DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Sumatera dan letak kota Medan
2. Peta lokasi penelitian – kecamatan di kota Medan
3. Interview Guide
4. Daftar Informan
5. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
6. Surat Izin Penelitian Dari FISIP - USU
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Gordang Sambilan, Video Etnografi tentang
penggunaannya ditengah-tengah masyarakat Mandailing di kota Medan.” Disusun oleh Ibnu Avena Matondang, 030905021, 2008. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 75
Halaman, dan 2 lampiran yang terdiri dari surat penunjukan dosen pembimbing, surat izin penelitian dari FISIP-USU.
Gordang Sambilan adalah salah bentuk kesenian tradisonal masyarakat Mandailing, sebagai bentuk kesenian, Gordang Sambilan memiliki ciri khas. Atas dasar
ini maka penelitian terhadap kesenian Gordang Sambilan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang penggunaan dan
fungsi Gordang Sambilan di kota Medan. Untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap maka dalam penelitian ini dipergunakan media video yang merupakan bagian dari kerja
antropologi visual. Proses pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian observasi, wawancara mendalam dan dihadirkan dalam bentuk tulisan yaitu skripsi dan bentuk
audio-visual yaitu video etnografi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat
tidak terlihat, hanya dapat dirasakan dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan dalam konteks penggunaan dan fungsi Gordang Sambilan. Wawancara
dilakukan kepada seluruh informan tentang asal-usul, tahapan penyelenggaraan, penggunaan dan fungsi serta keterlibatan individu maupun kelompok dalam penggunaan
Gordang Sambilan di kota Medan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis secara kwalitatif.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa penggunaan Gordang Sambilan mengalami proses perubahan dari bentuk penggunaan tradisional kepada bentuk
penggunaan hiburan. Adapun fungsi Gordang Sambilan tidak mengalami perubahan karena pada dasarnya fungsi dalam hal ini merupakan suatu hal yang menjadi dasar
Gordang Sambilan. Proses perubahan terjadi karena adanya beberapa faktor yang menyebabkannya, seperti peran agama dalam adat, turut serta peran pemerintah dalam
pertunjukan.
Pola hidup masyarakat kota yang kompleks serta didasari komposisi masyarakat yang heterogen telah membentuk satu varian dari penggunaan Gordang Sambilan, yaitu
hiburan. Adanya pengaruh dari unsur masyarakat telah mempengaruhi perkembangan Gordang Sambilan dan menyebabkan perubahan penggunaan Gordang Sambilan.
Kata kunci : Gordang Sambilan, Penggunaan, Video etnografi.
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Gordang Sambilan, Video Etnografi tentang
penggunaannya ditengah-tengah masyarakat Mandailing di kota Medan.” Disusun oleh Ibnu Avena Matondang, 030905021, 2008. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 75
Halaman, dan 2 lampiran yang terdiri dari surat penunjukan dosen pembimbing, surat izin penelitian dari FISIP-USU.
Gordang Sambilan adalah salah bentuk kesenian tradisonal masyarakat Mandailing, sebagai bentuk kesenian, Gordang Sambilan memiliki ciri khas. Atas dasar
ini maka penelitian terhadap kesenian Gordang Sambilan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang penggunaan dan
fungsi Gordang Sambilan di kota Medan. Untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap maka dalam penelitian ini dipergunakan media video yang merupakan bagian dari kerja
antropologi visual. Proses pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian observasi, wawancara mendalam dan dihadirkan dalam bentuk tulisan yaitu skripsi dan bentuk
audio-visual yaitu video etnografi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat
tidak terlihat, hanya dapat dirasakan dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan dalam konteks penggunaan dan fungsi Gordang Sambilan. Wawancara
dilakukan kepada seluruh informan tentang asal-usul, tahapan penyelenggaraan, penggunaan dan fungsi serta keterlibatan individu maupun kelompok dalam penggunaan
Gordang Sambilan di kota Medan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis secara kwalitatif.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa penggunaan Gordang Sambilan mengalami proses perubahan dari bentuk penggunaan tradisional kepada bentuk
penggunaan hiburan. Adapun fungsi Gordang Sambilan tidak mengalami perubahan karena pada dasarnya fungsi dalam hal ini merupakan suatu hal yang menjadi dasar
Gordang Sambilan. Proses perubahan terjadi karena adanya beberapa faktor yang menyebabkannya, seperti peran agama dalam adat, turut serta peran pemerintah dalam
pertunjukan.
Pola hidup masyarakat kota yang kompleks serta didasari komposisi masyarakat yang heterogen telah membentuk satu varian dari penggunaan Gordang Sambilan, yaitu
hiburan. Adanya pengaruh dari unsur masyarakat telah mempengaruhi perkembangan Gordang Sambilan dan menyebabkan perubahan penggunaan Gordang Sambilan.
Kata kunci : Gordang Sambilan, Penggunaan, Video etnografi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaannya, menurut Koentjaraningrat kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar 1980:193. Dari
definisi tersebut maka ilmu antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia beserta segala aspek kehidupan manusia.
Antropologi visual adalah salah satu sub-ilmu dari antropologi yang mempelajari manusia dan kebudayaannya dengan perhatian terhadap bentuk penyajian data secara
visual, Sejalan dengan hal tersebut ada dua fokus penting dalam kajian visual antropologi, yaitu penggunaan materi visual dalam suatu bentuk penelitian antropologi
dan studi mengenai sistem visual dan budaya kasat mataterlihat Morphy dan Marcus, 1999:1-2. Kemunculan sub-ilmu visual antropologi menimbulkan dua golongan
pendapat dalam ilmu antropologi secara umum, kedua golongan tersebut adalah golongan pertama yang memiliki pendapat bahwa visual antropologi hanyalah suatu data-
subtitution data tambahanpelengkap dalam penelitian antropologi, golongan kedua adalah golongan yang berpendapat bahwa visual antropologi merupakan suatu sub-ilmu
dari antropologi yang memiliki konsekuensi metodologis terhadap antropologi Ibid, 1999:1-2.
Tulisan ini tidak memihak pada salah satu golongan pendapat mengenai visual antropologi karena penulis mencoba untuk melihat kedua hal tersebut bukan sebagai
suatu perbedaan melainkan sebagai dua hal yang memiliki keterkaitan serta memiliki peran yang penting dalam penelitian.
Penggunaan visual antropologi dalam tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan Gordang Sambilan secara menyeluruh, adapun penggunaannya adalah
sebagai bentuk kesenian. Koentjaraningrat mengatakan bahwa kesenian merupakan salah satu bagian dari
tujuh unsur kebudayaan universal 1996:80-81, sebagai bagian dari tujuh unsur
kebudayaan, kesenian memiliki peranan yang menentukan dalam suatu bentuk kebudayaan, salah satunya adalah upacara keagamaan, dalam upacara keagamaan
terdapat unsur menyanyi nyanyian suci dan memainkan drama Koentjaraningrat, 1980:393, dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan
keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu : 1 seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata, dan 2 seni suara, atau kesenian yang
dinikmati oleh manusia dengan telinga Koentjaraningrat, 1980:395-396, dalam hal ini kesenian dimunculkan salah satunya dalam bentuk alat musik.
Menurut Koentjaraningrat bagi masyarakat Indonesia, pada umumnya kebudayaan adalah “kesenian”, yang bila dirumuskan, bunyinya sebagai berikut :
Kebudayaan dalam arti kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga
ia dapat dinikmati dengan pancainderanya yaitu penglihat, penghidu, pengecap, perasa, dan pendengar 1999:19.
Masyarakat Sumatera Utara terdiri dari enam sub-grup Batak yaitu : Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola Sipirok Purba, 2004:60, keenam
sub-grup Batak ini memiliki akar kebudayaan yang sama seperti adat istiadat dan kekerabatan, keenam sub-grup ini memiliki budaya merantau ke pusat kota dalam hal ini
kota Medan, kebudayaan merantau pada keenam sub-grup masyarakat Batak ke pusat kota seperti kota Medan diawali pada masa kolonial, tepatnya ketika perkebunan-
perkebunan besar dibuka di Sumatera Timur dengan pusat pemerintahan terletak di kota Medan.
Dari keenam sub-grup Batak yang menjadi pekerja perkebunan di masa kolonial Belanda ini salah satunya adalah etnis Mandailing
1
yang mendapatkan keistimewaan dari pihak Sultan Deli berupa hak pakai tanah sebagai tempat tinggal para pekerja di daerah
Sei Mati. Sebagai masyarakat yang melakukan perpindahan dari desa ke kota sebagai pekerja perkebunan, masyarakat Mandailing tidak serta merta melupakan
kebudayaannya.
1
Etnis Mandailing adalah orang yang berasal dari Mandailing secara turun temurun dimanapun ia bertempat tinggal, etnis Mandailing adalah orang yang berasal dari Mandailing secara turun temurun di
manapun ia bertempat tinggal Nasution, 2005:13.
Kebudayaan masyarakat Mandailing salah satunya dimunculkan dalam bentuk upacara adat yang memiliki unsur kesenian, dimana Gordang Sambilan digunakan
sebagai alat musik pengiring upacara adat tersebut. Gendang secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu jenis alat musik pukul, di
daerah Tapanuli Batak pada umumnya gendang dikenal dengan berbagai macam nama, gendang yang diangkat dalam masalah ini adalah Gordang Sambilan. Gordang dapat
diartikan sebagai suatu lagu dari keseluruhan musik Gordang. Makna lain dari kata ini, berarti juga sebagai 1 menunjukkan satu bagian dari kelompok kekerabatan, tingkat
usia; atau orang-orang dalam tingkatan status sosial tertentu yang sedang menari Manortor pada saat upacara berlangsung http:www.silaban.net20060702
. Gordang Sambilan yang menjadi fokus adalah penggunaan Gordang Sambilan
bagi masyarakat etnik Mandailing yang bertempat tinggal di kota Medan, memang pada kenyataannnya banyak alat musik tradisional Mandailing lainnya namun pemilihan
Gordang Sambilan menjadi fokus tulisan ini dikarenakan Gordang adalah suatu alat musik yang memiliki susunan atau formasi lengkap dalam memainkannya tidak seperti
alat musik lainnya yang dapat dimainkan secara tunggal sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa gordang merupakan alat musik ritmis, ritmis dalam hal ini berarti bahwa
Gordang Sambilan dalam penggunaannya berupa alat musik yang memiliki kemampuan untuk mengiringi suatu komposisi repertoir lagu.
Kegunaan Gordang Sambilan yang terdapat pada masyarakat Mandailing secara tradisional diperuntukkan dan hanya dimiliki serta dapat digunakan oleh raja dan
keturunannya. Oleh sebab itu, Gordang Sambilan ditempatkan disebuah tempat khusus yang disebut dengan Bagas Gondang Rumah Besar di dekat kediaman Raja. Dalam
masyarakat Mandailing, Gordang Sambilan pada dasarnya memiliki makna ganda. Secara linguistik dapat diartikan sebagai : 1. menunjukkan pada perangkat gendang yang terdiri
dari sembilan buah, atau 2. sebagai suatu kesatuan antara Gordang Sambilan beserta kelengkapannya. Beberapa komposisi dalam permainan Gordang Sambilan secara
tradisional diantaranya berhubungan dengan ritual maupun seremonial yang bersifat spiritual Harahap dan Rithaony, 2004:4.
Ketertarikan akan penggunaan Gordang Sambilan pada masyarakat etnis Mandailing di kota Medan disebabkan karena Gordang disamping sebagai suatu alat
musik ternyata memiliki penggunaan yang lain yaitu sebagai suatu media ritual adat dan yang menjadi fenomena adalah penggunaan Gordang Sambilan daerah perantauan etnik
Mandailing Medan. Gordang Sambilan menarik untuk diteliti karena pada saat sekarang ini sudah
jarang sekali upacara adat Mandailing di kota Medan yang menggunakan Gordang Sambilan kalaupun ada kemungkinan Gordang tersebut telah mengalami perubahan dari
bentuk dan makna aslinya, seperti jenis irama yang dibawakan, peruntukkannya serta adanya alat musik tambahan yang tidak termasuk dalam perlengkapan Gordang Sambilan
secara mainstream. Makna yang terkandung dari Gordang Sambilan merupakan suatu bentuk manifestasi dari sistem kebudayaan masyarakat Mandailing, dan hal ini menjadi
suatu daya tarik sendiri serta menjadi kekayaan dalam khasanah budaya Indonesia secara luas. Makna Gordang pada masyarakat Mandailing adalah sebagai suatu alat musik yang
memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan masyarakat, dalam upacara-upacara masyarakat Mandailing, Gordang selalu ada untuk mengiringi acara tersebut, seperti :
kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain lain. Secara praktis tujuan penulisan mengenai penggunaan Gordang Sambilan suatu
video etnografi pada masyarakat Mandailing di kota Medan adalah untuk melihat seberapa jauh eksistensi Gordang Sambilan hiburan dan ritual dalam konteks
masyarakat Mandailing yang bertempat tinggal di kota Medan serta sebagai sebentuk kajian visual antropologi. Dalam masyarakat Mandailing sendiri Gordang Sambilan
sudah mengalami pergeseran makna menjadi suatu bentuk hiburan, sedangkan pada asal mulanya Gordang adalah suatu media kesenian yang mengandung nilai-nilai ritual bagi
masyarakat Mandailing sendiri.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar diketahui jalannya suatu penelitian, hal ini juga berlaku bagi penulisan tentang “Gordang Sambilan, Video Etnografi tentang
penggunaannya ditengah-tengah masyarakat Mandailing di Kota Medan”, bertujuan untuk melihat seberapa jauh masyarakat Mandailing di kota Medan melakukan
peruntukkan Gordang Sambilan dari pada awalnya sebagai alat musik tradisional yang mengiringi upacara adat menjadi peruntukkan yang bernilai profan hiburan.
Penelitian ini mencoba untuk melihat peruntukan Gordang Sambilan oleh masyarakat Mandailing kota Medan. Gordang Sambilan sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya memiliki peruntukkan yang merupakan suatu bentuk kekayaan kesenian yang juga memiliki makna yang didasarkan pada budaya masyarakat Mandailing.
Gordang Sambilan pada penelitian ini dideskriptifkan secara rinci sebagai alat ritual adat dan hiburan pada masyarakat Mandailing kota Medan serta dianalisis dalam lingkup
visual antropologi melalui penyajian video etnografi. Permasalahan yang menjadi penulisan ini dapat dirumuskan dalam beberapa
pernyataan penelitian, yaitu : 1.
Sebagai gambaran umum pada bentuk materi yang dijadikan objek dasar, yaitu Gordang Sambilan maka, jenis atau variasi bentuk Gordang pada
masyarakat Mandailing kota Medan akan dideskripsikan sebagai unsur fundamental untuk menjabarkan maksud dari penelitian ini.
2. Pemahaman terhadap Gordang Sambilan sebagai suatu media ritual adat
maupun sebagai suatu sarana hiburan. 3.
Penggunaan video etnografi sebagai bentuk perkembangan dalam penyajian data penelitian antropologi.
4. Penggunaan Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di kota Medan.
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, Gordang adalah suatu jenis alat musik pukul yang ada ditengah-tengah masyarakat Mandailing, Gordang sebagai salah
satu alat musik pada kenyataannya memiliki fungsi dan makna didalam sistem kebudayaan masyarakat Mandailing, selain memiliki fungsi, Gordang juga memiliki
makna tersendiri, tergantung dari kapan waktu pelaksanaan permainan Gordang, pada saat kapan Gordang dapat dimainkan dan sebagainya.
Dalam penelitian ini nantinya akan digunakan bentuk penyajian data penelitian antropologi secara visual antropologi video etnografi dengan tujuan agar data penelitian
nantinya dapat dipublikasikan secara audio-visual sehingga segala hal yang berkaitan dengan Gordang Sambilan dapat terekam secara antropologis, dalam hal ini juga
diperlukan adanya pembatasan agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti, dengan adanya
pembatasan diharapkan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini menjadi fokus terhadap penggunaan Gordang Sambilan dalam masyarakat Mandailing di kota medan.
Pembatasan dilakukan dengan cara hanya memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat dilapangan maupun kepustakaan yang memiliki kaitan langsung
dengan masalah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, permasalahan utama dari
penulisan ini adalah penggunaan Gordang Sambilan oleh masyarakat Mandailing kota Medan dalam bentuk video etnografi.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan
Penelitian
Penelitian ini juga bertujuan sebagai sebentuk tulisan ilmiah dengan penggunaan video etnografi yang bermaksud untuk dapat menghadirkan suasana dan gambaran
mengenai penggunaan Gordang Sambilan secara utuh dan menyeluruh. Tujuan selanjutnya adalah untuk melihat secara keseluruhan penggunaan Gordang
Sambilan bagi masyarakat Mandailing yang bertempat tinggal di kota Medan, hal ini ditujukan untuk melihat bagaimana penggunaan terhadap Gordang Sambilan sebagai
suatu manifestasi kebudayaan Mandailing dan diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu bentuk studi antropologis.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan
masyarakat Mandailing pada khususnya, secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat deskripsi tentang penggunaan Gordang Sambilan bagi masyarakat Mandailing kota Medan, untuk
mendapatkan gambaran tentang penggunaan Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di kota Medan secara utuh, penelitian ini melihat Gordang sebagai suatu alat
musik yang memiliki nilai ritual adat dan hiburan dalam lingkup masyarakat Mandailing di kota Medan didalam penerapannya. Penelitian tentang Gordang Sambilan ini juga
bermanfaat sebagai suatu yang penting, menarik dan berguna untuk melestarikan bentuk alat dan bentuk ritual adat dari penggunaan Gordang Sambilan tersebut.
Menariknya penelitian ini untuk semakin memperkokoh jatidiri masyarakat Mandailing melalui media Gordang Sambilan dengan tujuan utama agar para generasi
berikutnya mengenal alat dan bentuk kesenian tradisional mengingat bentuk kesenian modern, seperti musik populer pop, rock, dll. Peran media elektronik telah merasuk
dalam penggunaan Gordang Sambilan di kota Medan, hal ini telah diungkapkan oleh Nakagawa bahwa penggunaan media elektronik dalam musik telah merasuki musik
tradisional dan ditenggarai dapat merubah bentuk asli bahkan menghilangkan sama sekali bentuk musik tradisional 2000:10. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah :
Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah
khasanah penelitian bidang visual antropologi.
Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai penggunaan video etnografi dalam studi antropologi.
Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan evaluasi terhadap penelitian
yang telah ada sebelumnya mengenai Gordang Sambilan sebagai suatu ritual adat maupun sebagai suatu bentuk hiburan.
1.4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan, dengan lokasi yang dianggap merepresentasikan etnis Mandailing di kota Medan, adapun lokasi tersebut meliputi : 1.
Kawasan Sei Mati, 2. Kawasan Bandar Selamat serta 3. Kawasan Simpang Limun, 4. Kawasan Sei Agul, 5. Kawasan Medan Tembung, pemilihan lokasi penelitian ini
dilakukan dengan didasarkan atas : Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, sehingga
kota Medan adalah bentuk kota modern yang dihuni oleh berbagai masyarakat dalam hal ini yang menjadi fokus adalah masyarakat Mandailing.
Adanya komunitas Mandailing dengan kelengkapan adat istiadat di kota Medan.
Kawasan Bandar Selamat dan Simpang Limun, merupakan daerah pusat transportasi antar daerah di kota Medan yang didiami oleh masyarakat
Mandailing. Kawasan Sei Mati, secara historis kawasan ini merupakan kawasan yang didiami
oleh masyarakat Mandailing pada saat Kesultanan Deli berkuasa di Medan. Kawasan Medan Tembung, pada kawasan ini banyak bertempat tinggal seniman
Gordang Sambilan. Kawasan Sei Agul, merupakan kawasan alternatif yang didiami oleh masyarakat
Mandailing di kota Medan. Masih terbuka kemungkinan munculnya lokasi lain dalam penelitian ini nantinya,
hal ini dikarenakan adanya lokasi-lokasi lain yang dapat dianggap sebagai suatu lokasi yang mewakili keberadaan etnik Mandailing yang bertempat tinggal di kota Medan.
1.5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diperlukan untuk dapat menentukan arah dari penelitian tersebut, maka dengan adanya tinjauan pustaka diharapkan penelitian nantinya akan
berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan sebelumnya. Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai hal-hal yang bersifat teoritik serta dapat
membantu menjelaskan penelitian ini, adapun hal-hal bersifat teoritik yang akan dijelaskan secara sistematis adalah : 1. Kebudayaan, konsepsi mengenai kebudayaan yang
sesuai dengan arah dan tujuan penelitian ini, 2. Penggunaan dan Fungsi, berkaitan dengan penjelasan tentang penggunaan dan fungsi Gordang Sambilan dalam konteks masyarakat
kota, 3. Visual antropologi, hal ini menjelaskan tentang penggunaan sistem visual beserta budaya visual dalam mendeskripsikan Gordang Sambilan.
1. Konsepsi Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar Koentjaraningrat, 1980:193, dan dari definisi kebudayaan ini Gordang Sambilan dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia, untuk menjadikan sebagai suatu hasil karya
manusia diperlukan adanya proses penyampaian hasil karya tersebut kepada generasi
selanjutnya, proses transmisi ini meliputi cara pandang, cara pembuatan maupun penggunaan yang dapat diperoleh melalui tiga wujud kebudayaan yang secara singkat
dapat dituliskan sebagai berikut, yaitu : - wujud idegagasan, - wujud sistem sosial serta wujud kebudayaan fisik Koentjaraningrat, 1980:201-203, ketiga wujud kebudayaan ini
berjalan seiring dan berkaitan serta dalam penjelasan suatu fenomena kebudayaan ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan manun dapat dijelaskan secara
terpisah. Dari definisi dan wujud kebudayaan tersebut Gordang Sambilan dalam penelitian ini dilihat sebagai suatu bagian dari kebudayaan fisik, dalam hal ini Gordang
Sambilan sebagai suatu alat musik yang memiliki keterkaitan dengan sistem sosial masyarakat Mandailing yaitu bentuk upacara adatritual dan hiburan, ide dan gagasan
mengenai Gordang Sambilan merupakan suatu karya kognitif yang menjadi milik masyarakat Mandailing, untuk memperkuat hal ini digunakan analisis folklor, dimana
folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat peraga pembantu pengingat mnemonic device Danandjaja, 1986:2, hal ini juga
berlaku bagi Gordang Sambilan. Gordang Sambilan sebagai suatu alat ritual dan hiburan pada masyarakat
Mandailing merupakan salah satu jenis alat musik tradisional yang terdapat pada masyarakat Mandailing, adapun tatacara penggunaan atau saat dimainkannya gondang
tersebut tergantung pada waktu dan upacara tertentu saja. Pengetahuan menjadi dasar utama untuk melihat Gordang Sambilan secara holistik sehingga semua aspek pada
Gordang Sambilan dapat terungkap secara menyeluruh, seperti kegunaan Gordang Sambilan ditengah-tengah masyarakat Mandailing di kota Medan.
2. Penggunaan dan Fungsi