Toleransi antar Umat Beragama dalam Perspektif Kristen

yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur. Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah ritual maupun dalam bentuk peringatan ceremonial tidak hanya terbatas pada rumah-rumah atau tempat resmi masing-masing agama, tetapi juga pada tempat-tempat lain seperti di kantor-kantor dan di sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari atasan atau kepala sekolah beragama lain yang bersangkutan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid, terutama yang tidak seagama jika diperlukan hanya terbatas dalam membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, bukan ikut menghadiri atau melaksanakan upacara ritual agama tertentu. Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama direalisasikan dengan cara, 53 pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat, setiap golongan umat beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai.

5. Toleransi antar Umat Beragama dalam Perspektif Kristen

Bagi umat Kristen dan Katolik, toleransi kehidupan intern dan antar umat sesungguhnya telah tercermin dalam panggilan gereja. Yang oleh gereja sendiri diberi batas. Khususnya bila gereja memihak salah satu golongan. Gereja sering terlalu puas diri dengan karya-karya sosial, yang bahkan dilakukan tanpa mengikut sertakan golongan 53 Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 16-17. lain, gereja memang dipanggil, tetapi tidak atau belum senantisa diintegrasikan dengan kenyataan kongkrit. Dalam rangka pendidikan dan pembudayaan kehidupan umat beragama dan membangun toleransi, menurut tokoh agama Kristen dan Katolik, ada lima pokok mendasar dari panggilannya. Pertama, fungsi agama, apa pun agamanya adalah menuntut atau membimbing manusia dalam merealisasikan keterciptaannya, dalam usaha manusia untuk hidup sesuai kodratnya Kedua, ia merupakan sarana bagi manusia agar dapat melakukan dialog cinta kasih dengan lebih mudah, lebih sempurna, memberikan kemudahan bagi manusia untuk membuat hidupnya berarti, bukan saja dengan petunjuk-petujuk-Nya, melainkan juga dengan kekuatan ilahi, sebutlah rahmat-Nya yang ada dalam agama itu. Ketiga, bilamana manusia menyeleweng agama akan memperingatkannya, “awas kamu berdosa”, “tindakanmu salah”, “kamu mesti minta ampun dan bertobat”. Keempat, orang yang hidup tanpa ikatan dengan satu agama, bisa terjadi bahwa lama kelamaan dia akan kehilangan komunikasi denga Tuhan. Kelima, mengkomunikasikan jalan keselamatan dan hidup yang kekal. 54 Umat Kristen mempunyai kitab Injil yang berisi berita suka cita tentang keselamatan serta hidup kekal dan sejati yang ditawarkan oleh Tuhan Allah kepada manusia berdosa melalui kehadiran dan penjelmaan-Nya di dalam diri Yesus Kristus. Tetapi keyakinan itu tida mesti dan tidak perlu membuat orang Kristen lebih selamat atau 54 Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Kompas, 2001, cet 1, h. 119. lebih unggul dari orang atau umat beragama lain, atau menilai bahwa agama dan keyakinan orang lain lebih rendah dari agama dan keyakinannya. 55 Umat Kristen membuang atau menjauhkan diri dari sikap arogan dan eksklusif dalam berinteraksi dengan saudara-saudaranya Muslim. Kiranya tidak lagi terucap dari mulut orang-orang Kristen kata-kata yang bernada cemooh dan merendahkan, entah menyangkut kitab suci, isi ajaran dan keyakinan, maupun menyangkut tokoh Islam. Umat Kristen perlu tetap menjaga jatidiri atau identitas, tanpa harus melecehkan agama umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap jelas identitasnya, ketimbang yang memperlihatkan watak kompromistis dan munafik. Karena itu – kendati tetap penting menghadiri acara-acara umat Islam, bila diundang, atau acara-acara yang bersifat antar-agama – orang Kristen tidak perlu ikut-ikutan dalam ritual Islam, misalnya mengucapkan doa dan melakukan gerakan-gerakan yang bersifat ritual. 55 Jan S Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, Jakarta Gunung Mulia, 2004, cet. 1, h. 605.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Institusi SMAN 79 Jakarta Selatan Sebagai Sarana Pendidikan dan Pengajaran

1. Sejarah Berdirinya

Sekolah Menengah Atas SMA Negri 79 merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini terletak di jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan. Keadaan lingkungan sekolah SMAN 79 berada di daerah pemakaman yang letaknya jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan umum, sehingga masih kondusif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung sehari-hari. Sekolah ini dibangun di atas areal tanah seluas + 2000. Sebelah Utara sekolah berbatasan dengan SDN. Sebelah Barat makam Menteng Pulo. Sebelah Selatan Apartemen Puri Casablanca. Sebelah Timur Kelurahan Menteng Atas. SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. Pada saat itu namanya SMAN 8 Filial, yang dimulai pada bulan Juli 1980. Pada saat itu banyak lulusan