serta melaksanakan budaya sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pembuatan kebijakan,
upacara bendera, mentaati tata tertib sekolah, menanamkan nilai dan keyakinan, menjaga kebersihan sekolah, melaksanakan asumsi dasar dalam
pencapaian prestasi serta melaksanakan visi dan misi sekolah. Kepala sekolah memiliki peran yang utama dalam suatu sekolah,
termasuk dalam penerapan budaya sekolah. Tanggung jawab kepala sekolah bukan hanya melaksanakan apa yang ada di sekolah, namun juga membuat
keputusan-keputusan yang nantinya akan dilaksanakan oleh semua komponen sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus menyadari bahwa
budaya sekolah yang akan dikembangkan tidak lepas dari gaya kepemimpinan kepala sekolah Nurkolis, 2006: 203. Budaya sekolah
berkaitan erat dengan visi dan misi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Perubahan budaya sekolah yang lebih sehat dimulai dari
kepemimpinan kepala sekolah. Bukan hanya kepemimpinan saja, namun kepala sekolah juga harus
menjadi orang pertama yang dapat melaksanakan budaya sekolah yang telah
141 ditetapkan. Kepala sekolah menjadi contoh bagi guru maupun siswa
sehingga kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengajar dan memberikan pengaruh
kepada seluruh komponen sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah Nanang Fattah, 2012: 123. Saat kepala sekolah dapat
melaksanakan budaya sekolah yang dikembangkan dengan maksimal, maka warga sekolah yang lain juga akan melaksanakannya secara maksimal pula.
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam penerapan budaya sekolah, namun tetap ada kendala mengenai peran kepala
sekolah dalam menerapkan budaya sekolah. Kendalanya, kepala sekolah jarang berada di sekolah sehingga belum bisa melaksanakan budaya sekolah
dengan maksimal, terutama dalam menanamkan nilai dan keyakinan serta asumsi dasar kepada siswa. Peran kepala sekolah untuk menjadi contoh bagi
siswa juga belum maksimal, karena kepala sekolah juga hanya menyuruh siswa untuk membersihkan lingkungan sekolah. Seharusnya kepala sekolah
terlibat bersama-sama dengan siswa untuk membersihkan lingkungan yang kotor.
b. Peran guru Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa guru
memiliki peranan penting dalam penerapan budaya sekolah. Guru merupakan teladan atau contoh bagi siswa. Guru merupakan teladan bagi
siswa, baik dari segi pengetahuan maupun kepribadian Syamsul Kurniawan, 2013: 134. Tutur kata maupun perilaku guru akan ditiru oleh
142 siswa sehingga guru perlu menjaga tutur serta perilaku yang baik. Selain itu,
guru juga berperan menyampaikan budaya sekolah dalam kegiatan belajar mengajar, di luar sekolah maupun saat upacara bendera.
Budaya sekolah akan terlaksana dengan baik apabila guru dapat melaksanakan perannya secara maksimal. Nurkolis 2006: 203
menjelaskan bahwa keberhasilan budaya sekolah dipengaruhi oleh antusiasme guru dalam mengajar dan penguasaan materi yang diajarkan,
kedisiplinan sekolah, proses belajar mengajar, jadwal yang ditepati, sikap guru terhadap siswa, dan kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan
pendapat Nurkolis, guru memiliki beberapa peran yang dapat berpengaruh pada keberhasilan penerapan budaya sekolah. Hanya saja masih ada guru
yang belum bisa melaksanakan perannya secara maksimal. Masih ada beberapa guru yang belum bisa mentaati tata tertib sekolah, seperti terlambat
datang ke sekolah. Saat guru melihat siswa yang berbicara dengan guru menggunakan bahasa Jawa Ngoko, namun masih ada guru yang tidak
menegur. c. Peran siswa
Berdasarkan hasil penelitian, siswa memiliki peran melaksanakan budaya sekolah yang dikembangkan di SD N 2 Delanggu. Siswa sudah
melaksanakan piket, berperan dalam upacara bendera, berperan dalam kegiatan keagamaan, melaksanakan tata tertib. Siswa juga sudah
melaksanakan nilai dan keyakinan yang ditanamkan oleh guru saat KBM maupun di luar kelas dan saat upacara. Siswa melaksanakan asumsi dasar
143 dengan membiasakan sikap-sikap yang baik. Peran siswa dalam
melaksanakan budaya sekolah sangat penting, karena siswa yang diharapkan mengembangkan potensi melalui proses pendidikan.
Kendalanya, masih ada siswa yang belum melaksanakan perannya secara maksimal. Masih ada siswa yang melanggar tata tertib sekolah,
belum bisa melaksanakan nilai dan keyakinan serta asumsi dasar, dan melaksanakan budaya sekolah dari segi artifak. Guru juga sudah banyak
mengingatkan, tapi memang membutuhkan proses agar siswa dapat menerapkan budaya sekolah dengan baik.
d. Peran penjaga sekolah Tidak ada peran yang dominan dalam penerapan budaya sekolah.
Termasuk penjaga sekolah juga memiliki peran yang sama dengan warga sekolah yang lain dalam menerapkan budaya sekolah. Seperti pendapat dari
Harun Rasyid Mansur 2008: 32 yang menyatakan bahwa tidak ada salah satu warga sekolah yang memiliki peran dominan dalam menerapkan
budaya sekolah untuk peningkatan mutu sekolah. Seluruh warga sekolah terlibat dalam segala kegiatan yang ada di sekolah, salah satunya penerapan
budaya sekolah. Penjaga sekolah juga berperan untuk mendukung penerapan budaya sekolah sesuai dengan tugas dan kewajiban.
Penjaga sekolah memiliki beberapa peran dalam penerapan budaya sekolah. Peran tersebut antara lain menjaga kebersihan serta keamanan
sekolah. Selain itu, penjaga sekolah juga terbiasa menyiapkan segala macam perlengkapan yang dibutuhkan saat melaksanakan suatu kegiatan.
144 Kendalanya, saat penjaga sekolah sakit menyebabkan pelaksanaan tugasnya
kurang maksimal. Seharusnya warga sekolah yang lain dapat membantu untuk membersihkan halaman sekolah atau setidaknya mengajak siswa
membersihkan halaman sekolah bersama. 2. Sosialisasi budaya sekolah kepada warga sekolah
Budaya sekolah selalu disampaikan kepada warga sekolah, baik guru, siswa, serta penjaga sekolah dalam berbagai kesempatan. Penyampaian
budaya sekolah kepada guru dan penjaga sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, sedangkan untuk orang tua dan siswa disampaikan oleh guru.
Budaya sekolah akan terus disampaikan kepada warga sekolah maupun komponen yang berkaitan untuk pencapaian keberhasilan penerapan budaya
sekolah. Sosialisasi budaya sekolah pertama kali dilaksanakan oleh kepala
sekolah kepada guru maupun penjaga sekolah saat rapat. Menurut Miftah Thoha 1990: 141, rapat merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bisa
menjembatani kepala sekolah dengan guru untuk menyampaikan berbagai hal yang penting untuk diselesaikan. Budaya sekolah yang telah direncanakan
untuk dikembangkan di SD N 2 Delanggu perlu dijelaskan kepada guru agar selanjutnya dapat disampaikan kepada orang tua atau wali dari siswa saat
rapat dengan orang tua atau pengambilan rapor siswa serta kepada siswa. Penyampaian budaya sekolah kepada orang tua sangat perlu dilaksanakan
agar orang tua juga ikut terlibat memberikan dukungan kepada anak untuk menerapkan budaya sekolah yang dikembangkan.
145 Sosialisasi budaya sekolah kepada siswa dilaksanakan pertama kali di
awal tahun ajaran baru, saat kegiatan belajar mengajar dan saat di luar kelas. Seperti pendapat dari Agus Yuliono 2011: 170 yang menyatakan bahwa
penyampaian budaya dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru. Hal tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai hal
yang baik untuk dilakukan atau hal yang kurang baik untuk dilakukan agar dihindari. Meskipun demikian, tidak semua budaya sekolah dapat
disampaikan pada awal tahun ajaran baru. Budaya yang belum disampaikan saat tahun ajaran baru akan disampaikan kepada siswa setelah siswa memulai
kegiatan belajar mengajar, baik saat di dalam kelas maupun di luar kelas. Sosialisasi budaya sekolah tersebut tentu memiliki kendala. Saat rapat
dengan orang tua, masih ada orang tua yang tidak hadir atau diwakilkan dengan anggota keluarga yang lain sehingga orang tua kurang bisa
mendukung anak untuk melaksanakan budaya sekolah. Saat upacara bendera, amanat dari pembina upacara hanya terfokus pada prestasi saja. Masih banyak
juga siswa terkadang tidak mau melaksanakan kebiasaan baik, meskipun sudah diingatkan oleh guru. Solusi bagi kendala sosialisasi budaya sekolah,
dari segi orang tua maupun guru lebih baik adanya kesadaran untuk memahami pentingnya pendidikan bagi generasi muda Indonesia sehingga
dapat melaksanakan budaya sekolah secara maksimal. Solusi bagi kendala sosialisasi budaya sekolah kepada siswa adalah dengan memberikan contoh
yang nyata serta terus menerus mengingatkan siswa agar dapat menerapkan budaya sekolah yang dikembangkan secara maksimal.
146 3. Pelaksanaan visi dan misi sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, visi dan misi sekolah sudah terlaksana dengan baik. Visi sekolah mengandung inti dari arah dan tujuan, misi, norma,
dan nilai dalam satu kesatuan yang utuh Aan Komariah Cepi Triatna, 2010: 83. Visi sekolah dijelaskan secara lebih konkrit pada misi sekolah. SD
N 2 Delanggu memiliki visi “Terbentuknya pelajar yang bertaqwa berakhlaq mulia, cerdas, trampil, maju dan semangat membangun”. Misi sekolah adalah
sebagai berikut: 1.
Membina pelajar agar taqwa, rajin beribadah dan hormat serta patuh pada guru dan orang tua.
2. Membina anak agar berakhlaq mulia dan mempunyai sikap dan sifat yang
terpuji serta bertingkah laku, berbicara, bertindak dengan sopan dan berbahasa santun.
3. Mencerdaskan anak didik agar trampil, cermat, cepat dan akurat dalam
berfikir, berkehendak dan bertingkah laku. Visi dan misi SD N 2 Delanggu sudah dapat terlaksana dengan baik.
Misi sekolah untuk membina siswa yang memiliki akhlak mulia sudah terlaksana dengan baik. Warga sekolah selalu berdoa sebelum maupun
sesudah kegiatan belajar mengajar, mematuhi guru serta orang tua sesuai dengan ajaran agama masing-masing siswa. Misi sekolah untuk menciptakan
siswa yang memiliki sikap terpuji serta sopan santun juga sudah terlaksana. Sebagian besar siswa sudah sopan santun, meskipun masih ada beberapa yang
kurang sopan santun. Misi sekolah untuk menciptakan siswa yang berprestasi
147 juga sudah terlaksana dengan baik. Terbukti SD N 2 Delanggu sudah banyak
meraih juara dalam lomba tingkat kecamatan maupun kabupaten bahkan provinsi. Guru juga memiliki semangat yang tinggi untuk mencari bibit,
kemudian mengembangkannya hingga dapat meraih prestasi dengan pembinaan.
Setiap kegiatan tentu ada kendala yang terjadi, termasuk dalam pelaksanaan visi dan misi sekolah. Kesibukan guru dan siswa yang tidak siap
melaksanakan budaya sekolah menjadi kendala utama dalam pelaksanaan visi dan misi sekolah. Kesibukan guru membuat penerapan budaya sekolah tidak
dapat berjalan secara maksimal. Siswa yang tidak siap menerapkan budaya sekolah, dari segi kemampuan akademik, akhlak, serta sikap juga menjadi
kendala pelaksanaan visi dan misi sekolah. Solusi bagi kendala pelaksanaan visi dan misi sekolah dari segi guru adalah kesadaran dari guru untuk
berusaha menjadi teladan yang baik bagi siswa. Bagi siswa yang tidak siap melaksanakan visi dan misi sekolah, kepala sekolah maupun guru
berkewajiban untuk selalu memberikan bimbingan dan tuntunan agar siswa siap melaksanakan visi dan misi sekolah.
4. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengembangan
Kepala sekolah maupun guru memperoleh kesempatan yang luas untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Hal tersebut
sangat berguna untuk memperoleh masukan-masukan mengenai hal-hal yang dapat berpengaruh pada kemajuan sekolah. Salah satu hal yang diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan adalah masukan mengenai
148 budaya sekolah positif yang dapat dikembangkan untuk mendukung
kemajuan sekolah. Budaya sekolah yang dikembangkan di SD N 2 Delanggu merupakan
pengaplikasian dari
hasil pendidikan,
pelatihan dan
pengembangan yang diikuti oleh kepala sekolah maupun guru. Seperti pendapat dari Sudarwan Danim 2002: 40-41 yang menjelaskan bahwa
kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan memberikan sumbangan yang penting bagi keterampilan kepala sekolah maupun guru dalam
melaksanakan tugas.
Pengetahuan berdasarkan
teori-teori terkini
disampaikan serta didemonstrasikan kemudian disertai dengan praktik. Setelah memperoleh pengetahuan dari kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pengembangan, kepala sekolah maupun guru dapat mengaplikasikannya di sekolah.
Meskipun guru juga memperoleh kesempatan mengikuti kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan namun guru yang sudah PNS lebih
diprioritaskan. Guru wiyata bakti sebenarnya juga memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut, hanya saja masih terbatas. Padahal
sebenarnya guru wiyata bakti juga memiliki potensi yang sama untuk bisa mengikuti pelatihan sebagai bekal saat sudah diangkat sebagai PNS.
Selain itu, kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan ini juga memiliki kendala. Kendala tersebut adalah keterbatasan jumlah guru yang ada
di SD N 2 Delanggu sehingga menyebabkan ketidakefektifan jam belajar mengajar saat guru melaksanakan diklat. Walaupun demikian, ada solusinya
yaitu memberikan tugas bagi siswa saat guru melaksanakan pelatihan. Kepala
149 sekolah juga dapat menggantikan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Hanya saja kepala sekolah jarang berada di sekolah sehingga belum bisa menggantikan guru untuk mengajar saat guru melaksanakan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
3. Budaya Sekolah dalam Membangun Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika