4. Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perspektif Islam
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang didasarkan kepada; setiap agama menjadi tanggungjawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk
ibadat ritual dengan sistem dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi tanggungjawab pemeluknya, maka toleransi dalam pergaulan hidup antara umat
beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagaman pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak
seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat agama, toleransi hendaknya dapat
dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan ibadah
masing-masing tanpa adanya paksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga, baik dengan tetangga yang seiman maupun tidak seiman dengan kita. Sikap toleransi ini
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong menolong. Kita bersahabat dengan mereka, saling silaturahmi, menjalin kerja sama dan
sebagainya. Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing.
a QDB?b9c d
X
7A 7AB
O K e
H DB
fg Bh
i2 7AB
g jHk
OeHlm9 ,
n BCo O, H
7Ap7m 8
j N
Bh Co
-:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang- orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” QS. Al
Mumtahanah [60] : 8.
50
Dalam rangka membina kehidupan umat beragama dan membangun toleransi, ada tiga agenda besar yang memerlukan perhatian semua pihak. Pertama, meningkatkan
pemahaman keagamaan ummat bahwa misi agama adalah rahmatan lil alamin membawa rahmat bagi semesta harus dijabarkan secara luas. Jika ini diabaikan, tak
mustahil fanatisme religius yang sesungguhnya bernilai positif untuk membangkitkan semangat jihad berubah menjadi fundamentalisme radikal yang justru merusak sendi-
sendi toleransi kehidupan beragama. Kedua, memperbaiki suasana kehidupan masyarakat ke arah yang lebih adil, beradab dan demokratis. Ketiga, menghilangkan kelembagaan
agama secara berlebihan, yang pada gilirannya menghasilkan sikap eksklusif.
51
Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara
vertikal dan hubungan secara horizontal :
52
Pertama adalah hubungan antara pribadi dengan khaliknya yang direalisasikan
dengan bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Kedua
adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada orang
50
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993, h. 924.
51
Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Kompas, 2001, cet 1, h. 119.
52
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 14.
yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.
Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur. Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah ritual maupun dalam bentuk
peringatan ceremonial tidak hanya terbatas pada rumah-rumah atau tempat resmi masing-masing agama, tetapi juga pada tempat-tempat lain seperti di kantor-kantor dan di
sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari atasan atau kepala sekolah beragama lain yang bersangkutan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid,
terutama yang tidak seagama jika diperlukan hanya terbatas dalam membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, bukan ikut
menghadiri atau melaksanakan upacara ritual agama tertentu. Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama direalisasikan
dengan cara,
53
pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat,
setiap golongan umat beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai.
5. Toleransi antar Umat Beragama dalam Perspektif Kristen