Standar Kualitas Air Minum

yang bersumber dari perairan ini dikenal dengan sebutan waterborn disease. Beberapa jenis bakteri pathogen, virus, protozoa dan cacing juga banyak ditemukan diperairan, hal ini dikarenakan air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya patogen yang masuk melalui limbah Effendi, 2003.

2.5 Standar Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang dapat membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara ekonomis. Air seharusnya tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, standar ini dibuat untuk mencegah terjadinya dan meluasnya penyakit bawaan air Soemirat, 2002. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum, yaitu peraturan tentang berbagai parameter yang diperbolehkan dalam air minum. Standar kualitas air minum biasanya berbeda pada setiap negara, tergantung pada keadaan sosial kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Kualitas air yang digunakan sebagai sumber air minum sebaiknya memenuhi persyarata baik secara fisik, kimia dan biologis sesuai dengan standar mutu air minum menurut PERMENKES RI nomor 492MENKESPERIV2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. a. Secara fisik Kualitas air yang baik secara fisik adalah sebagai berikut: 1. Tidak berwarna Sumber air minum harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Kadar warna yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 15 TCU. 2. Temperaturnya normal Air yang baik seharusnya memiliki temperatur yang sama dengan udara yaitu sekitar 20 – 26 C. air yang memiliki perbedaan temperatur mencolok biasanya mengandung zat-zat tertentu atau memungkinkan terjadinya proses yang menghasilkan ataupun menyerap energi dalam air. Suhu yang diperbolehkan adalah lebih kurang 3 C dari suhu udara. 3. Rasanya tawar Rasa asam, manis, pahit maupun asin didalam air menggambarkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin bisa saja disebabkan oleh garam- garaman dan rasa asam bisa disebabkan oleh adanya asam organik dan asam anorganik Kusnaedi, 2010. 4. Tidak berbau Air yang baik tidak berbau apapun, air yang berbau busuk mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung bahan organik yang sedang diuraikan oleh mikroorganisme Kusnaedi, 2010. 5. Jernih atau tidak keruh Air yang baik tidak mengandung partikel-partikel koloid yang menyebabkan air menjadi keruh. Angka kekeruhan yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 5 NTU. 6. Tidak mengandung zat padatan Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, meskipun air itu secara kasat mata nampak jernih. Kerena saat air didihkan zat padatan tersebut akan larut dan menurunkan kualitas air minum. Total zat padatan yang diperbolehkan tidak lebih dari 500 mgliter. b. Persyaratan Kimia 1. pH netral air minum yang baik harus memiliki pH yang netral, jia pH air rendah maka air akan bersifat asam, demikian sebaliknya jika pH air tinggi maka air akan bersifat basa. pH yang diperbolehkan adalah 6,5 – 8,5. 2. Tidak mengandung bahan kimia beracun. 3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Alumunium kadar maksimalnya 0,2 mgl, Besi kadar maksimalnya 0,3 mgl, mangan kadar maksimalnya 0,4 mgl, Tembaga kadar maksimalnya 2 mgl, Merkuri kadar maksimalnya 0,001 mgl , Sengkadar maksimalnya 3 mgl. 4. Tidak mengandung bahan organik Kandungan bahan-bahan organik pada air minum dapat membahayakan kesehatan. Menurut Kusnaedi 2010 Bahan-bahan organik itu seperti: − NH 4 − H 2 S, − SO 4 2 - − NO 3 - nitrat, kadar maksimal yang diperbolehkan adalah 50 mgliter. c. Persyaratan Mikrobiologis a. Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0, salmonella typhi, vibrio cholera. b. Tidak mengandung kuman-kuman non pathogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, dadocera.

2.6 Pupuk

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Keadaan Sumur Gali Di Desa Aek Nauli Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tap-Sel Tahun 2000 (Ditinjau Dari Aspek Konstruksi)

0 38 57

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dan Kualitas Air Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010

3 80 87

Hubungan Jarak Septic Tank, Konstruksi Sumur Gali, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia coli Air Sumur Gali Penduduk di Desa Mekar Makmur Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2016

2 42 156

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 17

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

View of Kondisi Sumur Gali Dan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Air Sumur Gali Di Desa Bokonusan Kecamatan Semau Kabupaten Kupang Tahun 2017

0 1 8

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Minum dan Air Bersih - Analisis Kandungan Nitrat Pada Air Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau Tahun 2012

0 0 35

ANALISIS KANDUNGAN NITRAT PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DESA SARI MAKMUR KECAMATAN PANGKALAN LESUNG KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 14