2. Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB,
hidrokarbon alifatik berklor, pelarut, surfaktan rantai lurus, hidrokarbon petroleum, aromatic polinuklir, dibenzodioksin berklor, senyawa
organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan industri, pertanian dan domestik.
3. Gas, misalnya klor dan ammonia.
4. Anion misalnya, sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat.
5. Asam dan alkali.
2.4.3. Jenis – Jenis Pencemar
Polutan didalam perairan biasanya terdiri dari berbagai macam polutan, baik yang bersifat toksik maupun yang bersifat non toksik. Biasanya didalam lingkungan
perairan, berbagai jenis bahan polutan tersebut akan membentuk interaksi. Kombinasi dari berbagai polutan tersebut dapat bersifat additive, sinergis dan antagonis.
Rao dalam Effendi, 2003 mengelompokkan bahan pencemar diperairan menjadi beberapa kelompok:
2.4.3.1. Limbah Penyebab Penurunan Kadar Oksigen Terlarut
Semua limbah yang dioksidasi, terutama limbah domestik, termasuk kedalam kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut. Oksigen sangat
dibutuhkan bagi kehidupan organisme-organisme yang hidup didalam ekosistem perairan. Hewan air seperti ikan hanya dapat hidup jika kandungan oksigen terlarut
suatu perairan tidak kurang dari 5 mgliter. Kadar oksigen terlarut didalam air sangat
dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi limbah Effendi, 2003.
a. Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfer keperairan melalui proses
difusi. b.
Fotosintesis terjadi pada siang hari, karena proses fotosintesis memanfaatkan sinar mata hari dan karbondioksida untuk kemudian diubah menjadi oksigen.
Namun sebaliknya pada malam hari oksigen justru dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk keperluan respirasi.
c. Keberadaan limbah organik yang membutuhkan oksigen untuk melakukan
proses perombakan dekomposisi, menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut didalam air. Maka jika didalam perairan terdapat limbah organik
dengan kadar yang cukup tinggi, air akan cepat sekali mengalami pengurangan kadar oksigen terlarut.
2.4.3.2 Senyawa Organik
Penyusun utama bahan organik biasanya berupa polisakarida karbohidrat, polipeptida protein, lemak fats, dan asam nukleat nucleat acid. Biasanya bahan
organik tersebut, baik alami maupun sintesis masuk kedalam badan perairan sebagai hasil dari aktifitas manusia. Limbah organik juga bisa saja mengandung bahan-bahan
organik sintesis yang sulit diuraikan secara biologis non biodegredable sehingga bersifat persisten dan dalam waktu yang lama akan bersifat akumulatif. Limbah
organik ada juga yang bersifat toksik terutama pada organisme akuatik. Beberapa
contohnya adalah minyak, fenol, pestisida, surfaktan dan polychlorinated byphenyl PCBs Effendi, 2003.
2.4.3.3 Minyak Mineral dan Hidrokarbon
Diperkirakan sekitar 800 jenis senyawa minyak mineral yang terdiri atas hidrokarbon alifatik, aromatik, resin, dan aspal. Minyak tersebar dalam perairan
dalam bentuk terlarut, lapisan film yang tipis yang terdapat dipermukaan, emulsi dan fraksi terserap. Efek dari keberadaan minyak pada permukaan air adalah menghalangi
proses difusi oksigen dari atmosfer ke perairan, sehingga kadar oksigen terlarut badan perairan tersebut menjadi rendah.
Kadar minyak dan produk-produk petroleum yang diperkenankan terdapat pada air minum berkisar antara 0,01 – 0,1 mgliter. Kadar yang melebihi 0,3 mgliter
bersifat toksik terhadap beberapa jenis ikan air tawar Effendi, 2003.
2.4.3.4 Pestisida