Gordang Sambilan di Kota Medan

berita yang dianggap baik, selain dapat menarik perhatian dari sisi besar Gordang tersebut maupun dari sisi jumlah penggunaan Gordang yang banyak. Adapun tujuan pelaksanaan Gordang Sambilan yang memiliki hubungan dengan upacara adat, memiliki hubungan yang kuat antara jenis upacara adat maupun hiburan dengan tujuan pertunjukan Gordang Sambilan. Pada upacara adat perkawinan masyarakat Mandailing, tujuan penggunaan Gordang Sambilan merupakan pertanda kepada khalayak ramai bahwa telah dilangsungkan perkawinan sehingga bagi masyarakat dapat mengetahuinya dan posisi pengetua adat adalah untuk merestui perkawinan tersebut. Pada upacara memasuki rumah baru yang menggunakan Gordang Sambilan juga berfungsi sebagai pemberitahuan kepada khalayak ramai bahwa telah dilaksanakan prosesi perpindahan tempat tinggal, sehingga khalayak dapat mengetahuinya dan para pengetua adat juga diundang untuk merestui secara adat proses perpindahan tersebut selain nilai-nilai yang telah disebutkan sebelumnya. Tujuan penggunaan Gordang Sambilan pada berbagai bentuk acara di kota Medan merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu tindakan yang menyajikan kenikmatan dalam menyaksikan pertunjukan Gordang Sambilan selain pada penyajiannya, tujuan penggunaan gordang sambilan juga memiliki tujuan utama yang sebagai suatu pertunjukan kesenian tradisional Mandailing di kota Medan yang dapat menjadi status keberadaan masyarakat Mandailing di kota Medan, adapun tujuan berikutnya adalah sebagai suatu bentuk penyajian yang simbolis, pada pertunjukan Gordang Sambilan di kota Medan, bentuk penyajian secara simbolis merupakan suatu cara untuk mempertahankan bentuk kesenian tradisional tersebut sebagai suatu bentuk pertunjukan, hal ini semakin dipertegas oleh Allan P Merriem yang mengatakan bahwa ketika berbicara tujuan penggunaan maka akan berkaitan dengan penggunaan musik oleh masyarakatnya dan bagaimana masyarakat tersebut menggunakan musik tersebut pada bentuk kehidupan mereka dan kaitannya dengan aktifitas sosial lainnya 1964:210, dengan pendapat ini maka dapat dikatakan bahwa tujuan penggunaan musik tergantung pada masyarakat untuk menetukan tujuan dari pengunaan musik tersebut dalam kehidupan mereka.

3.4. Gordang Sambilan di Kota Medan

Pengunaan Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing kota Medan menjadi suatu wujud eksistensi keberadaan Gordang Sambilan tersebut walaupun pada bagian lain penggunaan Gordang Sambilan mengalami proses perubahan bentuk penggunaan kepada arah pengunaan yang syarat dengan nilai-nilai hiburan, proses perubahan tersebut tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebab berkurangnya minat penggunaan Gordang Sambilan dikalangan masyarakat Mandailing kota Medan, ada sebab lain yang secara langsung dapat merubah penggunaan Gordang Sambilan tersebut, yaitu agama. Agama menjadi bagian penting yang menentukan proses perubahan penggunaan dan berdampak pada keberadaan Gordang Sambilan di kota Medan, dalam hal ini agama Islam memiliki suatu ukuran yang pasti mengenai hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dan tidak dilakukan dalam tata acara agama Islam yang berkaitan dengan adat, sehingga hal ini menimbulkan suatu pemikiran untuk dapat mentolerir tindakan adat tersebut yaitu adat harus dapat berjalan seiring dengan agama, dengan hal ini dapat menepis keraguan dalam menjalankan adat yang telah menjadi acuan hidup. Secara umum dapat dikatakan keberadaan Gordang Sambilan di kota Medan mengalami proses perubahan namun perubahan tersebut tidak menjadikan Gordang Sambilan tersebut kehilangan unsur adat melainkan dapat menjadikan Gordang Sambilan sebagai suatu wujud eksistensi kesenian tradisional Mandailing di kota Medan walaupun pada beberapa kesempatan Gordang Sambilan dimainkan diluar kaidah adat Mandailing seperti penggunaannya dalam pertunjukan hiburan yang bermuatan nilai promosi kebudayaan pada masyarakat luar akan tetapi hal ini berdampak positif pada keberadaan Gordang Sambilan itu sendiri, masyarakat dengan sendirinya dapat mengetahui lebih tentang Gordang Sambilan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang muncul pada tayangan-tayangan media televisi juga mempengaruhi keberadaan Gordang Sambilan, masyarakat pada umumnya lebih memilih untuk mengikuti tren musik modern hal ini menyebabkan antusiasme terhadap Gordang Sambilan berkurang secara kuantitas, peran dari pemain Gordang Sambilan untuk menumbuhkembangkan keinginan masyarakat terhadap kesenian Gordang Sambilan sangat penting dan tidak tertutup segala kemungkinan untuk menjadikan kesenian tradisonal Gordang Sambilan menjadi suatu bentuk kesenian yang diminati oleh setiap masyarakat.

BAB IV Script Video Etnografi tentang Penggunaan dan Fungsi Gordang Sambilan

di kota Medan 4.1. Video Etnografi Video etnografi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian karya etnogarfi dalam bentuk visualisasi gambar dan suara, dalam konteks penelitian ini video etnografi digunakan sebagai suatu upaya menyajikan data etnografis senyata mungkin dan sesuai dengan kenyataan yang terlihat dilapangan. Kenyataan- kenyataan dilapangan yang berkaitan dengan penggunaan Gordang Sambilan ditengah- tengah masyarakat Mandailing di kota Medan yang tidak tampak secara kasat mata diungkapkan pada hasil karya video etnografi dalam bentuk data wawancara kepada para informan. Penggunaan video etnografi dalam tulisan ini berkaitan dengan kecenderungan pada saat sekarang ini dimana hasil teknologi memegang peranan penting dalam proses kehidupan dan kegiatan manusia, peluang ini dimanfaatkan dalam antropologi melalui karya video etnografi untuk dapat menghadirkan kenyataan dilapangan senyata mungkin kehadapan pemirsa 1 , hal ini sangat bermanfaat dikarenakan pada hasil karya etnografi klasik yang disajikan dalam bentuk teks tulisan memerlukan imajinasi bagi para pembaca namun proses imajinasi terhadap karya etnografi tersebut terbentur pada aspek persepsi pembaca dimana kenyataan dilapangan yang disajikan dalam bentuk teks dipersepsikan dengan sesuatu hal yang diketahui oleh pembaca sehingga yang muncul bukanlah realita melainkan persepsi dan hal ini dapat menyebakan kesalahan dalam penafsiran hal ini sejalan dengan pendapat Howard Morphy dan Marcus Banks, yaitu : “As method, visual anthropology is in the first instance a flag, a reminder that much that is observable, much that can be learned about a culture can be recorded most effectively and comprehensively through film, photography or by drawing 1999:14.” Pendapat Howard Morphy dan Marcus Banks ini menekankan pada aspek penggunaan media visual dalam usaha untuk menjelaskan kebudayaan yang lebih baik dijelaskan dalam bentuk visual, seperti film, foto ataupun gambar karena dengan usaha 1 Pemirsa dalam konteks ini diartikan sebagai individu yang melihat hasil karya video etnografi. tersebut kebudayaan yang menjadi fokus perhatian dapat ditampilkan dalam bentuk asli kehadapan pemirsa dan mengurangi kesalahan dalam penafsiran, usaha-usaha dalam antropologi visual ini merupakan suatu bentuk kerja mengenai sistem visual dan budaya yang terlihat kasat mata serta memproduksi dan menggunakan hasil dari visual antropologi Morphy dan Marcus, 1999:1-2.

4.2. Penggunaan Script Video Etnografi