Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

10 1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial? 2. Bagaimana pengaruh Upah Minimun KabupatenKota UMK terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial? 3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia IPM terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial? 4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Upah Minimun KabupatenKota UMK,dan Indeks Pembangunan Manusia IPM terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara simultan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini antara lain: a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial. b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Upah Minimun KabupatenKota UMK terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial. c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia IPM terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial. d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Upah Minimun KabupatenKota UMK,dan Indeks 11 Pembangunan Manusia IPM terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara simultan. 2. Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini diantaranya ialah: a. Bagi Penulis Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha untuk menganalisis pengaruh dari PDRB, UMK, dan IPM terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat selama masa kuliah dengan menganalisa serta menyelesaikan masalah. b. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna untuk pemerintah sebagai saran untuk pengambil kebijakan agar terciptanya kemajuan dalam pembangunan ekonomi. Selain itu penulis juga berharap penelitian ini menambah ilmu ekonomi khususnya ekonomi pembangunan bagi para pembaca. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengangguran

a. Definisi Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut Sukirno, 1997. Menurut Sukirno 1997 dalam skripsi Cholili 2014, pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sedangkan dalam ilmu kependudukan demografi, orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja. Tingkat 13 pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidakbelum mendapatkan pekerjaan Rahardja, 2008 : 376. Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja labour force approach dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja labour utilization approach Rahardja, 2008 : 378. 1. Pendekatan Angkatan Kerja Labour Force Approach Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja. 2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja Labour Utilization Approach Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a Menganggur Unemployed, yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka open employment. b Setengah Menganggur Underemployed, yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya, jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. c Bekerja penuh Employed, yaitu mereka yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

b. Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Sukirno 1997, pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: 14 1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya. 2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian. 3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.

c. Biaya Sosial dari Pengangguran

Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis Rahardja, 2008 : 378. 1 Terganggunya Stabilitas Perekonomian Pengangguran struktural dan atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat. 2 Terganggunya Stabilitas Politik Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah politik. Sebab dampak social dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan 15 kriminalitas. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah social ini sangat besar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya. 2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto PDRB Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik 2004:8 yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank Indonesia 2004:85, PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. 1 Pendekatan Produksi: 16 Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha sektor, yaitu: 1 pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, 2 pertambangan dan penggalian, 3 industri pengolahan, 4 listrik, gas dan air bersih, 5 konstruksi, 6 perdagangan, hotel dan restoran, 7 pengangkutan dan komunikasi, 8 keuangan, real estate dan jasa perusahaan, 9 jasa-jasa termasuk jasa pemerintah. 2 Pendekatan Pengeluaran: Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : 1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, 2 konsumsi pemerintah, 3 pembentukan modal tetap domestik bruto, 4 perubahan inventori dan 5 ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. 3 Pendekatan Pendapatan: Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Balas jasa yang dimaksud adalah 17 upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto pajak tak langsung dikurangi subsidi. 3. Upah a. Definisi Upah Di dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Barang yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil pertanian. Karena itu untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak. Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai meningkat maka akan menaikkan upah Jhingan, 2012: 90. Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum. Upah dapat naik karena peningkatan cadangan modal yang berputar dengan penduduk yang dipakai untuk mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh akan kehilangan pekerjaan. Jhingan, 2012: 106. Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar lebih tinggi daripada gaji ekuilibrium agar mendorong para pekerja 18 untuk menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja. Schaum’s, 2006:264. Mankiw 2006 dalam Skripsi Anggrainy 2013 menjelaskan bahwa teori upah-efisiensi mengajukan penyebab ketiga dari kekakuan upah selain undang-undang upah minimum dan pembentukkan serikat pekerja. Teori upah-efisiensi yang pertama menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan mengurangi tagihan upah perusahaan, jika teori ini benar maka pengurangan upah akan memperendah produktivitas pekerja dan laba perusahaan. Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori upah- efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih sedikit alternatif. Teori upah-efisiensi yang keempat menyatakan 19 bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah, semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat. Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan demikian meningkatkan produktivitas mereka. Teori upah subsitensi hukum besi oleh David Ricardo 1772-1823 yaitu upah ditentukan oleh interaksi penyediaan dan permintaan akan buruh. Lebih lanjut berasumsi bahwa bila pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten, maka penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan makanan dan kebutuhan lain. Angkatan kerja bertambah maka akan bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan. Teori upah besi adalah upah riil dalam jangka panjang cenderung terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena tanpa subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja. Teori iron wage ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan permintaan tenaga kerja sehingga para penganggur akan semakin sulit 20 mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah wage rigidity Devi, 2011 :4-5. b. Penetapan Upah Minimum Kota Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap. upah minimum provinsi adalah upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur. Kebijakan upah minimum di dalam Undang Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain: 1 Pemerintah menetapkan upah berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak KHL dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. 2 Upah Minimum dapat diterapkan: a berdasarkan wilayah provinsi atau kabupatenkota; b berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupatenkota. Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupatenkota, provinsi, beberapa provinsi 21 atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan. 3 Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi danatau BupatiWalikota. 4 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. 4. Indeks Pembangunan Manusia IPM a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia IPM Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi, dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beliPPP, penghasilan UNDP, 2004. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk kategori negara maju, negara berkembang atau negara 22 terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara daerah bagian Cholili, 2014 : 5 . Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih terlihat kalau dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu 23 wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya. Adapun hambatan yang dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kasus tersebut, dan dipihak lain juga kurang nya sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan buruknya prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya indikator -indikator IPM yang belum terpenuhi. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indicator kemampuan daya beli Purchasing Power Parity. Indeks Pembangunan Manusia, Katalog BPS, 2007 : 9 Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah Negara dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan pendapatan 24 yang besar dapat berperan relatif kecil terhadao pembangunan manusia. Lebih jauh, IPM menunjukkan dengan jelas bahwa kesenjangan dalam pendapatan lebih besar daripada kesenjangan dalam indikator pembangunan yang lain, paling tidak dalam indikator kesehatan dan pendidikan Todaro, 2006 : 75. 5. Hubungan antar variabel a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai. Indikator ini penting bagi daerah karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah daerah atas keberhasilan pembangunan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. Arsyad 2000 dalam skripsi Yeni Dharmayanti 2011 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dari Nainggolan, 2009 yang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada KabupatenKota Di 25 Propinsi Sum atera Utara” yang menjadi rujukan dan persamaan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh PDRB dan jumlah pengangguran yang bersifat positif dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi. Dikatakan berpengaruh positif sebab pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas produksi, sehingga jumlah pengangguran tetap meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang berlangsung. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut berorientasi pada padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya. b. Hubungan UMK dengan Pengangguran Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran yang terjadi antara pengguna jasa perusahaan dan pemberi jasa rumah tangga. Upaya meminimalisasi persoalan upah minimum dilakukan pemerintah dengan menyusun rumusan upah minimum yang diharapkan menjadi acuan bagi pengusaha agar memenuhi kewajibannya membayar upah buruh atau pekerja untuk dapat hidup layak dari upah yang diterimanya. Dengan berlakunya Undang- Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka keputusan UMK untuk tiap Kabupaten atau Kota Madya langsung dibuat oleh Gubernur atas rekomendasi para Bupati dan Walikota yang berada di propinsi masing-masing. 26 Penelitian lainnya yang serupa dan mendukung adalah dari Wicaksono, 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh PDB Sektor Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990- 2008” yang menyatakan bahwa kebijakan pemberlakuan dan peningkatan upah riil berpengaruh negatif sebab dapat menyebabkan terjadinya pengangguran dalam masyarakat. Adanya tuntutan kenaikan UMK pada tiap kota setiap tahunnya yang dimaksudkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain pengusaha justru berpengaruh negatif terhadap jumlah pengangguran. Hal tersebut dikarenakan jika UMK meningkat maka biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga terjadi inefisiensi pada perusahaan dan akan mengambil kebijakan pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi dan hal ini akan berakibat dikuranginya tenaga kerja. Teori yang signifikan untuk menjelaskan keadaan perekonomian di suatu daerah khususnya di Indonesia adalah mengenai teori kekakuan upah. Kekakuan upah Wage rigidity adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. c. Hubungan IPM dengan Pengangguran Todaro 2000 mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap 27 teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas Sumberdaya Manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia IPM akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja yang berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Alexander Muravyev dan Aleksey Oshchepkov melakukan penelitian yang berjudul “Minimum Wages, Unemployment and Informality: Evidence from Panel Data on Russian Regions”. Dalam penelitian ini mereka melihat efek pasar tenaga kerja dari adanya upah minimum dengan mengambil data yang mencakup 89 wilayah di Rusia dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa upah minimum menimbulkan pengangguran di kalangan pekerja muda berusia 15 sampai 24 tahun. Sebaliknya, tidak terdapat dampak dari upah terhadap pekerja muda berusia 25 sampai 72 tahun. M. Choudhry, dkk melakukan penelitian yang berjudul “Youth and total unemployment rate: the impact of policies and institutions ”. Penelitian inimemperkirakan dampak dari beberapa lembaga, kebijakan untuk pemuda dan jumlah tingkat pengangguran pada Negara-negara maju selama tiga dekade terakhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 analaisis panel fixed effect. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selain pertumbuhan ekonomi, kebebasan ekonomi, pasar tenaga kerja, pekerja paruh waktu dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kinerja pasar tenaga kerja. Thomas Lemieux melakukan penelitian yang berjudul “Minimum Wages and the Joint Distribution Employment and Wages ”. Penelitian ini memperikarakan dampak dari upah minimum terhadap distribusi upah dan pendekatan tenaga kerja. Dengan menggunakan data Negara Kanada dari tahun 1997 sampai 2010, peneliti menemukan bahwa untuk remaja, kenaikan upah minimum dapat meningkatkan jumlah sebagian pekerja tetapi juga menghasilkan beberapa kerugian. Tidak ada dampak dari upah minimum terhadap orang dewasa. Muhammad Shun Hajji dan Nugorho SBM melakukan penelitian berjudul “Analisis PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990- 2011”. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square OLS dengan menggunakan tingkat pengangguran terbuka sebagai variabel dependen dan empat variabel independen yaitu produk domestik regional bruto, inflasi, Upah Minimum Kota dan angka melek huruf. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upah 29 minimum Provinsi dan angka melek huruf berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Untuk di masa yang akan datang kebijakan Upah Minimum Kota perlu di awasi dengan benar agar tercapai keseimbangan pada pasar tenaga kerja. Kasus ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah guna terciptanya permintaan tenaga kerja dan mengantisipasi terbuangnya potensi sumber daya yang dimiliki. Kholifah Anggrainy melakukan penelitian berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota UMK terhadap Kesempatan Kerja dan Investasi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana dampak kenaikan upah minimum terhadap kesempatan kerja dan investasi di Kota Malang tahun 2001-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel UMK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, sedangkan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kota Malang. Roby Cahyadi Kurniawan melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980- 2011”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai PDRB, Upah, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara 30 individu terhadap tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang tahun 1980 – 2011. Dan menganalisis nilai PDRB, Upah, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara bersama – sama terhadap tingkat Penganguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan variabel PDRB, UMK, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka. Variabel UMK dan tingkat bunga memiliki pengaruh positif yang signifikan. Sedangkan variabel PDRB, Inflasi, Investasi dan Industri memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka. Fatkhul Mufid Cholili melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, dan Indeks Pembangunan Manusia IPM Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia”. Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana tiga variabel independen berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia, dengan variabel independen adalah indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, dan pengangguran baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh secara simultan dari 31 ketiga variabel independen dengan koefisien determinan 0.743 R- Square. Namun ketika diuji secara parsial PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan IPM dan pengangguran secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil Persamaan dan Perbedaan Thomas Lemieux 2011 “Minimum Wages and the Joint Distribution Employment and Wages” Upah Minimum, Tenaga Kerja Distrib ution Regress ions Untuk remaja, kenaikan upah minimum dapat meningkat kan jumlah tenaga kerja yang mengangg ur. Persamaan: Variabel upah minimum berpengaruh pada tingkat pengangguran, Perbedaan: Upah Minimum naik akan meningkatkan tingkat pengangguran sedangkan dalam penelitian variabel upah minimum naik maka tingkat 32 pengangguran akan berkurang. M. Choudhry, E. Marelli dan M. Signorelli 2012 “Youth and total unemployme nt rate: the impact of policies and institutions” Tingkat Penganggu ran, Pertumbuh an Ekonomi, Pasar Tenaga Kerja Fixed Effect Model FEM Selain pertumbuh an ekonomi, kebebasan ekonomi, pasar tenaga kerja, pekerja paruh waktu dapat mengurang i penganggu ran dan meningkat kan kinerja pasar tenaga kerja. Persamaan: Metode yang digunakan sama yaitu Fixed Effect Model FEM, Perbedaan: Pekerja paruh waktu dapat mengurangi pengangguran sedangkan dalam penelitian upah minimum naik maka tingkat pengangguran akan berkurang. Alexander Muravyev dan 2013 “Minimum Wages, Unemployme Upah Minimum, Penganggu Ordina ry Least Upah minimum menimbulk Persamaan: Upah minimum berpengaruh 33 Aleksey Oshchepko v nt And Informality: Evidence From Panel Data On Russian Regions” ran, Sektor Informal Square OLS an penganggu ran di kalangan pekerja muda berusia 15- 24 tahun termasuk juga perempuan . terhadap tingkat pengangguran Perbedaan: Upah minimum menambah tingkat pengangguran sedangkan pada penelitian upah minimum naik akan mengurangi tingkat pengangguran. Muhamma d Shun Hajji, Nugroho SBM 2013 Analisis PDRB, Inflasi, Upah Minimum Provinsi, Dan Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Penganggura n Terbuka Di Provinsi PDRB, Inflasi, UMK, Angka Melek Huruf, Tingkat Penganggu ran Terbuka Ordina ry Least Square OLS Upah minimum Provinsi dan angka melek huruf berpengaru h secara signifikan terhadap tingkat penganggu Persamaan: Upah minimum berpengaruh terhadap tingkat pengangguran Perbedaan: Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square OLS 34 Jawa Tengah Tahun 1990- 2011 ran terbuka. sedangkan dalam penelitian digunakan metode Fixed Effect Model FEM. Kholifah Anggrainy 2013 Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota UMK Terhadap Kesempatan Kerja dan Investasi Upah Minimum Kota UMK, Kesempata n Kerja, Investasi Two Stage Least Square TSLS UMK memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kesempata n kerja dan investasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesempata n kerja. Persamaan: Upah minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran Perbedaan: Metode yang digunakan adalah Two Stage Least Square TSLS sedangkan dalam penelitian digunakan metode Fixed Effect Model FEM. Roby Cahyadi 2013 Analisis Pengaruh PDRB, UMK Ordina ry Variabel PDRB, Persamaan: Upah minimum 35 Kurniawan PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat Penganggura n Terbuka di Kota Malang Tahun 1980- 2011 Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri, Penganggu ran Terbuka Least Square OLS UMK Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri berpengaru h signifikan terhadap variabel tingkat penganggu ran terbuka. Variabel UMK dan tingkat bunga memiliki pengaruh positif yang signifikan. Sedangkan variabel PDRB, berpengaruh terhadap tingkat pengangguran Perbedaan: Upah minimum naik akan menambah tingkat pengangguran sedangkan dalam penelitian upah minimum naik akan mengurangi tingkat pengangguran. 36 Inflasi, Investasi dan Industri memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel tingkat penganggu ran terbuka. Fatkhul Mufid Cholili dan M. Pudjihardj o 2014 Analisis Pengaruh Penganggura n, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Dan Indeks Pembanguna n Manusia Penganggu ran, PDRB, IPM, Kemiskina n Ordina ry Least Square OLS Variabel PDRB memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel kemiskina n, variabel Persamaan: Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran Perbedaan: 37 IPM Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia IPM memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel kemiskina n, dan variabel penganggu ran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kemiskina n. Variabel tignkat pengangguran sebagai variabel independen sedangkan dalam penelitian variabel tingkat pengangguran sebagai variabel dependen. 38

C. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

Analisis pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), inftastruktur dan pengangguran terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah periode Tahun 2000-2012

3 35 113

Analisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Banten Tahun 2009-2012

1 14 129

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten periode 2008-2013

1 12 133

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

0 0 10

A. Landasan Teori 1. Kemiskinan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2

0 0 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

0 0 12

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Aspek Geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi J

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2016

0 0 17