indikator adanya polusi yang berasal dari kotoran manusia atau hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air dan makanan.
20,25
Bakteri coliform digunakan sebagai bakteri indikator sanitasi karena: 1.
Coliform tidak secara normal terdapat di dalam airmakanan. Mereka dieksresikan dalam jumlah besar dari usus manusia, oleh karena itu jika
terdapat dalam airmakanan mengindikasikan telah terjadi kontaminasi tinja.
2. Colifrom mudah dideteksi dalam media kultur.
3. Daya tahan hidupnya yang tergolong lebih lama dibandingkan bakteri
patogen lainnya memperkuat adanya bakteri coliform ini tidak selalu menunjukkan telah terjadi kontaminasi yang berasal dari tinja melainkan
juga bisa karena kondisi sanitasi yang tidak memadai. 4.
Resistensi lebih besar dalam proses pemurnian air.
23
2.1.4 Shigella sp.
2.1.4.1 Morfologi Shigella sp.
Shigella sp. merupakan anggota dari keluarga Enterobacteriaceae. Shigella sp. merupakan bakteri memiliki kekhasan yaitu berbentuk batang pendek tipis,
Gram negatif, tidak motil, tidak berflagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, berbentuk coccobacilli terjadi pada pembenihan muda.
31
Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2
mm dalam 24 jam. Ukuran Shigella sp. sekitar 2-3 µm x 0,5-0,7 µm dan susunannya tidak teratur. Shigella sp. dapat tumbuh subur pada suhu optimum
37
o
C, hidup secara aerobik tumbuh paling baik maupun anaerobik fakultatif.
3
Morfologi Shigella sp disajikan pada gambar 2.7 sebagai berikut.
Gambar 2.7 Morfologi Shigella sp.
Sumber: Kunkel, 2009
Bakteri Shigella spp. meragi glukosa kecuali spesies Shigella sonnei, yang tidak memfermentasikan laktosa. Ketidakmampuan untuk memfermentasikan
laktosa diperlihatkan Shigella sp. dalam media diferensial. Shigella sp. membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas. Shigella sp.
juga dapat dibedakan ke dalam bagian yang dapat memfermentasikan manitol dan yang tidak dapat memfermentasikan manitol. Pada uji sitrat terjadi perubahan
warna hijau ke biru sitrat, karena bakteri tersebut menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
3
Tampilan koloni Shigella sp. yang dihasilkan pada Mc Conkey agar adalah tidak berwarna dan tidak meragi laktosa Non Lactose Fermenter kecuali Shigella
sonnei. Sedangkan pada SS agar, koloni tampak kecil dan halus serta tidak berwarna. Media selektif yang digunakan adalah Deoksi Cholatesitrat Agar
DCA.
3
Gambaran koloni Shigella sp.pada media agar SS dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Hasil Inokulasi Koloni Shigella sp. pada Media SS
Sumber: Textbook of Bacteriology_Bailey Scotts Diagnostic Microbiology
2.1.4.2 Klasifikasi Shigella sp.
Shigella sp. memiliki struktur antigen yang kompleks, terdapat banyak tumpang tindih pada sifat serologik berbagai spesies dan sebagian besar
organismenya memiliki antigen O yang sama dengan basil enterik lain. Antigen O somatik Shigella sp. adalah hipopolisakarida. Spesifitas serologinya bergantung
pada polisakarida. Ada lebih 40 serotipe klasifikasi Shigella sp. berdasarkan karakteristik biokimiawi dan antigennya.
3,22
Klasifikasi ilmiah Shigella spp. sebagai berikut :
Kingdom : Bakteria Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae Genus : Shigella
Spesies : S. boydii S. dysenteriae
S. flexneri S. sonnei
Ditemukan spesies Shigella spp. diklasifikasi menjadi empat serogroup: Serogroup A: S. dysenteriae 12 serotypes
Serogroup B: S. flexneri 6 serotypes Serogroup C: S. boydii 23 serotypes
Serogroup D: S. sonnei 1 serotype.
32,33
Shigellosis berbahaya disebabkan oleh S. dysenteriae serotipe 1, S.sonnei menyebabkan bentuk penyakit paling ringan, sedangkan S. flexneri dan S. Boydii
dapat menyebabkan baik parah maupun ringan.
26
Data yang didapat di Australia, S. sonnei adalah spesies yang paling sering dilaporkan pada tahun 2010, yang
mewakili 55,6 dari semua infeksi Shigella.
28
S.dysenteriae serotipe 1 sangat langka di Australia.
34
Tiga kelompok Shigella spp. ini adalah spesies penyebab penyakit utama yaitu: S. flexneri adalah spesies yang menyumbang 60 dari kasus-kasus di
negara-negara berkembang, S. sonnei penyebab 77 kasus di negara maju dan 15 di negara-negara berkembang dan yang terakhir adalah S. dysenteriae
biasanya merupakan penyebab dari wabah disentri, terutama dalam populasi yang dibatasi seperti pengungsian.
35