83
BAB V KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Dasar
Bentuk site berupa trapesium menjadi keunikan tersendiri dari perancangan. Konsep yang digunakan adalah perpaduan antara tema, yaitu: “neo” +
“vernakular”. Bentuk vernakular bangunan arsitektur Tionghoa yang paling umum adalah berbentuk ruko rumah toko Ing: shophouse.
Gambar 5.1: Ruko Lama di Georgetown, Penang Adapun tipologi ruko Tionghoa diterapkan dalam massa museum,
sebagaimana hal ini menjadi elemen vernakular tradisional. Sedangkan untuk menghubungkan elemen transisi antara vernakular tradisional ke neo modern,
maka dicari suatu bentukan yang tepat untuk hal tersebut. Pagoda pada awalnya dikenal dalam arsitektur Tionghoa sejak penyebaran
agama Buddha di daratan China. Namun, keberadaan pagoda sendiri tidak bisa selalu diasosiasikan terhadap Buddhisme, melainkan bisa juga sebagai struktur
untuk memantau pemandangan maupun penerapan elemen feng shui.
Universitas Sumatera Utara
84
Dengan adanya struktur pagoda ini, diharapkan dapat menjadi suatu perantara
menghubungkan konsep
langgam tradisional dengan modern, dikarenakan
pagoda sendiri seiring dengan waktu telah
mendapat banyak
pengaruh pengadaan bahan dan teknik konstruksi
dari barat pula. Untuk langgam modern, diterapkan
ke dalam gedung pertunjukan. Meski berkonsep modern, namun tentu tidak
meninggalkan elemen
arsitektur Tionghoa.
Pada hakikatnya
etnis Tionghoa baru mulai menerapkan apa
yang didefinisikan sebagai “gedung pertunjukan” sebenarnya setelah pengaruh
dari barat. Dikarenakan, pada dahulu kala, pertunjukan biasa dipentaskan dalam sedikit jumlah pemain, dan dilaksanakan di bangunan bertingkat 2 pada umumnya,
dengan gaya dimana pengunjung juga sekaligus menyaksikan pertunjukan dari lantai 1. Oleh karena itu, keberadaan gedung pertunjukan telah mendukung konsep
neo pada perancangan berikut.
Gambar 5.3: Tampak Timur Laut Depan Medan Chinese Cultural Museum
5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Konsep Pencapaian Site