Etika Pariwara Indonesia EPI A. Definisi

62  Unsur pokok yang keempat adalah signature line yang menerakan namamerk paten brand name dari barang-barang atau jasa yang diiklankan. Unsur lain adalah slogan, yang biasanya berusaha mengetengahkan khasiatkegunaan yang unik dari barangjasa yang diiklankan. Slogan disini diambil dari sabun merk Lux yaitu ‘Play With Beauty’  Unsur pokok kelima adalah waktu , yang terdiri dari durasi dan intensitas.

2.6. Etika Pariwara Indonesia EPI A. Definisi

1 EPI; ialah ketentuan-ketentuan normative yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. 2 Iklan; ialah pesan komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemprakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 3 Pengiklan; ialah pemprakarsa, penyandang dana, dan pengguna jasa periklanan. 4 Periklanan; ialah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, penyampaian, dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran. 5 Perusahaan periklanan; ialah suatu organisasi usaha yang memiliki keahlian untuk merancang, mengkoordinasi, mengelola dan atau memajukan merek, pesan, dan atau media komunikasi pemasaran untuk dan atas nama pengiklan Universitas Sumatera Utara 63 dengan memperoleh imbalan atas layanannya tersebut. 6 Media; ialah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan periklanan kepada konsumen atau khalayak sasaran. 7 Khalayak; ialah orang atau kelompok orang yang menerima pesan periklanan dari sesuatu media. 8 Lembaga Penegak Etika; ialah organisasi independent dan nirpamong yang bertugas dan berwenang untuk menegakkan etika periklanan, dan bernaung dibawah Dewan Periklanan Indonesia atau asosiasi pengemban EPI. Document: Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

B. Isi Iklan

1 Hak Cipta : Penggunaan, penyebaran, penggandaan, penyiaran atau pemanfaatan lain materi atau periklanan yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang merek sah. 2 Bahasa a. Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bias dipahami oleh khalayak sasarannya dan tidak menggunakan persandian enkripsi yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang iklan tersebut. b. Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata seperti “paling”, “nomor satu”, “top” atau kata-kata yang berawalan “ter”, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas Universitas Sumatera Utara 64 terkait atau sumber yang otentik. c. Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Document: Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

C. Hukum Positif Tentang Periklanan

Tatanan hukum yang ada saat ini akan menyidik dan menuntut pelaku pelanggaran hokum di bidang periklanan sama dengan dalam kasus-kasus pelanggaran hokum lainnya, dengan memberi bobot tertentu terhadap pemprakarsa atau otak, pelaku utama dan yang membantu terjadinya pelanggaran tersebut. Dalam kasus-kasus periklanan, pelanggaran atas peraturan-peraturan yang dapat langsung dituduhkan kepada pelaku, baik secara perdata maupun secara pidana, seperti yang tercantum dalam UU RI No.401999, tentang Pers : Pasal 13 Perusahaan pers dilarang memuat iklan : a Yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat. b Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok. Universitas Sumatera Utara 65

2.7. Pengertian Sensualitas