Pencahayaan Prinsip Dasar Museum .1 Luas

22

2.2.10.2 Pencahayaan

Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran. Pada areal pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata. Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari. Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi, seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati. Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan. Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan. Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season, and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes. ” 6 Warna pencahayaan, merupakan faktor yang sangat penting. Menurut penelitian, pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500 o . Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800 o – 3100 o memberi pencahayaan spot pada objek individual, maupun 6 Illuminating Engineeering, halaman 20. Universitas Sumatera Utara 23 pencahayaan flood di lokasi tertentu . Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap objek. Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontras. Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau. Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakuka n dengan memberikan lapisan kaca difusi. Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini. Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini. Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 2.1: Teknik Pencahayaan pada Ruang Pameran Museum Gambar 2.2: Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 2 Dimensi Panel Rekomendasi tingkat pencahayaan untuk ruangan dalam museum antara lain ruang kantor 300 dan 500 lux; ruang serba guna area duduk 300 lux, panggung 600 lux; dan ruang pameran 100, 300 dan 500 lux tergantung keperluan. Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 2.3: Tabel Sifat Cahaya Cahaya Fokus Cahaya Tidak Fokus Cahaya Alami Bagian Selatan Cahaya siang, cirinya:  Hangat,  Kontras,  Cerah. Bagian Utara Cahaya sore mendung, cirinya:  Dingin,  Bayangan datar dan lembut,  Kontras lebih rendah. Cahaya Buatan Lampu Pijar, cirinya:  Hangat lebih dingin,  Kontras dan berbayang,  Pencahyaan langsung. Lampu Neon, cirinya:  Dingin lebih hangat,  Kurang kontras,  Cahaya menyebar. Sumber: Architects’ Handbook. Gambar 2.3: Teknik Pencahayaan pada Objek Pameran 4 Dimensi Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 2.4: Teknik Peletakan Objek Pameran

2.2.10.3 Ruang Pameran