4.4. Script Video Etnografi tentang Penggunaan dan fungsi Gordang Sambilan di kota Medan
4.4.1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini terlebih dahulu dijelaskan tentang penggunaan Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di kota Medan, kota Medan sebagai
suatu ibukota propinsi Sumatera Utara merupakan suatu bentuk kota yang berproses menuju arah kota yang metropolitan. Masyarakat kota Medan merupakan komposisi
masyarakat yang heterogen, faktor heterogenitas tersebut menjadi suatu kekayaan tersendiri bagi kota Medan. Masyarakat Mandailing sebagai bagian dari komposisi
masyarakat kota Medan memiliki suatu kesenian yaitu Gordang Sambilan, yaitu 9 sembilan buah gendang berukuran besar dan jumlah yang banyak, hal ini menjadikan
Gordang Sambilan sebagai alat musik yang dikenal masyarakat luas terutama masyarakat kota Medan, Gordang Sambilan pada penggunaannya terdiri dari dua bagian besar, yaitu
pada penggunaan secara adat upacara adat dan pada bentuk penggunaan hiburan. Saat sekarang ini di kota Medan Gordang Sambilan dipergunakan pada beberapa
upacara adat seperti perkawinan dan memasuki rumah baru, akan tetapi penggunaan dari Gordang Sambilan tersebut tidak lagi seketat dahulu dimana seluruh aturan adat dan
susunan acara harus dipatuhi dan dilaksanakan, Gordang Sambilan di kota Medan memang digunakan pada upacara adat seperti perkawinan dan memasuki rumah baru
namun penggunaannya lebih kepada sebagai media hiburan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Mandailing. Perubahan penggunaan ini terjadi disebabkan masyarakat kota
yang kompleks dan lebih mementingkan sisi kepraktisan.
4.4.2. Bentuk Acara dan Penggunaan Gordang Sambilan
Sebagai suatu alat musik tradisional masyarakat Mandailing, Gordang Sambilan merupakan hasil karya manusia yang berangkat ide dan diterapkan melalui sistem sosial
masyarakat tersebut, hal ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa ada tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud ide atau gagasan, wujud sistem sosial dan
wujud fisik atau kebendaan 1980:201-203, penggunaan dari Gordang Sambilan memiliki konsekuensi dari sistem sosial budaya masyarakat Mandailing.
Penggunaan musik oleh masyarakat menurut Allan P Merriem merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan penggunaan musik oleh masyarakatnya dan bagaimana
masyarakat tersebut menggunakan musik tersebut pada bentuk kehidupan mereka dan kaitannya dengan aktifitas sosial lainnya 1964:210, hal ini berlaku untuk penggunaan
Gordang Sambilan di kota Medan dimana pada penggunaannya sekarang ini Gordang Sambilan tergantung pada permintaan masyarakat yang ingin menggunakannya sehingga
proses perubahan yang terjadi pada Gordang Sambilan merupakan proses perubahan penggunaan yang disebabkan karena keinginan masyarakat pendukung musik untuk
melakukan perubahan pada penggunaannya. Hal ini terlihat pada beberapa upacara yang menggunakan Gordang Sambilan.
Bentuk-bentuk acara Gordang Sambilan menurut sifat penggunaan terdiri dari penggunaan pada upacara siriaon suka-cita dan upacara siluluton duka-cita namun
pada praktek penyelenggaraannya Gordang Sambilan di kota Medan lebih digunakan pada sifat upacara siriaon suka-cita hal ini disebabkan karena bentuk upacara siriaon
suka-cita merupakan bentuk upacara yang paling lazim diselenggarakan, penggunaan pada upacara siluluton duka-cita tidak lagi dilakukan karena bentuk penyelenggaraan
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Adapun penggunaan gordang sambilan pada upacara siriaon yang masih
dilakukan sampai saat ini dikota Medan adalah upacara perkawinan dan memasuki rumah baru, dari dua bentuk upacara ini hanya upacara perkawinan saja yang umum untuk
dilakukan hal ini disebabkan karena upacara perkawinan memiliki intensitas dalam hal penyelenggaraan, dalam waktu seminggu sekali kelompok gordang sambilan
mendapatkan setidaknya sekali jadwal penampilan. Upacara memasuki rumah baru sudah tidak sering lagi diiringi oleh gordang
sambilan disebabkan karena jenis upacara ini dapat menghabiskan dana penyelenggaraan yang tidak sedikit, hal ini yang kemudian menjadi alasan kurangnya jadwal penampilan
gordang sambilan pada upacara memasuki rumah baru.
4.4.3. Penggunaan dan Fungsi Gordang Sambilan di Kota Medan