Universitas Sumatera Utara
4.2      Pembahasan
Berdasarkan  dari  hasil  observasi  dan  wawancara  yang  dilakukan  peneliti selama masa penelitian, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut :
Kasus 1 Amee
Sebagai  seorang  lesbian, Amee sudah  cukup terbuka. Bahkan, tak jarang dia  menggunakan  kaos  longgar  yang  bertuliskan  tentang  lesbian  maupun  LGBT.
Hal ini jelas sebagai tanda bahwa dia telah “coming out” sebagai seorang lesbian. Maka dari itu, dia dengan leluasa menceritakan kehidupan pribadinya sejak kecil
terkait  dengan  orientasi  seksualnya.  Terlebih,  dia  juga  membahasakan  dirinya dengan  sebutan  “abang”.  Kemudian,  Amee  merupakan  salah  satu  pengurus
Organisasi  Cangkang  Queer  Medan  yang  ternyata  bertugas  untuk  menjembatani para peneliti jika membutuhkan informan atau responden yang memiliki identitas
lesbian.  Oleh  karena  itu,  peneliti  lebih  dalam  mengenal  Amee  dibandingkan dengan informan lainnya.
Ketika  berbicara,  Amee  tidak  banyak  melakukan  gerakan  tubuh. Sedangkan  gerakan  tangan  Amee  menegaskan  tiap  pernyataan  yang
dilontarkannya.  Kemudian,  gerakan  tangannya  saat  merokok  juga  tidak  seperti perempuan  pada  umumnya  yang  terkesan  lebih  melentikkan  jarinya.  Gerakan
tangan Amee lebih seperti lelaki yang sedang merokok. Kepala seperti anggukan maupun  gelengan  juga  pernah  dilakukan  Amee  yang  fungsinya  juga  untuk
menegaskan  pernyataannya.  Amee  kerap  memiringkan  kepalanya  ke  kanan  saat medengarkan peneliti bertanya atau saat peneliti menceritakan suatu hal. Gerakan
kepala  ini  juga  diikuti  dengan  gerakan  wajah  yaitu  dahi  yang  dikernyitkan. Misalnya,  Amee  mengernyitkan  dahinya  saat  menyatakan  ketidakadaan
penggunaan  gerakan  khusus,  sentuhan  khusus,  maupun  atribut  khusus  sebagai tanda  bahwa  dia  seorang  lesbian.Sesekali  Amee  memanyunkan  bibirnya  saat
menyatakan  sesuatu  yang  tidak  cocok,  seperti  saat  dia  mengatakan  bahwa  tidak setiap orang yang berpenampilan tomboi beridentitas lesbian.
Saat berjalan, Amee tidak berjalan seperti wanita feminim pada umumnya. Amee  lebih  seperti  lelaki  maskulin  saat  berjalan.  Kemudian,  ketika  ingin
Universitas Sumatera Utara
bepergian  dengan  perempuan  lain,  Amee  lebih  sering  sebagai  pengendara  dan membonceng perempuan tersebut.
Saat  wawancara,  tatapan  mata  Amee  fokus  menatap  mata  peneliti. Kemudian,  ketika  peneliti  membawa  teman  saat  melakukan  wawancara,  Amee
mengecilkan  matanya  seperti  menandakan  bahwa  dia  sedang  bertanya  siapa dengan  peneliti.  Ketika  wawancara  berlangsung,  Amee  memilih  menjaga  jarak
dengan  teman  peneliti.    Namun,  Amee  duduk  bersebelahan  dengan  peneliti. Selanjutnya,  sesekali  Amee  juga  menyentuh  tangan  peneliti  seperti  memukul
pelan untuk memberikan rasa keakraban saat bercanda ataupun saat menceritakan hal yang serius. Hal ini juga diperkuat dengan observasi peneliti selama ini bahwa
ketika  berbicara  dengan  lawan  bicaranya,  baik  itu  perempuan  maupun  lelaki Amee melakukan hal  yang sama. Akan tetapi, sentuhan itu hanya kepada orang-
orang yang sudah cukup dikenalinya. Mengenai parabahasa dan waktu, Amee merupakan seorang yang memiliki
suara  yang  jelas,  tegas,  dan  bulat,  sehingga  peneliti  tidak  mengalami  kesulitan menangkap  apa  yang  sedang  dikatannya.  Amee  kerap  menekankan  intonasinya
pada  kata- kata  tertentu,  seperti  menekankan  kata  “patriarki”  saat  menjelaskan
ketidakpentingan  label butchy  dan  femme  dalam  sebuah  hubungan.  Setelah  itu,
Amee merupakan seorang yang cukup memegang janjinya. Dia cukup tepat waktu saat ingin bertemu dengan peneliti. Tak hanya peneliti, saat observasi peneliti juga
mengamati Amee saat berjanji dengan teman perempuannya dan ternyata dia lebih tepat waktu dibandingkan temannya tersebut.
Rutinitasnya  sebagai  seorang  pekerja  disebuah  perusahaan  pialang, membuat  Amee  menjadi  seorang  yang  sering  memiliki  pertemuan  dengan
nasabah-nasabahnya.  Hal  itu  jugalah  yang  turut  menjadi  alasan  ketepatan  waktu Amee  saat  berjanji  untuk  bertemu  dengan  seseorang.  Kemudian,  terkait  dengan
pekerjaan,  Amee  lebih  nyaman  menggunakan  celana  bahan  dengan  kemeja  dan sepatu  pantofel  hitam  berkilau.  Kemeja  yang  digunakannya  merupakan  kemeja
yang  cukup  pas  dibadannya.  Akan  tetapi,  bentuk  payudaranya  tidak  terlihat, sehingga  Amee  seperti  lelaki  jika  dilihat  sepintas  saja.  Ditambah  lagi  dengan
potongan  rambut  yang  pendek  dan  tas  selempang  pria  yang  pada  umumnya digunakan pria.
Universitas Sumatera Utara
Dari  paparan  terkait  dengan  penampilannya,  Amee  dapat  dikatakan sebagai  seorang
butchy.  Akan  tetapi,  jika  dikaitkan  dengan  penjelasannya  saat wawancara  dengan  peneliti,  maka  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  Amee
merupakan seorang transman yang juga bersedia disebut sebagai seorang butchy.
Sebab, beberapa kali pernyataannya seolah-olah mengisyaratkan bahwa dia adalah seorang
butchy.
Kasus 2 Inisial N
Perempuan  yang  ingin  dipanggil  dengan  inisial  N  ini  merupakan perempuan  dengan  penampilan  maskulin.  Identitasnya  sebagai  lesbian  masih
tertutup,  sebab  sebelum  memulai  wawancara,  dia  mengatakan  kepada  peneliti untuk mengecilkan volume suara saat proses wawancara karena sedang berada di
kediamannya yang juga tempat nya bekerja. Terlebih, dia lebih memilih dipanggil kakak  saja,  berbeda  dengan  informan  sebelumnya.  Akan  tetapi,  dia  mengaku
bahwa sudah bergaya maskulin sejak kecil, sekiranya saat dia mengenyam bangku sekolah dasar.
Kesehariannya  dia  habiskan  di  bengkel  miliknya.  Bergelut  di  dunia pekerjaan  yang pada umumnya dimiliki lelaki, membuat keluarganya memahami
dirinya  sendiri.  Perempuan  yang  berusiah  54  tahun  ini  belum  menikah  hingga sekarang. Dia bercerita bahwa dahulu dia juga terus ditanyai kapan menikah oleh
orang tua, maupun sanak saudara. Namun, dia tidak ambil pusing. Saat  diwawancarai,  Inisial  N  duduk  seperti  layaknya  seorang  lelaki  pada
umumnya.  Kedua  kakinya  direnggangkan.  Kemudian,  tangannya  saat  merokok juga sama seperti seorang lelaki yang sedang merokok. Sedangkan gerakan kepala
seperti  menggeleng  dilakukannya  saat  menegaskan  kata  tidak  ketika  ditanyai kepemilikan  gerakan,  sentuhan,  maupun  atribut  khusus  sebagai  tanda  bahwa  dia
seorang lesbian. Lebih  lanjut,  ketika  mendengarkan  peneliti,  inisial  N  sesekali  melihat
gerakan  bibir  peneliti  saat  berbicara.  Sedangkan  tatapan  matanya  tidak  fokus memandang  mata  peneliti.  Ketika  menjawab  pertanyaan,  inisial  N  lebih  banyak
memandang ke arah lain seperti ke bawah.
Universitas Sumatera Utara
Saat  diwawancarai,  inisial  N  mempersilahkan  peneliti  untuk  duduk  di kursi  yang  terletak  tepat  disebelah  kirinya.  Akan  tetapi,  ketika  peneliti  duduk,
inisial N menggeser kursinya ke kanan sedikit dan membuat ruang di antara kami berdua.  Memang  peneliti  tidak  begitu  akrab  dengan  informan  kedua  ini  karena
mengingat inisial N yang bukan berasal dari Organisasi Cangkang Queer Medan. Ketika  berkomunikasi  dengan  peneliti,  inisial  N  juga  tidak  melakukan
sentuhan kepada peneliti. Sedangkan dalam parabahasa dan waktu, inisial N tidak menggunakan  tekanan  intonasi  pada  kata-kata  tertentu.  Hal  ini  juga  sama  saat
observasi peneliti ketika hari jadi Cangkang Queer Medan lalu. Gaya bicara yang santai  dan  terkesan  berkarisma  membuatnya  disegani  para  lesbian  lain,  terutama
lesbian  yang  lebih  muda  dibandingkan  dengan  dirinya.  Selanjutnya  mengenai waktu,  peneliti  memiliki  kesulitan  saat  menuju  kediaman  inisial  N,  sehingga
peneliti terlambat 1 jam. Padahal, menurut cerita Amee, inisial N bersama dengan teman-temannya sudah menyiapkan makanan yang akan disuguhkan setengah jam
sebelum waktu yang disepakati. Penampilan  maskulin  inisial  N  membuatnya  terlihat  seperti  pria  pada
umumnya.  Bahkan,  saat  observasi,  peneliti  sempat  mengira  bahwa  inisial  N berjenis  kelamin  lelaki.  Dengan  kemeja  longgar  dan  celana  berbahan
jeans disertai  dengan  sepatu
sport,  inisial  N  tampil  dengan  gaya  maskulin  casual. Potongan  rambut  yang  pendek  yang  telah  lama  menjadi  gayanya  ternyata  dari
proses  kenyamanan  saja.  Dia  memang  nyaman  berambut  pendek.  Sehingga, melalui  penampilannya,  dia  dapat  dikatakan  sebagai  seorang
butchy.  Terlebih, saat  menjelaskan  tentang  penampilan,  dia  juga  menyetujui  bahwa  dirinya  yang
berpenampilan seperti lelaki pada umumnya merupakan gaya dari seorang sentul, yang artinya sama dengan seorang
butchy hanya mengalami perkembangan istilah saja.
Kasus 3 Inisial O
Inisial  O  juga  seorang  perempuan  paruh  baya  yang  belum  menikah.  Dia tidak  ingin  menjadi seorang lesbian yang menjadikan  pernikahan hanya sebagai
status  s aja dan hanya untuk “menyenangkan” keluarga saja. Kini dia hidup satu
atap  bersama  dengan  pasangannya.  Pasangannya  yang  bergaya  feminim  dan
Universitas Sumatera Utara
sedangkan  dia  yang  bergaya  maskulin  mengindikasikan  bahwa  dia  merupakan seorang
butchy. Berbeda  dengan  inisial  N,  sosoknya  yang  humoris  memudahkan  peneliti
dalam  mewawancarainya.  Wawancara  yang  berlangsung  dengan  inisial  O  juga bertempat  dikediaman  inisial  N.  Karena  mereka  berteman,  sehingga  Amee
mengatur  jadwal  agar  peneliti  dapat  mewawancarai  mereka  berdua  sekaligus. Mengingat kediaman inisial O yang cukup jauh, Amee memilih kediaman inisial
N sebagai lokasi wawancara. Saat  diwawancarai,  inisial  O  tidak  menggunakan  gerakan  tangan.  Hanya
saja, ketika inisial O merokok, gerakan tangannya juga seperti lelaki yang sedang merokok.  Namun,  ketika  berbicara,  inisial  O  tidak  melakukan  gerakan  tangan.
Akan tetapi, dia menganggukkan kepalanya saat peneliti menegaskan jawabannya kembali,  bahwa  penampilannya  saat  ini  digunakannya  karena  hanya  merasa
nyaman  saja.  Anggukan  yang  dilakukannya  lebih  dari  lima  kali  sembari memanyunkan bibirnya.
Gerakan  wajah  inisial  O  saat  mendengarkan  pertanyaan  peneliti  yang kurang  jelas  karena  kebetulan  sepeda  motor  sedang  melintas  di  depan  kediaman
inisial  N  yaitu  mengernyitkan  dahi  sambil  mengatakan  kata  apa  berkali-kali. Kemudian, saat berbicara dengan peneliti, inisial O memfokuskan pandangannya
ke  mata  peneliti.  Kemudian,  sesekali  dia  juga  melihat  ke  arah  lain  saat menjelaskan jawabannya. Sedangkan gaya kakinya saat duduk sama seperti lelaki
pada umumnya. Dia merenggangkan kedua kakinya. Lebih lanjut, ketika peneliti pindah tempat duduk ke sebelah kiri inisial O,
inisial  O  tidak  menggeser  kursinya.  Akan  tetapi,  inisial  O  menggerakkan badannya bergeser ke sebelah kanan. Setelah itu, inisial O juga tidak melakukan
sentuhan apapun pada peneliti seperti halnya yang dilakukan Amee sebelumnya. Mengenai  parabahasa  dan  waktu,  inisial  O  kerap  memberikan  tekanan
intonasi  pada  kata-kata  tertentu.  Kemudian,  suara  inisial  O  yang  bulat  dan maskulin membuat penekanannya begitu jelas. Sedangkan ketepatan waktu, inisial
O  sama  dengan  inisial  N  dimana  hadir  pada  waktunya  saat  mengikuti  acara Cangkang Queer Medan maupun saat wawancara.
Universitas Sumatera Utara
Penampilan  inisial  O  juga  tidak  jauh  berbeda  dengan  inisial  N.  Inisial  O menggunakan  kemeja  dan  celana
jeans  dengan  bawahan  sepatu  sport. Penampilannya  dilengkapi  dengan  kacamata  yang  berukuran  cukup  besar  yang
sedang  marak  digunakan  anak  muda  saat  ini.  Didukung  dengan  rambut pendeknya,  dan  jam  tangan
sport  yang  pada  umumnya  dimiliki  oleh  lelaki membuatnya seperti seorang lelaki paruh baya bergaya
trendy.
Kasus 4 Bobby
Perempuan  yang  akrab  disapa  Bobby  ini  merupakan  informan  terakhir peneliti dengan kriteria penampilan fisik yang maskulin. Bobby dipilih karena dia
berusia  lebih  muda  daripada  informan  lainnya.  Pemilihan  ini  bertujuan  untuk memastikan  apakah  semua  data  yang  diperoleh  dari  hasil  observasi  dan
wawancara  pada  informan  sebelumnya  yang  juga  berpenampilan  fisik  maskulin, telah jenuh atau tidak.
Bobby merupakan salah seorang lesbian yang sudah cukup terbuka, sebab dia juga lebih memilih dipanggil abang. Saat diwawancarai, Bobby menyuguhkan
berbagai makanan ringan agar suasana lebih santai. Ternyata, dia cukup welcome
dengan  peneliti.  Ketika  wawancara  berlangsung,  Bobby  kerap  menggunakan gerakan  tangan  untuk  mempertegas  pernyataannya.  Kemudian,  saat  merokok,
Bobby  juga  seperti  lelaki  pada  umumnya  yang  sedang  merokok.  Selain  itu, sesekali Bobby melipat kedua tangannya saat mendengar pertanyaan dari peneliti.
Kemudian,  meskipun  jarang,  Bobby  juga  melakukan  gerakan  kepala  seperti menggelengkan  kepalanya  saat  ditanyai  mengenai  penggunaan  sentuhan  khusus
sebagai  tanda  bahwa  dia  adalah  seorang  lesbian.  Tak  hanya  itu,  sambil menidakkan  pertanyaan  tersebut,  Bobby  turut  melakukan  gerakan  wajah  seperti
menyunggingkan bibirnya ke arah kanan. Pada  saat  wawancara,  Bobby  fokus  menatap  mata  peneliti.  Hal  ini  juga
terkait  dengan  jarak.  Dia  memilih  bangku  di  hadapan  peneliti  dan  menggeser bangkunya  agar  lebih  dekat  dengan  peneliti.  Akan  tetapi,  Bobby  tidak  ada
melakukan  sentuhan  tangan  dengan  peneliti  selain  saat  berjabat  tangan.  Setelah itu,  Bobby  juga  tepat  waktu  ketika  berjumpa  dengan  peneliti.  Sedangkan
parabahasa, Bobby menggunakan penekanan intonasi saat menegaskan suatu hal.
Universitas Sumatera Utara
Bobby  yang  bekerja  di  ranah  yang  seharusnya  digeluti  oleh  lelaki  pada umumnya,  memiliki  penampilan  maskulin. Dia  memilih  menggunakan  kemeja
dan celana berbahan jeans disertai dengan sepatu sport yang dimiliki lelaki pada
umumnya. Pada saat  wawancara,  Bobby menjawab tidak menyukai rambut  yang “gondrong”.  Istilah  tersebut  biasanya  digunakan  oleh  para  lelaki  terkait  dengan
potongan rambut. Jika perempuan, biasanya menggunakan istilah “panjang”, tidak “gondrong”. Selanjutnya, perempuan berkulit putih ini memiliki suara yang lebih
feminim daripada informan sebelumnya. Setelah  wawancara  berakhir,  Bobby  dan  peneliti  bercerita  banyak  hal,
ternyata dia telah memiliki pasangan yang bergaya feminim dan sudah dikenalkan dikeluarganya. Meskipun tidak menyebutkan pada keluarganya bahwa perempuan
tersebut adalah
pasangannya, akan
tetapi keluarganya
tidak pernah
mempermasalahkannya.  Keluarganya  sudah  tidak  mengekangnya  lagi  terkait dengan penampilannya yang seperti lelaki pada umumnya.
Dari  penampilan  yang  digunakan  Bobby,  peneliti  menyimpulkan  bahwa dia merupakan seorang lesbian yang memiliki peran sebagai
butchy. Akan tetapi, ketika  bercerita  lebih  lanjut,  ternyata  dia  mengungkapkan  bahwa  dirinya  adalah
seorang transman.  Dia  berkeinginan  untuk  mengganti  jenis  kelaminnya  menjadi
lelaki.  Dia  ingin  mengganti  identitas  dirinya  dari  perempuan  menjadi  laki-laki, belum terpikir sampai mengganti alat kelaminnya.
Kasus 5 Mawar
Perempuan  yang  berusia  28  tahun  ini  ditemui  peneliti  di  tempat  publik kawasan  Adam  Malik.  Ketika  ditemui,  Mawar  bersama  teman-temannya
menyambut hangat peneliti. Meskipun pada awalnya peneliti mengalami kesulitan dalam  membangun  koneksi.  Tak  hanya  peneliti,  Amee  sebagai  penjembatan
peneliti  dengan  para  informan  juga  kesulitan  dalam  membujuk  Mawar  untuk diwawancarai.  Dia  mengaku  khawatir  karena  kasus  yang  terjadi  belakangan  ini.
Dimana  seorang  reporter  acara  televisi  swasta  nasional  yang  menyamar  sebagai lesbian  dan  kemudian  memberitakan  tentang  lesbian,  namun  dengan  sudut
pandang  yang  negatif.  Setelah  dijelaskan  tentang  judul  penelitian,  Mawar kemudian  menyetujuinya.  Dia  merupakan  salah  satu  lesbian  yang  masih  tertutup
Universitas Sumatera Utara
dengan  identitasnya.  Meskipun  dia  tidak  berada  dalam  kota  kelahirannya,  dia tetap  berhati-hati  dalam  mengambil  segala  tindakan  terkait  dengan  identitasnya.
Maka  dari  itu,  saat  diwawancarai,  dia  tidak  berkenan  direkam  percakapannya dengan peneliti. Dia lebih nyaman jika peneliti hanya mencatat di buku saja.
Saat  diwawancarai,  Mawar  kerap  menggunakan  gerakan  wajah  seperti mengernyitkan  dahi.  Hal  ini  dilakukannya  ketika  mendengarkan  pertanyaan  dari
peneliti.  Selain  itu,  matanya  menatap  lurus  ke  arah  peneliti.  Kemudian,  Mawar juga sering mengecilkan matanya saat mendengarkan pertanyaan peneliti. Padahal
Mawar  mengerti  maksud  dari  pertanyaan-pertanyaan  yang  diajukan  peneliti karena setelah peneliti menyelesaikan pertanyaannya, dia langsung menjawabnya.
Selanjutnya,  Mawar  juga  menggerakkan  tangannya  sambil  menjelaskan sesuatu  sebagai  penegasan  nonverbal.  Akan  tetapi,  ketika  menidakkan
penggunaan  gerakan,  atribut,  maupun  sentuhan  khusus  sebagai  tanda  bahwa  dia adalah  seorang  lesbian,  Mawar  tidak  menggunakan  gerakan  kepala  seperti
gelengan. Namun, dia memberikan penekanan intonasi saja. Meskipun Mawar memanggil peneliti dengan sebutan akrab “dek”, Mawar
tidak menggunakan sentuhan kepada peneliti.  Walaupun demikian, jarak tempat duduk  saat  diwawancarai  dengan  peneliti  cukup  dekat.  Karena  meja  yang
memisahkan peneliti dengan Mawar cukup kecil. Mengenai waktu, Mawar cukup tepat  waktu  saat  berjanji  dengan  peneliti.  Dia  sudah  berada  ditempat  yang
disepakati  setengah  jam  setelah  waktu  yang  ditentukan.  Namun,  dengan  alasan teknis,  peneliti  terlambat  menuju  ke  tempat  yang  telah  disepakati  bersama.  Dia
menghubungi Amee ketika sampai di tempat tersebut. Sebagai  seorang  lesbian,  Mawar  memiliki  penampilan  feminim  layaknya
perempuan  pada  umumnya.  Sehingga  ketika  melihatnya,  orang  lain  tidak  dapat mengetahui  orientasi  seksualnya.  Rambut  yang  terurai  panjang  itu  juga  sering
dirawatnya ke salon. Mawar juga menggunakan gaun, heels dan aksesoris seperti
halnya  perempuan  pada  umumnya.  Akan  tetapi,  meskipun  demikian,  dia  tidak berpenampilan  terlalu  feminim  setiap  harinya.  Dia  lebih  memilih  pakaian  yang
casual, dengan alasan lebih nyaman. Dari hasil observasi dan wawancara, Mawar dapat dikatakan sebagai seorang
femme.
Universitas Sumatera Utara
Kasus 6 Inisial C
Inisial  C  merupakan  informan  termuda  dari  kedelapan  informan.  Sebagai sosok  yang  paling  muda,  dia  terkesan  lebih  ekspresif  dibandingkan  informan
lainnya.  Menurut  pengataman  peneliti,  dia  adalah  seorang  lesbian  yang  bergaya fenimim.  Dengan  rambut  panjang  dan  wajah  yang  didandani,  dia  seperti
perempuan pada umumnya. Awalnya,  inisial  C  masih  enggan  untuk  diwawancarai.  Mengingat  kesan
pertama  saat  bersalaman  dengan  peneliti  yang  kurang  bagus,  peneliti  meminta bantuan  Mawar  untuk  membujuknya.  Akhirnya,  inisial  C  dapat  diwawancarai
setelah  membaca  daftar  pertanyaan  yang  akan  diajukan.  Seperti  halnya  Mawar, inisial  C  juga  tidak  bersedia  direkam  saat  proses  wawancara  berlangsung.
Sehingga,  menurut  pengamatan  peneliti  bahwa  inisial  C  adalah  seorang  lesbian yang belum “coming out”.
Ketika  wawancara  berlangsung,  inisial  C  acapkali  menggerakkan  tangan kanannya untuk menegaskan apa yang diucapkannya. Kemudian,  ketika  sedang
makan bersama pasangannya, inisial C menggerakkan jari-jarinya dengan gerakan yang lebih feminim. Setelah itu, inisial C memiringkan kepalanya ke kiri dan ke
kanan  ketika  sedang  memikirkan  jawaban  saat  ditanyai  tentang  bagaimana gerakan  tubuhnya  ketika  memiliki  ketertarikan  dengan  perempuan  lain.  Selain
memiringkan kepalanya, inisial C juga mengernyitkan dahinya. Selama  proses  wawancara  berlangsung,  tatapan  mata  inisial  C  fokus
memandang mata peneliti dan sesekali melihat ke arah lain saat  berfikir  ataupun menjawab  pertanyaannya.  Kemudian,  inisial  C  juga  mengambil  tempat  duduk
didekat peneliti saat peneliti dan para lesbian diharuskan pindah meja mengingat kursi yang tidak cukup pada meja sebelumnya. Saat pindah tempat duduk, peneliti
mengamati  cara  berjalan  inisial  C,  ternyata  inisial  C  berjalan  dengan  gaya feminim.  Sedangkan  ketika  duduk,  inisial  C  menyilangkan  kaki  kirinya  ke  atas
kaki kanannya. Ketika peneliti menanyakan tentang penggunaan sentuhan khusus sebagai
tanda bahwa dia adalah seorang lesbian, inisial C menjawab tidak ada. Namun, dia mencontohkan bagaimana sentuhan saat bersama pasangannya dengan menyentuh
lengan peneliti secara perlahan dan lembut. Mengenai parabahasa, inisial C kerap
Universitas Sumatera Utara
memanjangkan  ujung  kalimat  saat  berbicara  dan  memberikan  tekanan  intonasi pada kata-kata tertentu.
Menurut  pengamatan  peneliti,  inisial  C  memiliki  gaya  feminim,  karena ketika  dijumpai,  inisial  C  selalu  menggunakan  pakaian  modis  dengan
flat  shoes yang  dipadukan  dengan  warna  tas  serta  ikat  rambutnya.  Terlebih,  inisial  C
mengakui  bahwa  dirinya  suka  berdandan.  Hal  ini  menjadi  bukti  bahwa  inisial  C adalah  seorang
femme.  Akan  tetapi,  melalui  pernyataannya  saat  ditanyai  tentang penampilannya  sehari-hari,  inisial  C  mengatakan  bahwa  dahulu  dirinya  juga
seorang yang berpenampilan tomboi, dan menegaskan bahwa seorang andro tidak
memiliki  gaya  penampilan  yang  tidak  selalu  feminim.  Sehingga,  inisial  C  dapat dikatakan sebagai seorang
andro.
Kasus 7 Inisial L
Inisial  L  merupakan  seorang  mahasiswi  yang  tinggal  jauh  dari keluarganya.  Meskipun  tinggal  seatap  dengan  temannya  yang  merupakan
perempuan  heteroseksual,  inisial  L  menyatakan  bahwa  dirinya  tidak  tertarik dengan  temannya.  Sebab,  mereka  mengaku  tidak  pernah  menyukai  perempuan
heteroseksual.  Sehingga  dalam  mencari  pasangan,  mereka  ikut  dalam  pertemuan atau acara komunitas lesbian maupun LGBT.
Hal  ini  juga  pernah  diutarakan  sendiri  oleh  Amee,  Mawar,  dan  inisial  C saat  berdiskusi  dengan  peneliti  seusai  wawancara.  Terkait  dengan  orientasi
seksualnya, inisial L memang belum berani membuka diri, bahkan dengan teman sekamarnya  saja  dia  belum  berani  berkata  jujur.  Dia  mengaku  tidak  mampu
menanggung  konsekuensi  jika  temannya  menjauh  darinya.  Oleh  karena  itu,  dia menggunakan inisial dan tidak mau suaranya direkam saat diwawancarai peneliti.
Ketika  diwawancarai,  inisial  L  beberapa  kali  menggerakkan  tangannya sebagai  bentuk  nonverbal  yang  mempertegas  verbalnya.  Sesekali  dia  merapikan
rambutnya  dengan  tangannya.  Kemudian,  ketika  bercerita  seputar  universitas, inisial  L  memangku  dagunya  dengan  tangan  kanannya.  Inisial  L  juga
menggerakkan kepalanya beberapa kali saat menjawab pertanyaan peneliti dengan menganggukkan maupun menggelengkan kepala.
Universitas Sumatera Utara
Tatapan mata inisial L fokus memandang mata peneliti. Akan tetapi, ketika sedang  memikirkan  jawaban  saat  ditanyai  peneliti  tentang  statusnya  yang  sudah
berpasangan  apa  belum,  inisial  L  memutarkan  bola  matanya  dan  mengernyitkan dahinya yang disertai dengan yang disertai dengan sunggingan senyumnya.
Meskipun terbilang akrab, inisial L memilih kursi yang berjarak satu kursi dengan peneliti saat wawancara berlangsung. Tak hanya itu, dia tidak melakukan
sentuhan apapun dengan peneliti. Akan tetapi, melalui pengamatan peneliti, inisial L  kerap  menyentuh  tangan  lawan  bicaranya  saat  membincangkan  sesuatau
maupun  saat  sedang  bercanda.  Sentuhan  ini  dilakukan  peneliti  dengan  teman- teman  sesama  lesbiannya  yang  beberapa  merupakan  informan  peneliti.  Sebab,
mereka  berasal  dari  komunitas  yang  sama,  oleh  karena  itu  Amee  membuat  janji kepada mereka melalui Mawar sekalian diskusi bersama.
Saat berbicara dengan peneliti, suara lembut inisial L pernah memberikan tekanan  intonasi  pada  kata-kata  tertentu.  Tak  jarang  jawaban  tersebut  disertai
dengan senyuman. Gaya  berjalan  inisial  L  juga  terlihat  lebih  feminim,  sesuai  dengan  cara
berpakaiannya.  Akan  tetapi,  inisial  L  hanya  menggunakan make  up  seadanya
seperti  bedak  dan eye  liner  saja,  berbeda  dengan  inisial  C.  Namun,  inisial  L
menggunakan anting-anting, tidak seperti inisial C. Melalui penampilan tersebut, inisial L dapat dikatakan sebagai seorang
femme.
Kasus 8 Inisial D
Inisial  D  merupakan  seorang  lesbian  yang  memiliki  menampilkan  gaya feminim. Saat dijumpai, inisial D menggunakan sepatu
flat shoes dengan rambut sebahu  yang  dibiarkan  terurai.  Wajahnya  yang  bersih  dari
make  up  dengan pakaian terusan dibawah lutut menandakan bahwa dia merupakan seorang
femme. Akan  tetapi,  ketika  ditanyai  tentang  penampilan  sehari-hari,  ternyata  terdapat
pernyataan  bahwa  penampilannya  yang  suka  berubah-ubah  dan  tidak  selalu feminim. Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa inisial D adalah seorang
andro. Saat berkenalan dengan peneliti, ekspresi wajah yang ditampilkan inisial D
kurang  bersahabat,  sehingga  dia  memilih  bangku  yang  berjarak  dua  bangku kosong  antara  inisal  D  dan  peneliti.  Akan  tetapi,  ketika  inisial  D  dan  peneliti
Universitas Sumatera Utara
memulai  perbincangan  ringan  mengenai  perkuliahan,  barulah  inisial  D menyambut  ramah.  Sesekali  dia  menganggukkan  kepalanya  saat  menyetujui
pernyataan  peneliti  atau  saat  menjawab  pertanyaan  peneliti.  Matanya  juga dibelalakkan  dengan  gerakan  tangan  yang  melagakan  kedua  jari  tengah  dan  ibu
jarinya sehingga menghasilkan bunyi. Mengenai parabahasa, inisial D juga memberikan penekanan intonasi saat
mengatakan kata-kata tertentu. Seperti saat menjawab pertanyaan pertama peneliti tentang penggunaan gerakan tubuh yang khusus sebagai tanda bahwa dia seorang
lesbian. Inisial D menekankan intonasinya pada kata “oh” yang diucapkan sedikit lebih panjang dari kata selanjutnya.
Lebih  lanjut,  meskipun  suasana  antara  peneliti  dan  inisial  D  sudah mencair,  inisial  D  juga  memilih  kursi  yang  letaknya  tidak  di  sebelah  peneliti,
sehingga  terdapat  satu  kursi  kosong  antara  peneliti  dan  inisial  D.  Tak  hanya  itu, inisial  D  juga  tidak  melakukan  sentuhan  kepada  peneliti.  Terlebih,  gerakan
tubuhnya yang terkadang menjauh dari peneliti.
4.3       Penyajian Data Penelitian