Tabel 4.10 Uji Normalitas pretest dan posttest Kelas Eksperimen
N Hasil
Lhitung Ltabel Kesimpulan
28 Pretest
0,142 0,167
Berdistribusi Normal Postest
0,367 Berdistribusi tidak
Normal
Pada tabel diatas menunjukkan hasil pretest 0,142 dan hasil postest 0,367 dengan N Jumlah Responden 28 siswa dengan
taraf signifikansi a = 0,05 maka L
tabel
= 0,167. Hal ini menunjukkan untuk kelas pretest L
hitung
L
tabel
sehingga H diterima dan sampel berdistribusi normal. Sedangkan untuk
kelas posttest L
hitung
L
tabel
sehingga H ditolak dan sampel
berdistribusi tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas menggunakan uji fisher pada taraf signifikansi 5 a = 0,05 . Kriteria nya pun bisa dilihat sebagai
berikut : Jika F
hitung
Ft
abel
, maka H diterima dan kedua sampel homogen
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak dan kedua sampel tidak homogen
a. Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil untuk pengujian homogenitas untuk kelas pretest kontrol dan eksperimen bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
A Fhitung
Ftabel N
Kesimpulan
0,05 1,02
1,90 28
H Diterima
Hasil penelitian uji homogenitas pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,02 dan Ftabel
sebesar 1,90 ini artinya F
hitung
F
tabel
. Dengan taraf signifikansi a = 0,05 5 H
diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa kedua data diatas berdistribusi homogen.
b. Uji Homogenitas Postttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil untuk pengujian homogenitas untuk kelas posttest kontrol dan eksperimen bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil penelitian uji homogenitas posttest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,29 dan
Ftabel sebesar 1,90 ini artinya F
hitung
F
tabel
. Dengan taraf signifikansi a = 0,05 5 H
diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa kedua data diatas berdistribusi homogen.
A Fhitung
Ftabel N
Kesimpulan
0,05 0,77
1,90 28 H
Diterima
3. Uji Hipotesis
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Karena ada kelompok data yang berdistribusi tidak normal, maka dari itu
digunakan uji “t” untuk data yang berdistribusi normal dan uji non parametrik yaitu dengan Uji Mann-Whitney Uji “U” untuk
menguji data yang berdistribusi tidak normal. untuk kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji “t” Dengan taraf
signifikansi a = 0,05 bisa dilihat sebagai berikut : Jika t
hitung
t
tabel
maka H diterima
Jika t
hitung
t
tabel
maka H ditolak
Diketahui data yang berdistribusi normal adalah data kelompok pretest kelas kontrol dan eksperimen. Setelah dilakukan
pengujian hipotesis menggunakan uji “t” maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.13 Uji Hipotesis Pretest Kontrol dan Eksperimen Melalui Uji t
Levenes Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T Df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95
Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Nilai Equal
variances assumed
,059 ,809
,115 54
,909 ,4464
3,8719 -
7,3163 8,2091
Equal variances
not assumed
,115 53,993 ,909
,4464 3,8719
- 7,3163
8,2092
Pada hasil untuk perhitungan uji “t” pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh hasil nilainya Sig 2-tailed
0,909 yang berarti lebih besar dari
a
0,05 yang artinya Sig 2- tailed 0,909
a
0,05 atau sama dengan t
hitung
t
tabel
yang berarti H
diterima. Berarti tidak ada pengaruh terhadap nilai tes. Selanjutnya perhitungan untuk kelompok posttest kelas
kontrol dan eksperimen. Karena kelompok datanya berdistribusi tidak normal, maka dari itu digunakan uji non parametrik yaitu
dengan Uji Mann-Whitney Uji “U” dengan taraf signifikansi a = 0,05 dan kriterianya sebagai berikut:
Tolak H jika statistik U ≤ Ukritis
terima H jika U Ukritis
Diketahui data yang berdistribusi tidak normal adalah kelompok data posttest kontrol dan eksperimen. Setelah dilakukan
uji non-parametrik Uji Mann-Whitney Uji “U” maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Nilai Posttest Kontrol dan Eksperimen Melalui
Uji Mann-Whitney
Test Statistics
a
Nilai Mann-Whitney U
320,000 Wilcoxon W
726,000 Z
-1,209 Asymp. Sig. 2-tailed
,227 a. Grouping Variable: Metode
Hasil perhitungan untuk nilai posttest ternyata didapat sebesar 0,227 yang artinya Sig.2-tailed 0,227
a
0,05 atau sama dengan U Ukritis yang berarti H
diterima. Berarti tidak ada perbedaan setelah menggunakan model pembelajaran discovery
learning dengan pembelajaran tradisional.
D. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar-mengajar
selama pembelajaran
berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran discovery learning, guru mata pelajaran sosiologi berperan sebagai obseverpengamat selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan berpacuh dari lembar observasi yang telah dibuat. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
peneliti mendiskusikan terlebih dahulu tentang proses pembelajaran yang nanti akan dilaksanakan bagaimana caranya agar proses
pembelajaran tersebut akan berjalan dengan baik. Dan observasi hanya dilakukan pada kelas eksperimen saja.
Berdasarkan hasil pengamatan yang obsever lakukan maka dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:
Pada awal kegiatan yaitu tahap persiapan berjalan dengan baik, kemudian pada tahap penyajian informasi dan situasi pembelajaran
lumayan berjalan dengan lancar walau masih ada beberapa kendala yang dihadapi dari siswa yang masih malas, siswa yang kurang aktif
dan siswa yang bercanda, tapi secara keseluruhan bisa berjalan dengan lumayan baik. Kegiatan penutup pun berjalan dengan baik.
E. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung teradap guru mata pelajaran sosiologi bapak sururudin, S.Pd dan siswi bernama Dwi Rahmawati
siswi kelas X IIS 2. Wawancara dilakukan masing-masing dua kali
dengan narasumber yang sama yaitu pra penelitian dan pasca penelitian dari hasil yang didapat dari wawancara pra penelitian yang dilakukan
kepada guru terkait persiapan hasil belajar dan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sosiologi siswa selama ini
ternyata masih ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawa KKM dan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini hanya biasa saja
yaitu diskusi kelompok dan presentasi. Lalu kemudian dari hasil wawancara pra penelitian kepada salah satu siswi terkait hasil belajar
dan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya cukup dan model pembelajaran yang dilaksanakan membuat dia
senang-senang saja namun terkadang membuat dia bosan. Itu hasil wawancara sebelum melakukan penelitian.
Dan kemudian wawancara setelah dilakukannya penelitian atau pasca penelitian yang dilakukan kepada guru terkait model
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil belajar dapat disimpulkan bahwa model discovery learning sangat bagus sekali
karena menuntut anak untuk belajar secara aktif dan mandiri dan hasil belajarnya pun lumayan meningkat walau tidak terlalu signifikan.
F. Pembahasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ternyata setelah diperlakukannya model pembelajaran discovery learning hasilnya tidak berpengaruh pada hasil
belajar siswa, ini dibuktikan dengan hasil nilai akhir posttest yang dimana nilai tersebut perbedaan nilai kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak terlalu jauh, peneliti pun amat merasakan tidak sempurnanya proses pembelajaran yang dilakukan pada saat penelitian,
menurut peneliti ada beberapa faktor yang membuat penelitian ini tidak berpengaruh diantaranya yang pertama, kurang tegasnya peneliti yang
pada saat itu bertindak sebagai guru pada saat penelitian, sehingga banyak siswa yang tidak mendengarkan pada saat peneliti memberikan
instruksi. Yang kedua, ketidaksiapan siswa pada saat belajar
menggunakan model pembelajaran discovery learning, ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang kebingungan dengan cara belajar
discovery learning dan banyak siswa yang tidak peduli pada kelompoknya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Yang ketiga
adalah tes pretest dan posstest hanya menggunakan 8 soal pilihan ganda, kesalahan peneliti pada saat uji validitas adalah ketika hasil uji
validitasnya terbukti yang valid 8 soal, peneliti tidak mencoba mengulang kembali uji validitas tersebut. Sehingga tes pretest dan
posttest siswa pada saat itu hanya menggunakan 8 soal, yang menurut peneliti kurang bisa mengukur kemampuan siswa pada hasil belajar
sosiologi.
Pada tahap analisis, berdasarkan hasil koreksi nilai didapat nilai rata-rata pretest untuk kelas kontrol sebesar 50,89 dan kelas eksperimen
sebesar 51,33. Ini menandakan masih lemah nya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di ajarkan yaitu sosialisasi. Bisa di lihat dari
nilai rata-ratanya hasil pemahamannya pun tidak begitu jauh.
Untuk nilai postest didapat nilai rata-rata dikelas kontrol sebesar 71,8 dan untuk dikelas eksperimen 77,6 dari hasil nilai rata-rata yang
didapat, dapat disimpulkan ada peningkatan dari nilai pretest ke nilai posstest namun bisa dilihat bedanya nilai posstest eksperimen dan
kontrol tidak begitu jauh. Pada saat uji hipotesis uji “t” pretest diperoleh t
hitung =
t
tabel
maka H
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penerapan discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi. Dan pada
saat pengujian hipotesis untuk postest karena berdistribusi tidak normal, digunakan uji non parametrik yaitu dengan Uji Mann-Whitney Uji
“U” dan diperoleh hasil U Ukritis yang berarti H diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan dan pengaruh
penerapan discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi.
Dalam pembelajaran sosiologi menggunakan metode discovery learning melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan para peserta
didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum
sampai pada generalisasi. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan intruksi. Sehingga pembelajaran melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri.
Namun ada beberapa kelemahan menggunakan metode discovery learning yaitu Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan
timbulnya kegiatan diskusi. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru.
1
Pada tahap
kesimpulan, peneliti
menyimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan discovery learning bisa membuat siswa bisa lebih aktif didalam pembelajaran, siswa mendapatkan suatu
pengalaman baru dalam belajar. Melihat beberapa kelemahan diatas bisa disimpulkan peneliti merasakan beberapa kelemahan-kelemahan
diatas, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal sehingga tidak memberi pengaruh lebih terhadap pembelajaran menggunakan metode
biasa, namun peneliti sangat merasakan sekali perbedaan didalam aktivitas pembelajarannya, metode yang menggunakan discovery
learning yang lebih membuat siswa lebih aktif didalam pembelajaran
dibandingkan metode tradisional.
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti begitu menyadari banyak sekali kekurangan dalam penerapan discovery learning didalam proses
belajar-mengajarnya. Peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin didalam melakukan penelitian ini namun banyak suatu hambatan yang
tidak pernah diduga-duga datang didalam proses pembelajarannya. Sehingga peneliti memiliki beberapa keterbatasan penelitian sebagai
berikut: 1. Penelitian hanya pada ruang lingkup pembahasan sosialisasi
sehingga tidak dapat meluas lagi. 2. Ada disatu kelas dimana ketika proses pembelajaran ingin dimulai
kabel proyektor tidak berfungsi, sehingga peneliti harus mengganti dan meminjam dikelas lain dan membuat waktu terbuang cukup
banyak.
1
Oemar Hamalik. Media Pendidikan, Bandung: Alumni, 1986 h. 122.