Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada lesbian yang tergabung dalam Organisasi Cangkang Queer Medan yang berada di daerah Medan selayang.
3.2.1 Sejarah Cangkang Queer Medan
Cangkar Queer didirikan oleh beberapa anak muda Medan, yang sebagian besar mahasiswa pada saat itu. Tepatnya, 10 Februari 2012. Beberapa
pendiri Cangkang Queer ini adalah orang-orang yang pernah mendapatkan pelatihan tentang keberagaman, diperkuat dengan pemahaman tentang
keberagaman dari mata kuliah yang diajarkan di kampus. Pada saat itu, mereka melihat bahwa pembicaraan keberagaman di berbagai pelatihan, diskusi, seminar
bahkan kampus masih sangat normatif. Pembahasannya hanya seputar keberagaman agama, suku, ras dan jenis kelamin. Sedangkan, keberagaman
seksualitas khususnya orientasi seksual, identitas gender, dan ekspresi gender tidak pernah disinggung. Oleh karena itu, para mahasiswa tersebut membuat
kesepakatan untuk mendirikan sebuah organisasi yang fokus pada isu-isu keberagaman seksualitas. Pendekatan kajian organisasi ini adalah orientasi
seksual, identitas gender, dan ekspresi gender dalam istilah gerakan yang akrab disebut SOGIE
Sexual Orientation, Gender Identity and Expression. Pada faktanya, pendiri Cangkang Queer tidak semuanya adalah kelompok LGBT. Dari
6 orang pendiri, 3 orang adalah heteroseksual. Hal ini menunjukan bahwa Cangkang Queer berdiri bukan hanya karena kebutuhan kelompok LGBT saja,
tetapi menjadi kebutuhan kelompok heteroseksual yang gelisah atas diskriminasi yang alami kelompok LGBT. Latar belakang pendiri, yaitu mahasiswa membuat
Cangkang Queer awalnya menjadi organisasi yang fokus pada kajian-kajian ilmiah seputar homoseksual, kajian gender, dan seksualitas secara umum.
Programnya, awalnya mainstreaming isu SOGIE ke kampus-kampus, tenaga
pengajar dan mahasiswa, membuat tulisan, selebaran dan ditempel di kampus- kampus, seminar tentang LGBT di kampus hingga pada tahap mendorong
mahasiswa mengangkat penelitian skripsi tentang LGBT dengan perspektif yang setara.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2013, Cangkang Queer mulai melihat kebutuhan komunitas LGBT di luar kampus, karena belum adanya organisasi LGBT di Medan yang
fokus untuk pembicaraan seputar SOGIE. Awal 2013, Cangkang Queer mulai melakukan kegiatan bersama komunitas tetapi tetap melakukan kegiatan di
wilayah kampus. Singkatnya, 2013 Cangkang Queer fokus pada komunitas dan kampus. Diskusi seputar penerimaan diri dengan komunitas, pelatihan SOGIE
untuk komunitas, serta gathering bersama komunitas.
Pada tahun 2014 awal, isu hak asasi manusia masuk ke dalam tubuh Cangkang Queer, sehingga pilar perjuangan Cangkang Queer tidak lagi hanya
dengan pendekatan SOGIE, tetapi pendekatan SOGIE dan HAM. Hal ini memperkaya strategi di Cangkang Queer sendiri. Bagaimana perjuangan tentang
orientasi seksual, identitas gender, dan ekspresi gender dipandang dengan perspektif Hak Asasi Manusia, tidak lagi dari pandangan kajian-kajian ilmiah.
3.2.2 Pilar Strategi