Perubahan pada Gordang Sambilan di Kota Medan

bentuk acara tersebut adalah upacara adat dalam hal ini perkawinan dan memasuki rumah baru serta acara dengan muatan hiburan. 2. Fungsi, dalam kerja visual antropologi, fungsi dari gordang sambilan dijelaskan dalam bentuk pertunjukan gordang sambilan tersebut, pada penggunaan dengan muatan yang berbeda yaitu dalam upacara adat dan hiburan, gordang sambilan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai suatu fungsi pertunjukan. Adapun fungsi yang lainnya seperti fungsi kenikmatan dan penyajian secara simbolis dimanifestasikan dalam bentuk gambaran masyarakat yang melihat dan mendengar pertunjukan gordang sambilan pada berbagai acara upacara adat – hiburan sedangkan penyajian secara simbolis dijelaskan melalui hal-hal yang berhubungan dengan pertunjukan gordang sambilan seperti susunan acara yang menggunakan gordang sambilan, syarat-syarat dalam pertunjukan gordang sambilan.

4.4.4. Perubahan pada Gordang Sambilan di Kota Medan

Gordang sambilan pada penggunaan di kota Medan telah mengalami proses perubahan, perubahan yang terjadi merupakan akibat dari penggunaan gordang sambilan tersebut ditengah-tengah masyarakat kota. Perubahan yang terjadi melingkupi hanya pada penggunaan gordang sambilan, secara sistematis penggunaan gordang sambilan merupakan suatu tindakan yang dilakukan bagaimana gordang sambilan tersebut digunakan sehingga penggunaan gordang sambilan dapat dikatakan sebagai bentuk penerapan gordang sambilan yang dinamis sedangkan fungsi adalah suatu kegunaan yang diberikan kepada gordang sambilan sebagai suatu alat musik tradisional masyarakat Mandailing sehingga fungsi adalah bentuk teoritik dari gordang sambilan yang bersifat statis, dari penjelasan tersebut maka pada bagian penggunaan gordang sambilan mengalami proses perubahan. Proses perubahan yang terjadi pada gordang sambilan adalah suatu bentuk proses perubahan yang lazim, karena perubahan merupakan suatu bentuk yang tidak statis melainkan memiliki bentuk dinamis sehingga seperti struktur organis kehidupan yang mengalami proses perubahan struktur organis sepanjang hidupnya, hal ini juga berlaku dalam kehidupan sosial manusia Brown dalam Sari, 2008:64, dari pengertian tentang perubahan tersebut maka proses perubahan yang terjadi pada gordang sambilan merupakan proses perubahan yang terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi sisi dinamis dari gordang sambilan yaitu penggunaannya. Proses perubahan pada penggunaan gordang sambilan berdampak pada jenis acara yang menggunakan gordang sambilan, interaksi yang terjadi dan pembauran masyarakat dalam konteks masyarakat kota yang heterogen telah menyebabkan perubahan penggunaan dari gordang sambilan tersebut, proses perubahan yang tampak adalah pada penggunaan dimana gordang sambilan di kota Medan lebih banyak digunakan pada acara-acara hiburan. Adapun faktor-faktor penyebab perubahan tersebut adalah : 1. Kota 2 , kota sebagai suatu bentuk daerah yang secara geografis dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan antar golongan, telah menyebabkan perubahan karena interaksi yang timbul diantara masyarakat heterogen terebut selain itu bentuk kota yang merupakan daerah pemukiman yang secara kawasan memiliki daerah yang luas menjadi faktor pendukung perubahan dari penggunaan gordang sambilan. 2. Agama 3 , kesenian tradisional gordang sambilan yang telah muncul dan berkembang sejak sebelum masuknya pengaruh agama Islam di daerah Mandailing, menggunakan gordang sambilan sebagai bagian dari kepercayaan animisme, masuknya pengaruh ajaran Islam telah menyebabkan kesenian gordang sambilan harus melakukan penyesuaian dengan ajaran agama Islam. Bagi mayarakat Mandailing yang merupakan pendukung dari kesenian gordang sambilan tersebut diambil jalan tengah untuk tetap menggunakan gordang sambilan dalam berbagai upacara adat, jalan tengah tersebut 2 kota tidak semata-mata dilihat dari landasan ekonominya; kota utamanya adalah kemunculanpembentukan sosial dari masyarakat penghuni kota tersebut Lewis dalam Harahap, 2007. 3 tulisan oleh Parlindungan menyatakan bahwa penyerbuan laskar Paderi dari Sumatera Barat ke Sipirok terjadi sekitar tahun 1816. sebelum mereka memasuki kawasan Sipirok, mereka sudah lebih dahulu menaklukkan seluruh daerah Mandailing, Angkola dan Padang Lawas. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh bahwa pada daerah Mandailing Tapanuli Selatan telah ada sebelum pengaruh Islam karena sampai sekarang tidak ditemukan bukti-bukti peninggalan sejarah yang menunjukkan adanya perkembangan Islam yang meluas baik di Tapanuli Tengah maupun di Tapanuli Selatan sejak abad ke-7 dalam Dalam Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok,1998::31. adalah dengan menselaraskan antara adat dan ibadat, dimana adat harus sejalan dengan keyakinan ajaran Islam yang mereka anut. 3. Pemerintah Pemerintah memegang peranan dalam proses perubahan penggunaan gordang sambilan hal ini disebabkan pemerintah dalam hal ini pemegang kekuasaan di Sumatera Utara dan Medan menginginkan gordang sambilan dipergunakan sebagai media memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat luar namun akibat dari penggunaan dari gordang sambilan keluar dari konteks adat menjadi sebagai pertunjukan hiburan tanpa adanya nilai-nilai adat, pada satu sisi pemain gordang sambilan melakukan pertunjukan tersebut sebagai bagian dari memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dan bagi pemerintah pertunjukan tersebut merupakan suatu upaya melestarikan dan memperkenalkan bentuk kesenian tradisional namun tindakan-tindakan tersebut memicu terjadinya perubahan pada penggunaan gordang sambilan di kota Medan. 4. Masyarakat Masyarakat Mandailing yang berdomisili di kota Medan turut dalam proses perubahan penggunaan gordang sambilan hal ini dikarenakan masyarakat Mandailing yang ingin menyelenggarakan upacara dengan menggunakan gordang sambilan menginginkan penggunaan gordang sambilan yang praktis, yaitu yang tidak terikat dengan nilai-nilai adat budaya Mandailing yang mereka anggap sebagai suatu kerumitan, masyarakat sebagai bagian pendukung dari penggunaan gordang sambilan telah menentukan bahwa penyelenggaraan gordang sambilan yang penuh dengan nilai-nilai adat dianggap sebagai suatu hal yang tidak praktis dan memberatkan sebagai contoh adalah pemotongan hewan kerbau sebagai syarat upacara adat yang menggunakan gordang sambilan mereka anggap sebagai suatu hal yang memberatkan pada sisi finansial. Komposisi masyarakat perkotaan yang heterogen juga turut serta dalam proses penentuan tindakan masyarakat Mandailing dalam pengambilan keputusan terhadap penggunaan gordang sambilan. Proses perubahan pada penggunaan gordang sambilan di kota Medan dijelaskan secara visual melalui proses wawancara kepada beberapa informan yang memahami masalah tersebut seperti pemain gordang sambilan dan masyarakat Mandailing yang berdomisili di kota Medan.

4.5. Bentuk script visual etnografi sebagai bahan kerja visual antropologi