Komunikasi Nonverbal Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara Gangguan fisik dapat digambarkan melalui contoh ketika Anda berbicara dengan teman Anda, namun suara orang lain mengganggu pendengaran teman Anda dan bisa saja pesannya tidak sampai. Sedangkan gangguan psikologis datang dari si komunikator atau komunikan. Misal, prasangka yang telah terbentuk sejak awal. Setelah itu, gangguan semantik di mana komunikator dengan komunikan tidak memiliki kesamaan arti dalam memaknai pesan.

2.2.2 Komunikasi Nonverbal

Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditemukan pada zaman Aristoteles sekitar 400 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Namun, studi ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, baru dilakukan pada zaman Yunani dan Romawi Kuno. Karya Cicero, Pronuntiatio atau cara berpidato, mungkin yang pertama kali memperlakukan komunikasi nonverbal secara sistematis. Bagaimanapun juga, karyanya telah dibatasi untuk menggunakan suara dan gerakan-gerakan ragawi dalam konteks public speaking. Dari hasil karya Cicero ini, kemudian orang lain mengkaji pengaruh bahasa nonverbal terhadap komunikasi dalam hampir keseluruhan situasi public speaking Sendjaja, 2002: 6.22 Dalam tahun 1775, Joshua Steele memusatkan kajiannya mengenai komunikasi nonverbal pada suara sebagai satu instrumen atau pada suatu konsep yang disebut prosody. Konsep dari Steele ini menjelaskan bahwa bahasa dalam drama atau puisi dapat “dibaca” hampir setiap notasi musik. Kemudian, pada tahun 1806, dijelaskan Sendjaja dalam Modul Teori Komunikasi 2010 bahwa Gilbert Austin mengkonsentrasikan kajiannya pada gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa. Pendekatan ini menghasilkan sebuah sistem yang disebut dengan elocutionary system di mana isyarat- isyarat yang “pantas” dipelajari dan digunakan dalam pertunjukan drama. Elocutionary system adalah seni deklamasi atau keahlian membacamengucapkan kalimat dengan logat dan lagu yang baik di muka umum. Setelah itu, kajian yang lebih kompleks tentang komunikasi nonverbal dikembangkan oleh Francois Delsarte. Delsarte menggabungkan suara dan gerakan-gerakan badan sekaligus. Dalam kajiannya Universitas Sumatera Utara tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan bahwa pesan-pesan atau komunikasi secara nonverbal merupakan “agents of heart”. Dari penjelasan Joshua Steele, Gilbert Austin, maupun Francois Delsarte terkait dengan kajiannya masing-masing, dapat dijabarkan bahwa perkembangan komunikasi nonverbal mengalami kemajuan. Di mana prosody menyampaikan pesan-pesan nonverbal melalui suara dan Elocutionary system menyampaikan pesan-pesan nonverbal melalui gerakan tubuh. Dalam hal ini, Elocutionary system hampir sama dengan impression management. Sedangkan Delsarte menggabungkan keduanya antara suara dan gerakan tubuh. Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan nonverbal secara bersama- sama. Keduanya, bahasa verbal dan nonverbal, memiliki sifat holistik, bahwa masing-masing tidak dapat saling dipisahkan. Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa nonverbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Namun, lambang-lambang nonverbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan bahkan pengganti ungkapan-ungkapan verbal. Ketika kita menyatakan terima kasih bahasa verbal, kita melengkapinya dengan tersenyum bahasa nonverbal; kita setuju terhadap pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan kepala bahasa nonverbal. Dua peristiwa komunikasi tersebut merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan nonverbal bekerja secara bersama- sama dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi. Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi yang dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistik. Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa yang kita katakan Budayatna Ganiem, 2011: 110. Lebih lanjut, banyak ahli yang mendefinisikan komunikasi nonverbal dari berbagai sudut pandang, sebagai berikut : 1. Frank EX Dance dan Carl E. Larson: Komunikasi nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada isi simbolik untuk memaknainya a stimulus not dependent on symbolic content meaning. Universitas Sumatera Utara 2. Edward Sapir: Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua an elaborate code that is written nowhere, known to none, and understood by all. 3. Malandro dan Barker memberikan batasan-batasannya sebagai berikut: a. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata. b. Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara. c. Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi makna oleh orang lain. d. Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah, sentuhan, waktu, gerak isyarat, bau, perilaku mata dan lain-lain Sendjaja, 2002: 6.23 Komunikasi nonverbal merupakan kata yang sedang popular saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, penggunaan jarak ruang, kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheninga n. Kita ingin belajar bagaimana “membaca seseorang seperti sebuah buku”, Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. Periset nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama DeVito, 2011: 177, yaitu : 1. Untuk Menekankan . Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misal, Anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau Anda dapat memukulkan tangan Anda ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. 2. Untuk Melengkapi Complement. Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Jadi, Anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidak-jujuran seseorang. 3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi . Kita juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal. Universitas Sumatera Utara Sebagai contoh, Anda dapat menyilangkan jari Anda atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang Anda katakan adalah tidak benar. 4. Untuk Mengatur . Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan Anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa Anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh-contoh dari fungsi mengatur ini. Anda mungkin juga mengangkat tangan Anda atau menyuarakan jenak pause Anda misal , dengan menggumamkan “umm” untuk memperlihatkan bahwa Anda belum selesai berbicara. 5. Untuk Mengulangi . Kita juga dapat mengulangi atau merumuskan- ulang makna dari pesan verbal. Misal, Anda dapat menyertai pernyataan verbal “Apa benar?” dengan mengangkat alis mata Anda, atau Anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi.” 6. Untuk Menggantikan . Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal. Anda dapat, misal , mengatakan “oke” dengan tangan Anda tanpa berkata apa-apa. Anda dapat menganggukkan kepala untuk mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak”. Selain memiliki fungsinya, komunikasi nonverbal juga memiliki hambatan. Adapun hambatan yaitu : 1. Hambatan Konsepsi Atau Pemahaman Dalam berkomunikasi bisa menjadi kesalahpahaman antara orang- orang yang berkomunikasi. Kesalahpahaman ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu : a. Komunikasi nonverbal bersifat insting dan tidak dipelajari. b. Adanya keyakinan bahwa fenomena nonverbal seperti ekspresi wajah dan postur tubuh merefleksikan ciri biologis dan kematangan yang bersifat herediter dari komunikator. Universitas Sumatera Utara c. Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam berkomunikasi membuatnya sulit untuk dipelajari secara praktis dan sistematis dalam hubungannya dengan perilaku manusia. 2. Hambatan Sejarah Pada awalnya cara pergerakan dalam pengucapan bahasa dianggap perlu dilakukan untuk menarik perhatian audience, bukan sebagai pelengkap dan penguat pesan yang ingin disampaikan. 3. Hambatan metodologi Diperlukan peralatan yang mahal untuk mempelajari komunikasi nonverbal. http:file.upi.eduDirektoriFIPJUR._PSIKOLOGI19660516200012 2-HERLINAIP-TM5_KOMUNIKASI_NONVERBAL.pdf. Secara umum, DeVito dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia 2011 membagi jenis komunikasi nonverbal menjadi tiga, yaitu : 1. komunikasi tubuh. 2. ruang, kewilayahan, dan komunikasi sentuhan. 3. parabahasa dan waktu. Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Kita mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita seringkali dan secara akurat melalui gerakan-gerakan tubuh, gerakan wajah, dan gerakan mata DeVito, 2011: 187. Gerakan tubuh tebagi terbagi atas lima, yaitu emblim, ilustrator, affect display, regulator, dan adaptor. a. Emblim Emblim adalah perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, misal, isyarat untuk “oke”, “jangan ribut”, “kemarilah”, dan “saya ingin menumpang” DeVito, 2011: 187. Akan tetapi, Emblim meninggalkan ambiguitas karena mereka mempunyai kebebasan makna, sehingga setiap orang dapat memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap isyarat yang sama. Sebab, faktor suku bangsa juga mempengaruhi pemaknaan. Jika isyarat menggelengkan kepala bermakna tidak di Universitas Sumatera Utara Indonesia, maka lain halnya di India. Mereka menggunakan isyarat menggelengkan kepala untuk menyetujui atau membenarkan suatu hal. b. Ilustrator Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan “ayo bangun” misal, Anda mungkin menggerakkan kepala dan tangan Anda ke arah menaik DeVito, 2011: 188. Ilustrator merupakan komunikasi nonverbal yang lebih universal daripada emblim. Selain itu, Ilustrator memiliki fungsi untuk menyertai pesan verbal. Sedangkan emblim memiliki fungsi sebagai pengganti pesan nonverbal. c. Affect display Affect display adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan.ekspresi wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha untuk menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata, “Anda kelihatan kesal hari ini, mengapa?”. Tetapi, kita dapat secara sadar mengendalikan affect display, seperti aktor yang memainkan peran tertentu DeVito, 2011: 189. Berbeda dengan ilustrator, affect display kurang bergantung pada pesan verbal. Kita bisa saja mengkomunikasikan pesan nonverbal yang berkontradiksi dengan pesan verbal. Misalnya, saat orang menanyakan apakah Anda marah, Anda menjawab “tidak” namun, dengan nada tinggi dan ekspresi wajah merah, serta mata terbelalak. d. Regulator Lebih lanjut, gerakan tubuh berikutnya adalah regulator. DeVito dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia 2011 mendefinisikan regulator sebagai perilaku nonverbal yang “mengatur”, memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Regulator merupakan perilaku nonverbal yang dilakukan komunikan saat berkomunikasi dengan komunikator. Isyarat yang digunakan komunikan dalam merespon pesan komunikator dapat mengendalikan Universitas Sumatera Utara pembicaraan. Misal, komunikan mengernyitkan dahi di tengah pembicaraan. Melalui isyarat tersebut, komunikator dapat mengerti bahwa komunikan kurang memahami pesannya sehingga komunikator mengulangi pesannya atau bahkan memberikan penjelasan secara detail. e. Adaptor Gerakan tubuh yang terakhir adalah adaptor yang merupakan perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka umum tetapi tidak terlihat. Misal, saat sendiri, Anda menggaruk kepala ketika kepala Anda gatal sampai rasa gatalnya hilang. Namun, bila di depan umum, Anda mungkin melakukan perilaku nonverbal ini hanya sebagian. Mungkin saja Anda hanya menggunakan jari telunjuk dan menggaruk dengan pelan. Setelah gerakan tubuh, jenis komunikasi tubuh berikutnya adalah gerakan wajah. Sendjaja dalam Modul Teori Komunikasi menjelaskan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu berubah tanpa melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman dan Wallace Friesen telah mengidentifikasikan enam emosi dasar bahwa ekspresi wajah mencerminkan keheranan, ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, kesedihan, dan kebencian atau kejijikan. Sedangkan menurut DeVito 2011, gerakan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya “kelompok emosi” berikut : kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan memuakkan atau penghinaan. Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa dan apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa lama. Mata kita merupakan saluran komunikasi nonverbal yang tak kalah penting. Tidak hanya selama berinteraksi, tetapi juga sebelum dan sesudah interaksi berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan tersenyum, orang-orang yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik dengan persoalan yang sedang diperbincangkan. Gerakan mata mengkomunikasikan pesan-pesan yang bergantung pada durasi, arah, dan kualitas dari perilaku mata. Misal , saat Anda berkata “saya s angat kagum dengan Anda” namun, mata Anda tidak memandang ke arahnya, Universitas Sumatera Utara melainkan ke arah yang lain. Menurut DeVito 2011: 191 terdapat enam fungsi utama komunikasi mata, yaitu sebagai berikut : 1. Mencari Umpan Balik. Kita seringkali menggunakan mata kita untuk mencari umpan balik dari orang lain. Dalam berbicara dengan seseorang, kita memandangnya dengan sungguh-sungguh, seakan-akan mengatakan, “Nah, bagaimana pendapat Anda?’. Seperti mungkin yang Anda duga, pendengar memandang pembicara lebih banyak ketimbang pembicara memandang pendengar. Riset mengungkapkan bahwa presentasi waktu interaksi yang digunakan untuk memandang sambil mendengarkan adalah antara 62 dan 75 persen. Sedangkan presentase waktu yang digunakan untuk memandang sambil berbicara adalah antara 38 persen dan 41 persen. 2. Menginformasikan Pihak Lain untuk Berbicara. Fungsi kedua adalah menginformasikan pihak lain bahwa saluran komunikasi telah terbuka dan bahwa ia sekarang dapat berbicara. kita melihat ini dengan jelas di ruang kuliah, ketika dosen mengajukan pertanyaan dan kemudian menatap salah seorang mahasiswa. Tanpa mengatakan apa-apa, dosen ini jelas mengharapkan mahasiswa tersebut untuk menjawab pertanyaannya. 3. Mengisyaratkan Sifat Hubungan. Fungsi ketiga adalah mengisyaratkan sifat hubungan antara dua orang. Misal, hubungan positif yang ditandai dengan pandangan terfokus yang penuh perhatian. Hubungan negatif yang ditandai dengan penghindaran kontak mata. Kita juga dapat mengisyaratkan tata hubungan status dengan mata kita. Ini khususnya menarik karena gerakan mata yang sama mungkin mengisyaratkan subordinasi atau superioritas. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin menatap bawahannya atau tidak mau melihatnya langsung saat berkomunikasi. Demikian pula, bawahan mungkin menatap langsung atasannya atau barangkali hanya menatap lantai. 4. Mengkompensasi Bertambahnya Jarak Fisik. Akhirnya gerakan mata dapat mengkompensasi bertambah jauhnya jarak fisik. Dengan melakukan kontak mata, kita secara psikologis mengatasi jarak fisik Universitas Sumatera Utara yang memisahkan kita. Bila kita menangkap pandangan mata seseorang dalam sebuah pesta sebagai contoh, secara psikologis kita menjadi dekat meskipun secara fisik jarak di antara kita jauh. 5. Fungsi Penghindaran Kontak Mata. Penghindaran kontak mata dapat mengisyaratkan ketiadaan minat terhadap seseorang, pembicaraan, atau rangsangan visual tertentu. Ada kalanya, seperti burung unta, kita menyembunyikan mata kita untuk menghindari rangsangan yang tidak menyenangkan. 6. Pembesaran Pupil Mata. Selain terhadap gerakan mata, banyak pula riset yang telah dilakukan menyangkut pembesaran pupil mata pupil dilation, atau pupilometri, sebagian besar sebagi akibat dorongan dari ahli psikologi Ekhard Hess 1975. Pada abad kelimabelas dan keenambelas di Italia, kaum perempuan bisa meneteskan belladonna secara harfiah berarti “perempuan cantik” ke mata mereka untuk membesarkan pupil mata sehingga mereka kelihatan lebih cantik. Pupil mata juga menunjukkan minat dan tingkat kebangkitan emosi kita. Pupil mata kita membesar bila kita tertarik pada sesuatu atau bila secara emosional kita terangsang. Barangkali kita menganggap pupil mata yang membesar sebagai hal yang menarik karena kita menganggap pupil mata yang membesar dari seseorang menunjukkan bahwa yang bersangkutan tertarik pada kita. Menurut Sendjaja dalam Modul Teori Komunikasi, bentuk lain dari kinesics yang dimaksud DeVito adalah komunikasi tubuh adalah gerakan tangan, kaki, dan kepala. Orang-orang yang terlibat dalam tindak komunikasi sering menggerakkan kepala dan tangannya selama berinteraksi. Beberapa dari gerakan kepala dan tangan tersebut dilakukan secara sadar dan beberapa lainnya dilaksanakan secara tidak sengaja. Gerakan-gerakan yang dilakukan saat melakukan tindak komunikasi pastilah memiliki makna. Gerakan tangan cenderung digunakan paling banyak oleh orang yang sedang berbicara. Misal, ketika mahasiswa membawakan materi saat presentasi di depan kelas atau ketika pembicara memaparkan materi saat mengisi acara seminar. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan pembicara, pendengar cenderung menggunakan gerakan kepala. Gerakan kepala yang paling umum digunakan oleh orang-orang yang sedang mendengar adalah anggukkan dan gelengan kepala. Gerakan kepala yang lain adalah dengan mengernyitkan atau mengerutkan dahi. Gerakan ini bermakna bahwa orang yang sedang mendengarkan memberikan umpan balik feedback kepada pembicara Sendjaja, 2002: 6.19 Gerakan tangan menyajikan banyak fungsi pesan bagi pembicara selama interaksi berlangsung, yaitu menegaskan atau menjelaskan apa yang dikatakan, memberi penekanan pada pembicaraan dan mengilustrasikan apa yang sedang dikatakan. Tujuan dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas pesan. Misal, berjabat tangan dengan cepat untuk mengekspresikan kegembiraan. Selain komunikasi tubuh, komunikasi nonverbal selanjutnya adalah ruang, kewilayahan, dan komunikasi sentuhan. Dalam konteks ini, ruang yang dimaksud adalah jarak yang memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Komunikasi ruang sering disebut dengan proxemics. DeVito 2011 menjelaskan bahwa pemusatan perhatian dalam pembahasan terkait komunikasi ruang adalah jarak ruang spasial. Terdapat empat jarak spasial yaitu : 1. Jarak Intim. Dalam jarak intim, mulai dari fase dekat bersentuhan sampe ke fase jauh sekitar 15 sampai 45 cm, kehadiran seseorang sangat jelas. Masing-masing pihak dapat mendengar, mencium, dan merasakan napas yang lain. 2. Jarak pribadi. Kita semua memiliki daerah yang kita sebut dengan jarak pribadi. daerah ini melindungi kita dari sentuhan orang lain. Dalam fase dekat jarak pribadi ini antara 45 sampai 75 cm, kita masih dapat saling menyentuh atau memegang tetapi hanya dengan mengulurkan tangan kita. 3. Jarak Sosial. Dalam jarak sosial kita kehilangan detil visual yang kita peroleh dalam jarak pribadi. Fase dekat dari 12 sampai 210cm adalah jarak jarak yang kita gunakan bila melakukan pertemuan bisnis dan interaksi-interaksi dalam pertemuan sosial. Universitas Sumatera Utara 4. Jarak Publik. Pada fase dekat dari jarak publik 360 sampai 450 cm orang terlindung oleh jarak. Pada jarak ini seseorang dapat mengambil tindakan defensive bila terancam. Dalam Modul Teori Komunikasi, Antropolog Edward T. Hall mendefiniskan empat jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, Ia menjelaskan bahwa kita memilih satu jarak khusus bergantung pada bagaimana kita merasakan terhadap orang lain pada suatu situasi tertentu, konteks percakapan dan tujuan-tujuan pribadi kita. Namun, empat jarak ini hanya menggambarkan perilaku orang-orang Amerika Utara dan sangat mungkin berbeda dengan orang- orang yang berasal dari budaya lain. Lebih lanjut, jenis komunikasi nonverbal berikutnya adalah kewilayahan. Kewilayahan disini memiliki hubungan dengan kekuasaan. Ketika suatu wilayah dikuasai oleh seekor harimau jantan, maka harimau jantan itu akan memperbolehkan calon pasangannya untuk memasuki wilayahnya. Dalam konteks kehidupan manusia, kekuasaan bisa berupa jabatan. Misal, dalam sebuah perusahaan, seorang direktur utama memiliki kekuasaan untuk memasuki tiap ruangan di perusahaan tersebut. Tak hanya berhubungan dengan kekuasaan, kewilayahan juga dapat memberikan pesan nonverbal yang dapat merepresentasikan pemilik wilayahnya. Misal, rumah yang dapat merefleksikan makna tertentu yang berkaitan dengan empunya. Ketika kita memasuki rumahnya, dengan segera kita dapat memperoleh kesan mengenai kepribadian empunya. Demikian pula dengan kesan yang diberikan oleh barang-barang yang dimilikinya. Hal ini terjadi karena orang cenderung memilih benda atau lingkungan tempat tinggal yang dapat merefleksikan citra diri dan kepribadiannya. Komunikasi sentuhan atau disebut juga dengan haptics. Dari segi perkembangan, sentuhan barangkali merupakan sense yang pertama kali kita gunakan. Menurut DeVito 2011: 203 terdapat lima makna utama sentuhan, yaitu: 1. Afeksi Positif. Sentuhan dapat mengkomunikasikan emosi positif. Ini utamanya terjadi antara pasangan intim atau semacamnya yang memiliki hubungan yang relatif dekat. Universitas Sumatera Utara 2. Bercanda. Sentuhan dapat mengkomunikasikan keinginan kita bercanda, dengan perasaan kasih sayang ataupun secara agresif. 3. MengarahkanMengendalikan. Sentuhan mungkin juga mengarahkan perilaku, sikap, atau perasaan orang lain. Pengarahan demikian dapat mengkomunikasikan sejumlah pesan dalam bentuk perintah sebagai contoh, kita menyentuh orang lain untuk mengkomunikasikan “pindahlah”. 4. Ritual. Sentuhan ritualistic terpusat pada salam dan perpisahan. Menjabat tangan untuk mengatakan “halo” atau “sampai jumpa” merupakan contoh jelas dari sentuahan ritualistic. 5. Ketertarikan dengan Tugas. Sentuhan yang berkaitan dengan tugas dilakukan sehubungan dengan pelaksanaan fungsi tertentu. Ini dapat bermacam-macam mulai dari menghilangkan debu dari kerah baju seseorang sampai membantu seseorang keluar dari mobilnya. Haptics atau sentuhan atau kontak tubuh dikatakan oleh Emmert dan Donaghy sebagai cara terbaik untuk mengkomunikasikan sikap pribadi, baik yang positif maupun negatif. Frekuensi dan durasi sentuhan dapat menjadi indikator tentang persahabatan dan rasa suka di antara orang yang melakukannya. Sentuhan dapat pula menjadi indikator yang paling ekstrim dari rasa tidak suka atau kemarahan, seperti menampar, menyepak, memukul, dan sebagainya Sendjaja, 2002: 6.21. Cara-cara atau jenis sentuhan dapat pula menunjukkan posisi seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, khususnya dalam pengertian dominan dan submisif seperti mengelus kepala, mencium tangan, dan sebagainya. Terakhir, parabahasa dan waktu. Parabahasa dan waktu adalah jenis komunikasi nonverbal terakhir. DeVito dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia 2011 mengatakan bahwa parabahasa meliputi tekanan atau tinggi rendahnya pengucapan kata, kecepatan, volume, dan irama. Parabahasa juga mencakup vokalisasi yang kita lakukan ketika menangis, berbisik, mengerang, bersendawa, menguap, dan berteriak. Kemudian, waktu chronemics. Dalam konteks ini, waktu dibagi menjadi dua, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Waktu Kultural. Waktu kultural terbagi atas tiga. Pertama, waktu ilmiah yang menggunakan milidetik dan tahun atomik. Biasanya hanya digunakan di ruang laboratorium. Kedua, waktu formal yang menggunakan hitungan normal biasanya seperti detik, menit, jam, hari, minggu, dsb. Ketiga, waktu informal yang menggunakan kata-kata sepeti selamanya, segera, secepat mungkin, dsb. 2. Waktu Psikologis. Waktu psikologis mengacu pada tingkat kepentingan kita letakkan pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Pada orientasi masa lalu, kita menghargai masa lampau. Sedangkan dalam orientasi masa kini, kita hidup untuk saat ini, bukan untuk esok. Berbeda halnya dengan orientasi masa kini, kita memandang ke depan dan hidup untuk hari esok.

2.2.3 Orientasi Seksual