13
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidakbelum mendapatkan pekerjaan Rahardja, 2008 : 376.
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja labour force approach dan pendekatan pemanfaatan tenaga
kerja labour utilization approach Rahardja, 2008 : 378. 1. Pendekatan Angkatan Kerja Labour Force Approach
Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja Labour Utilization Approach Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: a Menganggur Unemployed, yaitu mereka yang sama sekali tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka open employment.
b Setengah Menganggur Underemployed, yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya, jam
kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. c Bekerja penuh Employed, yaitu mereka yang bekerja penuh atau
jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
b. Jenis-jenis Pengangguran
Menurut Sukirno 1997, pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:
14
1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya
dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian.
3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat
pengurangan dalam permintaan agregat.
c. Biaya Sosial dari Pengangguran
Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis Rahardja, 2008 :
378. 1 Terganggunya Stabilitas Perekonomian
Pengangguran struktural dan atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi
permintaan dan penawaran agregat.
2 Terganggunya Stabilitas Politik Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi,
melainkan juga masalah politik. Sebab dampak social dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa
sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan
15
kriminalitas. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah social ini sangat besar dan sulit diukur tingkat
efisiensi dan efektivitasnya.
2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik 2004:8 yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah
usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank Indonesia 2004:85, PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku
dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.
Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan
produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. 1 Pendekatan Produksi:
16
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Unit-unit produksi dalam penyajian ini
dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha sektor, yaitu: 1 pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, 2
pertambangan dan penggalian, 3 industri pengolahan, 4 listrik, gas dan air bersih, 5 konstruksi, 6 perdagangan, hotel dan
restoran, 7 pengangkutan dan komunikasi, 8 keuangan, real estate dan jasa perusahaan, 9 jasa-jasa termasuk jasa
pemerintah. 2 Pendekatan Pengeluaran:
Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : 1 Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, 2 konsumsi pemerintah, 3 pembentukan modal tetap domestik
bruto, 4 perubahan inventori dan 5 ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.
3 Pendekatan Pendapatan: Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu biasanya satu tahun. Balas jasa yang dimaksud adalah
17
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto pajak tak langsung dikurangi subsidi.
3. Upah a. Definisi Upah
Di dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah
meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Barang yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil pertanian. Karena itu
untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak. Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai meningkat maka
akan menaikkan upah Jhingan, 2012: 90. Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi
dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum. Upah dapat naik karena peningkatan
cadangan modal yang berputar dengan penduduk yang dipakai untuk mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja.
Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh
akan kehilangan pekerjaan. Jhingan, 2012: 106. Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar
lebih tinggi daripada gaji ekuilibrium agar mendorong para pekerja
18
untuk menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja. Schaum’s, 2006:264. Mankiw 2006 dalam Skripsi Anggrainy 2013
menjelaskan bahwa teori upah-efisiensi mengajukan penyebab ketiga dari kekakuan upah selain undang-undang upah minimum dan
pembentukkan serikat pekerja. Teori upah-efisiensi yang pertama menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih
produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun
terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan mengurangi tagihan upah perusahaan, jika teori ini benar maka
pengurangan upah akan memperendah produktivitas pekerja dan laba perusahaan.
Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar
upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori upah- efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga
kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja
terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih
sedikit alternatif. Teori upah-efisiensi yang keempat menyatakan
19
bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan
sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah,
semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat. Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi
lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan demikian meningkatkan produktivitas mereka.
Teori upah subsitensi hukum besi oleh David Ricardo 1772-1823 yaitu upah ditentukan oleh interaksi penyediaan dan
permintaan akan buruh. Lebih lanjut berasumsi bahwa bila pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten, maka
penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan makanan dan kebutuhan lain. Angkatan kerja bertambah maka akan
bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan.
Teori upah besi adalah upah riil dalam jangka panjang cenderung terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan
pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena tanpa subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja. Teori iron wage
ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan
permintaan tenaga kerja sehingga para penganggur akan semakin sulit
20
mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah wage
rigidity Devi, 2011 :4-5.
b. Penetapan Upah Minimum Kota Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan
tetap. upah minimum provinsi adalah upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur.
Kebijakan upah minimum di dalam Undang Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain:
1 Pemerintah menetapkan upah berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak
KHL dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
2 Upah Minimum dapat diterapkan: a berdasarkan wilayah provinsi atau kabupatenkota;
b berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupatenkota. Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok
lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupatenkota, provinsi, beberapa provinsi
21
atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.
3 Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari
Dewan Pengupahan
Provinsi danatau
BupatiWalikota. 4
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan
untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.
4. Indeks Pembangunan Manusia IPM a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia IPM
Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia
diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis
orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi, dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya
beliPPP, penghasilan UNDP, 2004. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara
termasuk kategori negara maju, negara berkembang atau negara
22
terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas
rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara daerah bagian Cholili, 2014 : 5 .
Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka
harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah
mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh
untuk mencapai sasaran itu. Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih
terlihat kalau dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang
lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan
pada periode sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu
23
wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM
sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya. Adapun hambatan yang
dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya kasus tersebut, dan dipihak lain juga kurang nya sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan buruknya
prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya indikator -indikator IPM yang belum terpenuhi.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait
banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan
digunakan gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan
indicator kemampuan daya beli Purchasing Power Parity. Indeks Pembangunan Manusia, Katalog BPS, 2007 : 9
Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah Negara dapat berbuat jauh lebih baik
pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan pendapatan
24
yang besar dapat berperan relatif kecil terhadao pembangunan manusia. Lebih jauh, IPM menunjukkan dengan jelas bahwa kesenjangan dalam
pendapatan lebih besar daripada kesenjangan dalam indikator pembangunan yang lain, paling tidak dalam indikator kesehatan dan
pendidikan Todaro, 2006 : 75. 5. Hubungan antar variabel
a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja
yang menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai. Indikator ini penting bagi daerah karena dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi
bagi pemerintah
daerah atas
keberhasilan pembangunan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar perencanaan
dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. Arsyad 2000 dalam skripsi Yeni Dharmayanti 2011 menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto PDRB tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.
Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dari Nainggolan, 2009 yang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada KabupatenKota Di
25
Propinsi Sum atera Utara” yang menjadi rujukan dan persamaan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh PDRB dan jumlah pengangguran yang bersifat positif dalam Teori
Pertumbuhan Ekonomi. Dikatakan berpengaruh positif sebab pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas
produksi, sehingga jumlah pengangguran tetap meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang berlangsung. Hal ini disebabkan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut berorientasi pada padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan
menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya.
b. Hubungan UMK dengan Pengangguran Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran
yang terjadi antara pengguna jasa perusahaan dan pemberi jasa rumah tangga. Upaya meminimalisasi persoalan upah minimum
dilakukan pemerintah dengan menyusun rumusan upah minimum yang diharapkan menjadi acuan bagi pengusaha agar memenuhi
kewajibannya membayar upah buruh atau pekerja untuk dapat hidup layak dari upah yang diterimanya. Dengan berlakunya Undang-
Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka keputusan UMK untuk tiap Kabupaten atau Kota Madya
langsung dibuat oleh Gubernur atas rekomendasi para Bupati dan Walikota yang berada di propinsi masing-masing.
26
Penelitian lainnya yang serupa dan mendukung adalah dari Wicaksono, 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh PDB Sektor
Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan
Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990- 2008” yang
menyatakan bahwa kebijakan pemberlakuan dan peningkatan upah riil berpengaruh negatif sebab dapat menyebabkan terjadinya
pengangguran dalam masyarakat. Adanya tuntutan kenaikan UMK pada tiap kota setiap tahunnya yang dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain pengusaha justru berpengaruh negatif terhadap jumlah
pengangguran. Hal tersebut dikarenakan jika UMK meningkat maka biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga terjadi
inefisiensi pada perusahaan dan akan mengambil kebijakan pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi dan hal ini
akan berakibat dikuranginya tenaga kerja. Teori yang signifikan untuk menjelaskan keadaan perekonomian di suatu daerah khususnya di
Indonesia adalah mengenai teori kekakuan upah. Kekakuan upah Wage rigidity adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian
sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. c. Hubungan IPM dengan Pengangguran
Todaro 2000 mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia memainkan peranan
kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap
27 teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas Sumberdaya Manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat
menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia IPM akan berakibat pada rendahnya produktivitas
kerja yang berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan.
B. Penelitian Terdahulu