56
dibilang arsitektur sipil.
2
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arsitektur adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.
3
Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan
proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.
4
Neo berarti baru, masa peralihan, sedangkan Vernakular adalah bahasa
setempat, dalam arsitektur istilah vernakular digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk
iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektur atau tata letak, denah, struktur, detail, ornamen, dll.
3.3 Interpretasi Tema
Pada arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern namun juga elemen non fisik
seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Arsitektur neo vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-
unsur lokal dengan lapisan modernisasi. Dalam arsitektur Neo Vernakular banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam
penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo vernakuler, ini
menunjukkan suatu bentuk yang modern namun masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern
seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk.
3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul
Medan Chinese Cultural Museum yang akan dirancang bernuansakan etnisitas kental dengan nuansa budaya yang secara visual dikemas modern
namun masih dapat melestarikan image budaya sesuai dengan budayanya,
2
http:www.dictionary.com
3
Poerwadaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
4
Vitruvius. De Architectura.
Universitas Sumatera Utara
57
yang dimaksudkan memberikan kesan visual yang berbeda dari bentukan vernakularnya, sehingga neo vernakular sangat tepat diterapkan dalam
pendekatan desain Medan Chinese Cultural Museum yang secara fisik diterapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular yang dikemas dalam modern
sehingga berbeda dengan visual vernakularnya, untuk mendukung terciptanya nuansa kultural tersebuat maka diterapkan elemen nonfisik seperti budaya,
pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain sehingga nuansa adat dapat dirasakan pengunjung Medan Chinese Cultural Museum.
3.5 Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng
Bandara di Kota Jakarta, Indonesia, terletak di daaerah Sub Urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Perancis. Unit-
unitnya sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok dari pipa-pipa baja yang diekspos. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang
sangat tropical, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur joglo dalam dimensi yang
lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan elemen konstruksi Jawa lainnya.
Gambar 3.1: Perspektif Burung Bandara Soekarno-Hatta
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 3.2: Perspektif Burung Bandara Soekarno-Hatta Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu
yang diterapkan pada kolom-kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural. Bandara Soekarno-Hatta merupakan bangunan Neo-
Vernakular dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap-atap pelana lipat
yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia.
Gambar 3.3: Penggunaan Langgam Tradisional pada Bandara Soekarno-Hatta
Istana Budaya, Kuala Lumpur, Malaysia
Istana Budaya merupakan salah satu bangunan Neo-Vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai theatre daerah dan juga
gedung pertunjukan dengan kapasitas 2000 orang. National Theatre Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali
kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep
Universitas Sumatera Utara
59
bangunan Tradisional Melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan
material yang modern menjadikan Gedung ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
Gambar 3.4: Eksterior Istana Budaya KL
Gambar 3.5: Eksterior Istana Budaya KL Istana Budaya mengambil konsep Vernakular dari rumah tradisional
Melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan pada
Universitas Sumatera Utara
60
bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat dapat diaplikasikan ke gedung theatre
ini karena membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap besar dan tinggi.
Gambar 3.6: Interior Gedung Pertunjukan Istana Budaya KL
Gambar 3.7: Interior Gedung Pertunjukan Istana Budaya KL
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
61
BAB IV ANALISIS