Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

73 Gambar 4.5 Uji Normalitas 2 4 6 8 10 12 -2 -1 1 2 Series: Standardized Residuals Sample 2008S2 2013S2 Observations 88 Mean 1.34e-16 Median -0.041454 Maximum 2.700477 Minimum -2.031005 Std. Dev. 0.991493 Skewness 0.540592 Kurtosis 3.225801 Jarque-Bera 4.473127 Probability 0.106825 Sumber: Lampiran 6 diolah Gambar 4.5 menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari α = 5 maka dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ajija dkk 2011:35, multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi masing- masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas. 74 Tabel 4.4 Correlation Matrix PDRB UMK IPM PDRB 1.000000 0.356306 0.584250 UMK 0.356306 1.000000 0.467289 IPM 0.584250 0.467289 1.000000 Sumber: Lampiran 7 diolah Dilihat dari tabel 4.6, dimana nilai correlation matrix tidak lebih dari 0,8 yang berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas. Dengan terpenuhinya uji mutikolinearitas maka model regresi tidak ditemukan adanya korelasi linier yang sempurna antar variabel-variabel bebas Ajija dkk, 2011:36.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Geri 2014 heterokedastisitas dapat dideteksi dengan pendekatan atau metode General Least Square Cross section Weighted. Dapat dilihat dengan membandingkan Sum Square Resid Weighted Statistic dengan Sum Square Resid Unweighted , yaitu Sum Square Resid Weighted Statistic lebih kecil dibandingkan Sum Square Resid Unweighted. Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sum squared resid Weighted 87.83190 Sum squared resid Unweighted 85.52613 Sumber : Lampiran 8 diolah 75 Pada tabel 4.7 diperoleh hasil regresi Sum squared resid pada Weighted sebesar 87.83190, sedangkan Sum squared resid pada Unweighted sebesar 85.52613. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Sum squared resid pada Weighted lebih besar dibandingkan dengan nilai Sum squared resid pada Unweighted. Oleh karena itu data regresi penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya Wing Wahyu, 2007:5.24. Dalam mengidentifikasi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin-Watson. Uji D-W adalah salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Tabel 4.6 Durbin-Watson Tolak H berarti ada autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Tidak menolak H berarti tidak ada autokorelasi Tidak dapat diputuskan Tolak H berarti ada autokorelasi negative d L 1,60 d u 1,73 2 4-d u 2.27 4-d L 2,40 4 0,67 Sumber : Lampiran 9 diolah 76 Masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson statistic yaitu sebesar 0.677797 dimana nilai DW 0.677797 d L = 1.6039 dan nilai d U = 1.7326. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai d L dan d U DW, yang artinya terdapat autokorelasi pada data regresi. Untuk mengatasi terjadinya autokorelasi perlu diadakan cross-section SUR pada Fixed Effect Model. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut: H : Tidak terdapat autokorelasi H 1 : Terdapat autokorelasi Pada hasil regresi cross-section SUR didapatkan nilai DW sebesar 1.805209, sedangkan nilai d L = 1.6039 dan nilai d U = 1.7326. hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih besar dari d U maka hipotesis nol diterima yang artinya tidak terdapat autokorelasi.

5. Pengujian Hipotesis

Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk diterima atau ditolaknya secara statistik hasil hipotesis nol H dari sample keputusan untuk mengolah H dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada. Dari hasil pengolahan data didapatkan model terbaik adalah dengan pendekatan Fixed Effect Model FEM dengan hasil sebagai berikut: 77 Tabel 4.7 Hasil Estimasi Variable Coefficient Std. Error t- Statistic Prob. DPDRB? 5.60E-07 5.67E-07 0.987981 0.3263 UMK? -3.05E-06 9.74E-07 - 3.129772 0.0025 IPM? -1.690547 0.472262 - 3.579679 0.0006 C 69.01106 16.54720 4.170557 0.0001 Fixed Effects Cross KABPANDEGLANG — C -3.952284 KABLEBAK —C -4.485714 KABTANGERANG--C 0.701289 KABSERANG —C -1.495007 KOTTANGERANG--C 2.747827 KOTCILEGON —C 3.795026 KOTSERANG —C 0.295365 KOTTANGSEL —C 2.393498 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables R-squared 0.652831 Mean dependent var 6.350064 Adjusted R-squared 0.607744 S.D. dependent var 1.682749 S.E. of regression 1.053911 Akaike info criterion 3.059362 Sum squared resid 85.52610 Schwarz criterion 3.369029 Log likelihood -123.6119 Hannan-Quinn criter. 3.184119 F-statistic 14.47941 Durbin-Watson stat 0.677797 ProbF-statistic 0.000000 Mean dependent var 6.350064 Sumber : Lampiran 6 diolah Dari tabel 4.10 diatas yang dimana menggunakan pendekatan Fixed Effect Model FEM didapatkan hasil persamaan sebagai berikut: TP = 69.0116 + 5.6047E-07PDRB – 3.0474E-06UMK – 1.690647IPM + e 78 Dimana: Y : TP Tingkat Pengangguran X 1 : PDRB Produk Domestik Regional Bruto X 2 : UMK Upah Minimum KabupatenKota X 3 : IPM Indeks Pembangunan Manusia e : error term Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a Jika variabel-varibel independen dianggap konstan atau bernilai nol, maka besarnya tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara keseluruhan adalah sebesar 69,01. b Nilai koefisien regresi variabel PDRB sebesar 5,6047 yang berarti setiap terjadi peningkatan PDRB sebesar 1 maka akan meningkatkan tingkat pengangguran sebesar 5,6. c Nilai koefisien regresi variabel upah minimum kabupatenkota sebesar 3,0474 yang berarti setiap terjadi peningkatan upah minimum kabupatenkota sebesar 1 maka akan menurunkan tingkat pengangguran sebesar 3,04. d Nilai koefisien regresi varibel indeks pembangunan manusia sebesar 1,6906 atau dibulatkan menjadi 1,7 yang berarti setiap terjadi peningkatan indeks pembangunan manusia sebesar 1 maka akan menurunkan tingkat pengangguran sebesar 1,7. 79

a. Uji Koefisien Determinan Adjusted R

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

Analisis pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), inftastruktur dan pengangguran terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah periode Tahun 2000-2012

3 35 113

Analisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Banten Tahun 2009-2012

1 14 129

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten periode 2008-2013

1 12 133

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

0 0 10

A. Landasan Teori 1. Kemiskinan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2

0 0 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

0 0 12

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Aspek Geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi J

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2016

0 0 17