kadarnya semakin meningkat dengan peningkatan posisi organisme pada rantai makanan Effendi, 2003.
2.4.3.7 Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang masuk kedalam badan air akibat erosi atau banjir. Pada dasarnya sedimen tidak bersifat toksik, dan keberadaannya didalam
air berupa bahan-bahan tersuspensi. Keberadaan sedimen dalam badan perairan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan perairan, yang selanjutnya
menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer keperairan Effendi, 2003.
2.4.3.8 Radioaktif
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2002 Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif
atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan reaksi pengion yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492MENKES PERIV 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar bahan radio aktif yang
diperbolehkan adalah: a. Gross alpha activity
: 0,1 Bq liter b. Gross beta actifity
: 1 Bq liter.
2.4.3.9 Limbah Penyebab Penyakit
Air memiliki peranan yang penting dalam penyebaran berbagai penyakit, seperti malaria, filariasis, schistomiasis, dan penyakit kuning yellow fever. Penyakit
yang bersumber dari perairan ini dikenal dengan sebutan waterborn disease. Beberapa jenis bakteri pathogen, virus, protozoa dan cacing juga banyak ditemukan
diperairan, hal ini dikarenakan air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya patogen yang masuk melalui limbah Effendi, 2003.
2.5 Standar Kualitas Air Minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan
segala makhluk yang dapat membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan
tidak merugikan secara ekonomis. Air seharusnya tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, standar
ini dibuat untuk mencegah terjadinya dan meluasnya penyakit bawaan air Soemirat, 2002.
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum, yaitu peraturan tentang berbagai parameter yang diperbolehkan dalam air minum. Standar kualitas air
minum biasanya berbeda pada setiap negara, tergantung pada keadaan sosial kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Kualitas air yang digunakan sebagai
sumber air minum sebaiknya memenuhi persyarata baik secara fisik, kimia dan biologis sesuai dengan standar mutu air minum menurut PERMENKES RI nomor
492MENKESPERIV2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.