Rosy Aldino 62,5 Hasil Observasi

Tabel 4.10 Uji Normalitas pretest dan posttest Kelas Eksperimen N Hasil Lhitung Ltabel Kesimpulan 28 Pretest 0,142 0,167 Berdistribusi Normal Postest 0,367 Berdistribusi tidak Normal Pada tabel diatas menunjukkan hasil pretest 0,142 dan hasil postest 0,367 dengan N Jumlah Responden 28 siswa dengan taraf signifikansi a = 0,05 maka L tabel = 0,167. Hal ini menunjukkan untuk kelas pretest L hitung L tabel sehingga H diterima dan sampel berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas posttest L hitung L tabel sehingga H ditolak dan sampel berdistribusi tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas menggunakan uji fisher pada taraf signifikansi 5 a = 0,05 . Kriteria nya pun bisa dilihat sebagai berikut : Jika F hitung Ft abel , maka H diterima dan kedua sampel homogen Jika F hitung F tabel , maka H ditolak dan kedua sampel tidak homogen

a. Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen

Hasil untuk pengujian homogenitas untuk kelas pretest kontrol dan eksperimen bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen A Fhitung Ftabel N Kesimpulan 0,05 1,02 1,90 28 H Diterima Hasil penelitian uji homogenitas pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,02 dan Ftabel sebesar 1,90 ini artinya F hitung F tabel . Dengan taraf signifikansi a = 0,05 5 H diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa kedua data diatas berdistribusi homogen.

b. Uji Homogenitas Postttest Kelas Kontrol dan Eksperimen

Hasil untuk pengujian homogenitas untuk kelas posttest kontrol dan eksperimen bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Uji Homogenitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen Hasil penelitian uji homogenitas posttest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,29 dan Ftabel sebesar 1,90 ini artinya F hitung F tabel . Dengan taraf signifikansi a = 0,05 5 H diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa kedua data diatas berdistribusi homogen. A Fhitung Ftabel N Kesimpulan 0,05 0,77 1,90 28 H Diterima

3. Uji Hipotesis

Pengujian selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Karena ada kelompok data yang berdistribusi tidak normal, maka dari itu digunakan uji “t” untuk data yang berdistribusi normal dan uji non parametrik yaitu dengan Uji Mann-Whitney Uji “U” untuk menguji data yang berdistribusi tidak normal. untuk kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji “t” Dengan taraf signifikansi a = 0,05 bisa dilihat sebagai berikut : Jika t hitung t tabel maka H diterima Jika t hitung t tabel maka H ditolak Diketahui data yang berdistribusi normal adalah data kelompok pretest kelas kontrol dan eksperimen. Setelah dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji “t” maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.13 Uji Hipotesis Pretest Kontrol dan Eksperimen Melalui Uji t Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T Df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed ,059 ,809 ,115 54 ,909 ,4464 3,8719 - 7,3163 8,2091 Equal variances not assumed ,115 53,993 ,909 ,4464 3,8719 - 7,3163 8,2092 Pada hasil untuk perhitungan uji “t” pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen diperoleh hasil nilainya Sig 2-tailed 0,909 yang berarti lebih besar dari a 0,05 yang artinya Sig 2- tailed 0,909 a 0,05 atau sama dengan t hitung t tabel yang berarti H diterima. Berarti tidak ada pengaruh terhadap nilai tes. Selanjutnya perhitungan untuk kelompok posttest kelas kontrol dan eksperimen. Karena kelompok datanya berdistribusi tidak normal, maka dari itu digunakan uji non parametrik yaitu dengan Uji Mann-Whitney Uji “U” dengan taraf signifikansi a = 0,05 dan kriterianya sebagai berikut: Tolak H jika statistik U ≤ Ukritis terima H jika U Ukritis Diketahui data yang berdistribusi tidak normal adalah kelompok data posttest kontrol dan eksperimen. Setelah dilakukan uji non-parametrik Uji Mann-Whitney Uji “U” maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.14 Uji Hipotesis Nilai Posttest Kontrol dan Eksperimen Melalui Uji Mann-Whitney Test Statistics a Nilai Mann-Whitney U 320,000 Wilcoxon W 726,000 Z -1,209 Asymp. Sig. 2-tailed ,227 a. Grouping Variable: Metode Hasil perhitungan untuk nilai posttest ternyata didapat sebesar 0,227 yang artinya Sig.2-tailed 0,227 a 0,05 atau sama dengan U Ukritis yang berarti H diterima. Berarti tidak ada perbedaan setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran tradisional.

D. Hasil Observasi

Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar-mengajar selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, guru mata pelajaran sosiologi berperan sebagai obseverpengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan berpacuh dari lembar observasi yang telah dibuat. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran peneliti mendiskusikan terlebih dahulu tentang proses pembelajaran yang nanti akan dilaksanakan bagaimana caranya agar proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan baik. Dan observasi hanya dilakukan pada kelas eksperimen saja. Berdasarkan hasil pengamatan yang obsever lakukan maka dapat dilihat hasilnya sebagai berikut: Pada awal kegiatan yaitu tahap persiapan berjalan dengan baik, kemudian pada tahap penyajian informasi dan situasi pembelajaran lumayan berjalan dengan lancar walau masih ada beberapa kendala yang dihadapi dari siswa yang masih malas, siswa yang kurang aktif dan siswa yang bercanda, tapi secara keseluruhan bisa berjalan dengan lumayan baik. Kegiatan penutup pun berjalan dengan baik.

E. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung teradap guru mata pelajaran sosiologi bapak sururudin, S.Pd dan siswi bernama Dwi Rahmawati siswi kelas X IIS 2. Wawancara dilakukan masing-masing dua kali dengan narasumber yang sama yaitu pra penelitian dan pasca penelitian dari hasil yang didapat dari wawancara pra penelitian yang dilakukan kepada guru terkait persiapan hasil belajar dan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sosiologi siswa selama ini ternyata masih ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawa KKM dan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini hanya biasa saja yaitu diskusi kelompok dan presentasi. Lalu kemudian dari hasil wawancara pra penelitian kepada salah satu siswi terkait hasil belajar dan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya cukup dan model pembelajaran yang dilaksanakan membuat dia senang-senang saja namun terkadang membuat dia bosan. Itu hasil wawancara sebelum melakukan penelitian. Dan kemudian wawancara setelah dilakukannya penelitian atau pasca penelitian yang dilakukan kepada guru terkait model pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil belajar dapat disimpulkan bahwa model discovery learning sangat bagus sekali karena menuntut anak untuk belajar secara aktif dan mandiri dan hasil belajarnya pun lumayan meningkat walau tidak terlalu signifikan.

F. Pembahasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ternyata setelah diperlakukannya model pembelajaran discovery learning hasilnya tidak berpengaruh pada hasil belajar siswa, ini dibuktikan dengan hasil nilai akhir posttest yang dimana nilai tersebut perbedaan nilai kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak terlalu jauh, peneliti pun amat merasakan tidak sempurnanya proses pembelajaran yang dilakukan pada saat penelitian, menurut peneliti ada beberapa faktor yang membuat penelitian ini tidak berpengaruh diantaranya yang pertama, kurang tegasnya peneliti yang pada saat itu bertindak sebagai guru pada saat penelitian, sehingga banyak siswa yang tidak mendengarkan pada saat peneliti memberikan instruksi. Yang kedua, ketidaksiapan siswa pada saat belajar menggunakan model pembelajaran discovery learning, ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang kebingungan dengan cara belajar discovery learning dan banyak siswa yang tidak peduli pada kelompoknya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Yang ketiga adalah tes pretest dan posstest hanya menggunakan 8 soal pilihan ganda, kesalahan peneliti pada saat uji validitas adalah ketika hasil uji validitasnya terbukti yang valid 8 soal, peneliti tidak mencoba mengulang kembali uji validitas tersebut. Sehingga tes pretest dan posttest siswa pada saat itu hanya menggunakan 8 soal, yang menurut peneliti kurang bisa mengukur kemampuan siswa pada hasil belajar sosiologi. Pada tahap analisis, berdasarkan hasil koreksi nilai didapat nilai rata-rata pretest untuk kelas kontrol sebesar 50,89 dan kelas eksperimen sebesar 51,33. Ini menandakan masih lemah nya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di ajarkan yaitu sosialisasi. Bisa di lihat dari nilai rata-ratanya hasil pemahamannya pun tidak begitu jauh. Untuk nilai postest didapat nilai rata-rata dikelas kontrol sebesar 71,8 dan untuk dikelas eksperimen 77,6 dari hasil nilai rata-rata yang didapat, dapat disimpulkan ada peningkatan dari nilai pretest ke nilai posstest namun bisa dilihat bedanya nilai posstest eksperimen dan kontrol tidak begitu jauh. Pada saat uji hipotesis uji “t” pretest diperoleh t hitung = t tabel maka H diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penerapan discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi. Dan pada saat pengujian hipotesis untuk postest karena berdistribusi tidak normal, digunakan uji non parametrik yaitu dengan Uji Mann-Whitney Uji “U” dan diperoleh hasil U Ukritis yang berarti H diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan dan pengaruh penerapan discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi. Dalam pembelajaran sosiologi menggunakan metode discovery learning melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan para peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Sehingga pembelajaran melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Namun ada beberapa kelemahan menggunakan metode discovery learning yaitu Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru. 1 Pada tahap kesimpulan, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan discovery learning bisa membuat siswa bisa lebih aktif didalam pembelajaran, siswa mendapatkan suatu pengalaman baru dalam belajar. Melihat beberapa kelemahan diatas bisa disimpulkan peneliti merasakan beberapa kelemahan-kelemahan diatas, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal sehingga tidak memberi pengaruh lebih terhadap pembelajaran menggunakan metode biasa, namun peneliti sangat merasakan sekali perbedaan didalam aktivitas pembelajarannya, metode yang menggunakan discovery learning yang lebih membuat siswa lebih aktif didalam pembelajaran dibandingkan metode tradisional.

G. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti begitu menyadari banyak sekali kekurangan dalam penerapan discovery learning didalam proses belajar-mengajarnya. Peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin didalam melakukan penelitian ini namun banyak suatu hambatan yang tidak pernah diduga-duga datang didalam proses pembelajarannya. Sehingga peneliti memiliki beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian hanya pada ruang lingkup pembahasan sosialisasi sehingga tidak dapat meluas lagi. 2. Ada disatu kelas dimana ketika proses pembelajaran ingin dimulai kabel proyektor tidak berfungsi, sehingga peneliti harus mengganti dan meminjam dikelas lain dan membuat waktu terbuang cukup banyak. 1 Oemar Hamalik. Media Pendidikan, Bandung: Alumni, 1986 h. 122.