4.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian Informan 1 : Muhammad Ali Akbar Syihab
Psikologis Komunikasi
Setiap anak memiliki psikologis komunikasi yang berbeda-beda, psikologi dan komunikasi merupakan dua ilmu yang saling berkaitan satu sama lain.
Komunikasi dapat dirangkum menjadi sebuah kegiatan bertukar informasi yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan mengubah pendapat atau perilaku manusia
lainnya, sementara itu perilaku manusia merupakan objek bagi ilmu psikologi. Kuranganya komunikasi akan mengahambat perkembangan kepribadian
seseorang, komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman manusia. Komunikasi didalam keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia. Informan pertama ini bernama Muhammad Ali Akbar Syihab dengan panggilannya “Ali”. Keluarga nya memilih berpisah pada
juni 2014 lalu, Ali merasa pada awal nya komunikasi antara kelurga nnya berjalan baik sebelum ada nya perceraian.
Ali: “Keluarga sebelumnya baik-baik
aja
. Ayah Ali memang jarang pulang karena nelayan jadikan pulangnya lama-lama.
Kadang
dua hari,
kadang
sampai juga seminggu. Jadi, kalau perkelahian dulu jarang terjadi. ayah Ali orang nya
gak
banyak
cakap
.
Gak
banyak cerita, jadi kalau ada hal-hal kecil yang menyebabkan pertengkaran cepat
ngatasinya
, karena
setau
ali dulu ayah Ali memang orangnya penyabar
.” Tidak hanya komunikasi yang baik didalam keluarga nya, masalah peran
didalam keluarga pun berjalan baik. Ayah nya seorang nelayan yang menurutnya mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga nya, ibu nya merupakan ibu rumah
tangga yang mengurusi dengan baik anak-anaknya. Hanya saja kakak dan abang- abang nya jarang ada di rumah sehingga mereka jarang berkomunikasi langsung
satu sama lain. Ali: “Kalau menurut Ali ya berjalan
lah
, padla. Ayah ali kerja cari duit sanggup lama-lama pulang ke rumah biar nanti kalau pulang bawa duit
banyak, maklum kami enam bersaudara jadi ayah ali harus ekstra kan, karena
mamak
Ali
pun gak
kerja
kek
ibu-ibu karir
gitu
,
mamak
Ali kan cuma ibu rumah tangga, paling
ngurusin
kami
lah
,
ngurusin
rumah walaupun kadang-kadang sering juga
ngurusin
tetangga
tertawa
. Bercanda ali. Ya, namanya juga
mamak-mamak
sering
begosip lah
ya kan. Ya, kalo abang Ali dia uda nikah, jadi
gak
ada dirumah. Kakak Ali, abang
Universitas Sumatera Utara
Ali yang satu lagi sama Ali sibuk juga sama kerja kami. Kakak Ali tu kerja di padang jadi jarang pulang. Abang Ali yang belum nikah di medan
kerjanya juga jarang pulang. Ali ya di medan
lah
, di kantor pajak tapi
cemanapun
Ali dari dulu sampai sekarang tetap diusahakan seminggu itu harus ada sekali pulang. Kalau adik-adik ali yang dua, Bunga sama Zahra
itu sibuk sama sekolahnya. Orang itu apa
lah
tau nya padla, cuma main- main
aja lah
masih SD. Jadi kalau menurut ali masalah peran dalam keluarga cukup
lah
berjalan
kek
keluarga-keluarga yang lain juga. Cuma nasibnya
aja
yang beda sekarang
”
Ayahnya merupakan seseorang yang tidak banyak bicara, komunikasi antara dia dan ayahnya hanya sebatas masalah pendidikannya selebihnya ia lebih
banyak bercerita dengan sang ibu ketika keluarga nya belum memutuskan untuk bercerai. komunikasinya dengan kakak dan abangnya juga tidak terlalu sering
karena terhambat dengan pekerjaan masing-masing, kedua adiknya juga tidak bisa diajak begitu aktif dalam berkomunikasi karena faktor usia, adiknya masih duduk
dibangku Sekolah Dasar SD. Ali: “Ali lebih dekat dulu sama
mamak
. Ya karena itu tadi, ayah Ali kan jarang pulang dan karena Ali juga kan anak laki-laki jadi jelas
lah
lebih dekat sama
mamak
daripada sama ayah Ali. Dulu
kalo mamak ga
ada satu jam
aja
di rumah
udah
heboh kali Ali cari-cari. Tanya abang, tanya kakak “
mamak
kemana”, tapi kalau ayah, kalau
gak
ada di rumah
udah
biasa.
Lagian gak
enak
kalo
mau cerita ke ayah, karena ya memang ayah Ali orangnya pendiam
gak
banyak bicara. Jadi ibaratnya kalau kita ngomong
gak
ada
feedback
nya
lah
. Cuma dulu Ali, ayah,
mamak
, kakak, abang, adik-adik Ali ya sering
lah
cerita-cerita. Kalau lagi ngumpul
ngomong- ngomong
juga. Ya
pinomat
ayah Ali
nanya
masalah sekolah kami
lah
. Walaupun
endingnya
“Oooh” dibilang ayah Ali, tapi setidaknya ada
lah
cerita kami sekeluarga itu ”
namun sekarang ini ketika keluarganya berpisah komunikasi nya dengan sang ibu tidak seperti dulu lagi, sementara komunikasi nya dengan sang ayah
masih tetap sama, hal ini terjadi karena Ali dan adik-adiknya tinggal di rumah bersama ayahnya sehingga jarang ketemu dan berkomunikasi dengan sang ibu.
Ali : “Ali dan adik-adik ali tinggal bersama di rumah ayah,
mamak
Ali tinggal tempat nenek. Karena kan mamak Ali yang minta cerai dan pergi
dari rumah, tapi ayah Ali tetap bagi
lah
bagian
mamak
Ali. dulu tempat
curhat
Ali
mamak
Ali, sekarang teman-teman
lah
. Kalau sama ayah tetap sama
kayak
dulu waktu orang tua belum cerai, ayah nelayan jadi jarang pulang, kalau
pun
cerita-cerita paling juga masalah sekolah adik atau kalau Ali atau adik-adik lagi sakit pertama ceritanya ke ayah dulu baru ke
mamak
”
Universitas Sumatera Utara
Jika komunikasi Ali dengan ayah nya masih baik dan komunikasi nya dengan sang ibu seolah ada jarak, berbeda pula komunikasi antara ayah dan ibu
nya, ia tidak bisa memastikan mengenai komunikasi kedua orang tua nya pasca bercerai, namun yang ia ketahui bahwa sudah tidak ada lagi komunikasi yang
terjadi antara ayah dan ibu nya setelah bercerai.
Ali : ‘“Kalau masalah komunikasi langsung ayah sama
mamak
ali
keknya gak
ada lagi
lah
, padla. Tapi
tak
tau
lah
kalau melalui sms atau telpon ya. Paling kalau
mamak
Ali kemari nanya kondisi ayah A li sama kami. “sehat
ayah kalian kan? ” paling
gitu lah
padla. Ayah ali pun bukan orangnya yang suka main-main
gadget kek
kita sekarang ini, suka ber
sms
ria,
ngabisin
pulsa buat nelpon. Ayah Ali
tak
masa
kek gitu
pula orang nya, bagus dia fokus ke laut, cari ikan
tertawa
. Tapi ya, kalau hubungan istilahnya
gak
ada
lah
dendam, benci atau apapun ya kan. Mereka tetap menjadi ayah dan
mamak lah
buat kami, walaupun
mamak
bagi ayah Ali
udah
bukan istri lagi ya kan melainkan mantan istri, tapi bagi Ali tetap
lah
dia
mamak
Ali, mana ada istilah mantan
mamak
ya kan .”
Banyak perubahan yang akan terjadi antara orang tua dengan anak- anaknya ketika memilih untuk berpisah, selain komunikasi dan perilaku,
bimbingan kedua orang tua bisa jadi berbeda antara keluarga masih utuh dan keluarga yang telah bercerai.
Ali: “Sekarang Ali lebih bebas
kek
nya padla. Mulai lebih dewasa juga semenjak ditinggal
mamak
. Dulu ya kan mau pakai baju
gonta-ganti
terserah, sekarang
aduh
pikir panjang, malas kali mau nyucinya
tertawa
. Kalau bimbingan dari ayah tetap sama yang penting
gak
macam-macam,
gak
ada
cewe
tidur dirumah, sama ayah yang penting kerja masih dalam keadaan bagus, Berteman juga sama yang bagus. Jangan sampai mabuk-
mabukan atau segala macam hal-hal diluar yang merusak masa depan
lah
padla .”
Awalnya bimbingan dari seorang ibu memang dirasakan begitu ketat oleh Ali, Ibu pun menjadi tempat cerita yang baik dan nyaman bagi Ali, Namun setelah
keluarga bercerai ali menjadi kan teman-temannya menjadi tempat untuk segala cerita-ceritanya.
Ali: “kalau Ali mau cerita-cerita, cerita apa
pun
itu sekarang ini ke teman- teman, sampai urusan
privasi
Ali,
kayak
masalah keluarga Ali cerita nya ke teman-teman. Kalau dulu Ali
ga
mau cerita ke teman-teman karena takut
ga
bisa jaga rahasia jadi ceritanya ke
mamak
dulu, kalau minta pendapat baru ke teman-teman. Tapi sekarang ini semua masalah Ali
cerita-in ke teman-teman, teman-teman dekat
aja
. Teman-teman yang tahu
Universitas Sumatera Utara
semua masalah Ali. Tapi
gitu
pun Ali tetap mau cerita-cerita juga sama
mamak
tapi
ga
banyak lagi,
udah
susah juga, sekarang
pun
Ali
udah
dapat nyaman nya cerita sama teman-
teman itu,” Ali sekarang menjadi lebih dekat kepada teman-temannya, dulu teman-
teman hanya dianggap sebagai tempat bersenang, sekarang menjadi tempat segala cerita hidupnya. Komunikasi nya dengan sang ibu pun mulai berkurang semenjak
keluarga memutuskan untuk bercerai, hal ini dimungkinkan karena jarak yang tidak sering ketemu lagi. Perasaan sedih merupakan suatu hal yang tidak mungkin
dipungkiri dari anak-anak
broken home.
Ali: “Sedih sama malu pasti
lah
waktu orang tua
milih
cerai. Sempat sedih juga, apalagi malu sama kawan-kawan kalau tahu orang tua ali
udah
pisah. Ali jadi kesal, sempat marah juga sama
mamak
kenapa minta cerai, sempat Ali diamin juga mereka, tapi namanya orang tua mana mungkin bisa
didiamin terus, lama kelamaan Ali jadi tahu ini yang terbaik” Perubahan sikap dalam berkomunikasi pun terjadi pada Ali, Ali pada
awalnya sempat mendiami kedua orang tua nya, namun lama-kelamaan hal itu tidak dilakukan lagi, karena tidak mungkin seorang anak mendiami kedua orang
tuanya dengan jangka waktu yang panjang. Tapi dapat dikatakan komunikasi nya yang awalnya termasuk dekat dengan ibu, sekarang memiliki jarak. Jarak tersebut
juga mempengaruhi sikap nya dalam kehidupan sehari-hari, jarak membuat ali dan sang ibu jarang ketemu dan berkomunikasi sehingga membuat perubahan
pada sikap ali terhadap kedua orang tua dan didalam kehidupannya sehari-hari. Ali
: “kalau masalah sikap, Ali sempat tertutup karena malu, jadi sempat
ga
mau ketemu sama teman-teman, kalau
ketemu
di jalan Ali malu kali. Marah juga sama
mamak
kenapa minta cerai, merasa jadi anak yang
ga
beruntung. Kalau sama
mamak
sama ayah perubahan sikap nya jadi
ga
dekat dengan
mamak
yang dulu nya tempat curhat sekarang
udah ga
lagi, tapi komunikasi tetap dijaga walaupun kadang-kadang seminggu cuma
sekali bisa nelpon. Sekarang jadi diri sendiri
ga
bergantung sama orang tua lagi”
Perubahan sikap pun tidak hanya terjadi terhadap kedua orang tuanya saja, ali merasa perubahan sikap yang kuat juga dirasakan dengan teman-temannya.
Ali: “kalau perubahan sikap sama teman-teman ada, Ali kan sekarang
udah
besar. Dulu waktu
mamak
Ali belum pisah, Ali termasuk orang yang
ga
bisa berkeliaran, kalau main-main sama teman diluar paling lama juga jam sebelas malam harus
udah
di rumah. Nanti kalau teman-teman
nginap
di rumah, jam sebelas
udah ga
bisa ribut-ribut,
kadang
kan kami suka
Universitas Sumatera Utara
main-main gitar, nama nya juga anak lajang tapi
mamak ga bolehin
ribut- ribut
gitu
. Tapi sekarang
ga
ada
mamak
lagi di rumah, kawan-kawan pada sering
nginap
,
kadang ga
terkontrol ribut nya, cuma Ali juga sering jaga- jaga, jangan sampai ribut-ribut kali, kasihan juga adik-adik. Sekarang lebih
bebas, terasa kebebasan itu, Ali bisa mau
nginap
ke rumah teman, mau kesana, mau kemari, boleh-boleh
aja
. Ayah juga jarang pulang, adik-adik juga
udah
terbiasa tidur sendiri- sendiri.”
Pengaruh keluarga
broken home
terjadi pada perubahan komunikasi dan sikap anak. Perubahan tersebut bukan hanya berdampak pada kedua orang tua,
keluarga maupun teman. Melainkan juga lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sikap seseorang. Bagaimana
seorang dari anak
broken home
menghadapi lingkungannya. Ali: “kalau hubungan sama lingkungan
gak gitu
kali
lah
padla. Kalau lingkungan nya baik ya ali mendekat, kalau lingkungan nya ali rasa buruk
ya ali
tak
mau terlibat. Ali bukan orang yang aktif di lingkungan rumah Ali ini, karena Ali rasa pun lingkungan disini
gak
aktif juga dalam melakukan kegiatan sosial, ya jadi nya tertutup juga kesempatan kita untuk berbuat
sosial kan karena lingkungan juga tidak berbuat. Tapi kalau ada sesuatu hal yang dibuat di lingkungan ini yang baik ya kalau sempat ali
pun
ikut
serta padla.”
Konsep Diri
Tidak hanya berpengaruh pada komunikasi dan sikap, konsep diri seorang anak bisa berubah ketika anak tersebut mengalami suatu masalah hidup yang
tertekan, termasuk anak-anak dari keluarga
broken home
ini. Banyak anak masih tegar mengahadapi keluarga
broken home,
namun tidak sedikit keluarga yang kecewa, sedih dan sebagainya ketika menghadapi keluarga
broken home
. Konsep diri seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia memandang diri nya sendiri,
penilaian itu terjadi awalnya dipengaruhi dari konsep atau penilaian orang lain terhadap dirinya. Seorang teman Ali yang bernama Satria, penulis jadikan sebagai
sumber yang dapat membantu penulis dalam penilaian nya terhadap sosok Ali. Sa
tria: “Menurut saya Ali berubah
drastis
, dari yang dulu saya kenal dia orang nya pemalu sekali sekarang menjadi orang yang banyak cerita. Tapi
orang nya mudah
suntuk
, suka marah-marah, suka merajuk juga tapi tetap
gentle
. Pintar anaknya, kalau dalam berteman kadang pelit juga, berhitungan tapi tetap baik, peduli dengan teman-teman yang susah. Kalau
untuk keluarganya Ali orang yang baik, sayang sama adik-adik nya. Ali sama saya cerita semua tentang masalahnya, orang nya terbuka, kalau ada
Universitas Sumatera Utara
masalah langsung cerita.
Oiya
, tapi sekarang dia masih tetap ada sifat-sifat pemalu, pemalu di depan
cewe
yang baru dia kenal, jadi kalau ketemu sama
cewe
wajahnya langsung merah
tertawa
. Tapi saya pribadi senang berteman dengan Ali walaupun orang nya berhitungan tapi tetap peduli,
kalau kami lagi ada masalah, dia mau bantu walaupun dia sekarang
udah
sukses tapi tetap baik,
ga
sombong. Selain pendapat dari salah seorang teman terdekat Ali, penulis juga
bertanya langsung dengan Ali mengenai konsep dirinya, siapa dia menurut penilaian dari dirinya sendiri.
Ali: “Ali orang nya pemalu, iya, pemalu kali tapi sama orang yang baru kenal. Kalau sama yang
udah
dekat ada “gila-gila” nya juga
tertawa
, terus Ali orang nya kalau ada masalah lebih suka diceritain dari pada di
pendam sendiri, kalau
udah
diceritain ada kepuasan pribadi. Ali juga orang nya pekerja keras, apa yang Ali mau Ali usahain harus bisa didapat,
sayang sama keluarga, Ali egois kadang suka marah-marah
ga
jelas kalau kata teman-teman, tapi menurut Ali, Ali kalau marah-marah pasti jelas
karena ada sebabnya. Berusaha untuk tetap bersikap baik, tidak sombong
lah
tapi orang tetap
aja
banyak bilang Ali sombong tertawa. Itulah Ali.” Ali menyatakan anak yang sayang dengan keluarga, rasa sayangnya
diungkapkan dalam bentuk perhatian, kasih sayang, dan lain sebaginya. Namun setiap anak merupakan sebuah kesulitan baginya dalam memposisikan dirinya
kepada kedua orang tua yang sudah berpisah, karena jarak bisa saja membuat seseorang semakin dekat maupun semakin jauh.
Ali: “ Ali biasa
aja
memposisikan diri Ali baik dengan
mamak
maupun dengan ayah. Ali yang sekarang tetap Ali yang dulu. Tetap jadi anak dari
ayah dan
mamak
Ali. Yang membedakan paling cuma sekarang ini Ali lebih tahu tentang ayah Ali
lah
daripada
mamak
Ali, karena jarak juga kan. Tapi
sebisa
mungkin memposisikan diri secara adil
lah
. Kalau ayah lagi butuh bantu ayah, kalau
mamak
lagi butuh bantu
mamak
.
Toh, mamak
maupun ayah
gak
pernah melarang Ali untuk dekat sama ayah maupun sama
mamak
. ”
Seorang anak kadang menjadi tertekan dalam memposisikan diri menjadi seorang anak dihadapan kedua orang tua nya yang telah berpisah, Namun Ali
tetap mampu memposisikan dirinya dihadapan kedua orang tua. Berbeda dengan cara dia memposisikan diri dengan teman-teman nya, Ali menyatakan sedikit
susah dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman yang memiliki keluarga yang utuh, Ali merasakan ada sifat malu yang mendalam ketika berada ditengah
keluarga teman-teman nya.
Universitas Sumatera Utara
Ali: “Ali malu sama teman-teman waktu tahu keluarga Ali cerai, tapi bukan cuma sama teman-teman
aja
padla, sama keluarga dari teman-teman Ali yang lebih malu, Ali merasa takut diberi pandangan buruk dari
keluarga-keluarga teman Ali tentang keluarga Ali, ada segan juga. Kadang-kadang
mamak
nya kawan-kawan Ali kalau Ali main ke rumah, orang itu nanyai tentang keluarga Ali kenapa bisa cerai, Ali malu
lah
padla” Berada ditengah teman-teman yang memiliki keluarga yang utuh juga
menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Ali karena keluarga temannya dianggap sebagai keluarga nya sendiri, namun perasaan sedih tetap dirasakan oleh seorang
anak yang tidak memiliki keluarga yang utuh layaknya keluarga-keluarga lain yang masih utuh.
Ali: “Iri, Sedih tapi senang juga
lah
. Iri karena keluarga Ali
tak
seperti mereka. Sedih karena orang tua
udah
pisah,
gak
sama-sama lagi. Ya senang karena keluarga teman-teman Ali, Ali
anggap
keluarga ali sendiri juga. Senang karena keluarga teman-teman ali masih utuh kan. Kalau
udah gak
utuh lagi sama
lah kek
Ali, jadi Ali
pun
pasti sedih juga.
Double
jadi sedihnya kalau
kek gitu
kan. ”
Enam bulan sudah Ali mengalami hidup menjadi anak yang berasal dari keluarga yang
broken home,
bukan
lah
waktu yang sebentar bagi Ali dalam membiasakan diri untuk hidup jauh dari ibu nya.
Ali: “Belum juga. Sampai sekarang Ali masih merasa utuh
lah
. Masih ada ayah,
mamak,
abang, kakak sama adik-adik Ali. Yang
beda
Cuma
mamak udah gak
tinggal di rumah lagi. Kalau abang sama kakak, Ali
udah
biasa, orang itu kan memang jarang pulang sibuk sama kerjaannya
.” Perasaan dan penilaian Ali pun sekarang ini berubah dari seorang anak
yang manja menjadi sosok anak yang mandiri, perubahan itu terjadi karena faktor usia maupun sejak keluarga nya telah bercerai sehingga membuat ali harus
mandiri dalam menyikapi kehidupannya. Ali :
“Berbeda pasti
lah
padla. Dulu masih kekanak-kanakan, sekarang
udah agak
dewasa
lah
menghadapi hidup. Mungkin ada hikmah di balik kejadian, tetap bersabar, bersyukur juga. Ambil hikmah dari setiap
kejadian. Kalau disuruh deskripsikan tentang Ali ya Menurut ali, ali orangnya yang penting disiplin, terbuka dan apa adanya dan juga
menerima segala masukan yang sifatnya membangun dan ali juga sering menyampaikan pendapat ali dengan baik namun ali orangnya
gak
mudah juga menerima kritikan karena menurut ali kritikan itu ada yang sifatnya
membangun dan ada yang tidak. ”
Universitas Sumatera Utara
Walaupun sempat tertekan, sedih dan merasa malu terhadap masalah yang terjadi didalam keluarganya, Ali merupakan anak yang mampu bertahan,
walaupun pada awal nya sulit bagi Ali dalam menerima kondisi ini, Ali tetap bangkit dan sekarang Ali merupakan mahasiswa yang berprestasi, Ali lulus di
Sekolah Tinggi Akutansi Negara pada tahun 2011 selama satu tahun dan berhasil meluluskannya pada tahun 2012, sekarang Ali telah bekerja di kantor pajak kota
Medan. Dengan begitu, walaupun berasal dari anak
broken home,
Ali tetap pernah menerima pujian-pujian dari orang lain atas prestasi-prestasinya.
Ali:
“Sikap Ali ketika menerima pujian dari orang lain itu ya senang
lah
pasti, karena itu kan merupakan keuntungan bagi kita berarti apa yang kita lakukan mendapat
respond
yang baik dari orang dan kita juga diakui keberadaan kita bagi orang lain ya kan dan pujian yang kita peroleh itu
juga dijadikan sebagai batasan bagi kita juga
lah
agar kita tidak sombong, bisa dikatakan pujian itu sebagai benteng bahwa
tak
selamanya pujian itu membuat kita tinggi hati tapi juga sebagai memotivasi diri kita menjadi
lebih baik lagi. Pujian itu bagi Ali hanya sebagai awal, istilahnya
Triger
agar kita lebih baik lagi kedepannyalah
gitu
. ”
Selain pujian terdapat juga berbagai kritikan, ternyata Ali tidak mudah menerima semua kritikan dari orang lain.
Ali :
“Ali
gak
mudah
nerima
kritikan, padla. Jika pun Ali di krikitik. Ali
bakal
lihat itu kritikan sifatnya membangun atau tidak. Intinya kritik itu Ali saring dulu
lah
padla, apakah kritik itu betul-betul bersifat membangun atau tidak.
nah
, kalau kritik itu memang bersifat membangun dan baik bagi Ali ya ali terima, namun kalau kritik itu sifatnya hanya sekedar
menjatuhkan mental kita dan apabila Ali betul-betul yakin yang Ali lakukan itu benar namun di kritik orang itu salah ya ali abaikan
aja
kritikan itu tadi padla. ”
Keterbukaan diri
Konsep diri sangat mempengaruhi dalam keterbukaan diri seseorang. Ketika Ali mengalami suatu masalah didalam keluarga Ali memiliki konsep
dirinya, begitupun dengan keterbukaan dirinya, baik itu keterbukaan dengan keluarga, teman-teman maupun dengan lingkungan.
Ali: “kalau sama keluarga, khususnya sama
mamak
sama ayah, Ali jadi tertutup padla, Ali
ga
banyak cerita lagi sama
mamak
sama ayah. kalau
Universitas Sumatera Utara
sama ayah kan memang dari dulu cerita sekedarnya
aja
, kalau sama
mamak ga
terbuka
kek
dulu lagi,
kadang
mau juga cerita tentang pacar tapi sesekali juga, dulu suka Ali deskripsikan orang-orang yang dekat sama
Ali, sekarang
ga
lagi. Kalau ada masalah
pun
, kalau sama orang tua
ga
juga mau cerita,
ga
mau nambah beban mereka
lah
, Ali juga bisa
lah ngadapi
masalah Ali tanpa orang tua lagi, Ali sekarang jadi lebih terbuka, lebih bebas juga sama teman-teman Ali, karena mereka juga tempat Ali
sekarang ini cerita-cerita kalau lagi ada masalah, berbagi cerita, tapi kalau sama lingkungan, lingkungan Ali juga pasif jadi
ga
ada juga yang bisa Ali sumbang kan kalau di lingkungan”
keterbukaan diri seseorang tentunya di lihat dari keterbukaannya dalam pergaulan, apakah seorang anak memiliki banyak teman atau tidak, memiliki
perilaku yang bebas dan negatif atau sebaliknya. Ali: “kalau dalam pertemanan ya tentu Padla, Ali memang orang yang
memilih-milih dalam berteman. Mana teman yang baik dan mana teman yang tidak. Bukan berarti juga menutup kemungkinan untuk tidak
berteman dengan orang yang tidak baik.
” Selain itu, penulis meminta sekali lagi kepada Satria selaku teman Ali
mengenai pendapatnya terhadap keterbukaan diri Ali dalam berteman dan menceritakan masalah-masalahnya.
Satria: “semua masalah Ali saya tahu. Dari mulai masalah keluarganya bercerai, masalah
cewe
yang dekat dengannya, masalah teman-teman yang tidak disukainya, masalah pekerjaannya, saya tahu semua nya, Ali
termasuk sering cerita dengan saya.
Kalaupun
Ali
ga
cerita, saya yang bertanya
selaku
teman, mungkin
aja
dia malu kan menceritakan “aib” nya tapi saya tetap
korek
dan memberikan pendapat yang jangan sampai menyinggung nya tetapi tetap terbaik untuknya. Tapi Ali termasuk orang
yang susah juga mendengar saran dari kita, di iya-in tapi
ga
dikerja-in. Keras sama
bandel
juga.” Ali memang termasuk orang yang sering menceritakan masalah nya
kepada teman nya, namun bukan semua temannya melainkan teman dekatnya saja. Hubungan pergaulan ali dengan teman-temannya yang lain yang dirasakan
tidak akrab hanya sekedar sapa-menyapa aja. Ali: “kalau dibilang teman memang Ali banyak, tapi teman dekat cuma
empat orang: Hasan, Muis, Satria dan Haris. Sama orang itu
aja
yang mau cerita, kalau sama yang lain ya sekedar tegur-sapa
lah
padla. Kadang Ali juga cepat lupa orang nya, nanti ada yang
negur
Ali,
kadang
Ali
ga
ingat itu siapa, rupa nya ditengah jalan baru tahu,
Oiya
, teman SD yang itu tadi,
gitu
”
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan Kasus :
Dampak dari keluarga
broken home
membuat psikologis komunikasi, konsep diri dan keterbukaan Ali berbeda. Komunikasi antara Ali dan ibu nya yang
awal nya akrab menjadi tidak akrab, hanya berkomunikasi sekedar menanyakan kabar, sementara dengan ayah cukup mambaik dikarenakan Ali tinggal satu
rumah dengan ayah nya, dengan komunikasi yang seolah berjarak seperti itu membuat sikap Ali tertutup terhadap kedua orang tua nya, Ali lebih sering
bercerita dengan teman-teman akrabnya dan mendapatkan kenyamanan bercerita dengan teman-temannya dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Sementara
konsep diri Ali berubah drastis yang awalnya manja sekarang manjadi sosok anak yang mandiri, seorang anak yang pemalu menjadi aktif dalam berbicara, namun
Ali memiliki sikap yang egois dan suka marah-marah, hal ini mungkin dikarenakan kurang nya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua sehingga
merasa suka diperhatikan dan dilibatkan, jika tidak dia akan tetap ego dan marah- marah, walaupun pada masalah yang kecil menjadi masalah besar bagi nya,
namun dilihat dari sikapnya dalam menerima pujian dan kritikan orang lain bisa dikatakan sebagai konsep diri positif, karena mengahadapi pujian dan kritikan
secara kritis. Sementara itu, keterbukaan diri nya tertutup dan cenderung tidak memperhatikan lingkungan, hanya terbuka dengan teman-teman dekat saja,
karena Ali merupakan orang yang memilih-milih dalam berteman.
Informan 2 : Mulyani
Psikologis Komunikasi Dalam Keluarga
Keluarga Mulyani atau sering disapa dengan Imul ini memiliki orang tua yang mandiri, namun sering bertengkar sehingga membuat ayah dan ibu nya
memilih untuk berpisah pada tahun 2009. Imul : “Baik-baik
aja
walaupun sering bertengkar memang.
Pas
mau pisah juga baik-baik
aja
nya. Ibu aku orang nya mandiri, bapak ku pun orangnya mandiri, jadi pisah ini pun masih bisa orang itu hidup. Kami
pun
anak- anaknya mandiri. Apalagi ini aku pun
uda
punya keluarga sendiri. Adik aku pun mandiri, jadi
tak
masalah sama perpisahan orang tua. Memang ini yang terbaik.”
Universitas Sumatera Utara
Kedua orang tuanya memilih jalan berpisah dengan baik-baik saja membuat Imul tegar dalam menghadapi perpisahan kedua orang tua nya. Ayah
dan ibu nya merupakan sosok yang tidak memiliki banyak cerita begitu pun ia dan adik-adik nya dalam kehidupan sehari-hari.
Imul : “Kalau aku, adik aku juga
tak masa
orang yang banyak-banyak
cakap
. Ada perlu baru
cakap
.
Pas
mau minta uang untuk keperluan
yaudah
minta. Kalau bapak sama ibu aku memang sering bertengkar. Memang orang itu
tak
banyak cerita tapi sekali bertengkar
ngeri
, habis barang-barang di rumah. Bapak ku orangnya tegas, keras, ibu ku termasuk
egois, jadi kalau
uda
bertengkar susah. Maka nya ini yang ku bilang keputusan yang baik. Kami pun
tak
mau juga lihat orang tua pisah tapi kalau sering bertengkar kan lebih bagus pisah
aja
. Tapi pisah nya baik- baik. Keluarga pada tahu. Aku pun sama adik ku
tak
ada masalah sama perpisahan ini, dari dulu pun ku bilang sama ibu pisah
aja
kalau terus-terus bertengkar,
lagian
kami
udah
pada dewasa,
udah
bisa
lah
hidup mandiri,
udah
bisa
ngerti
juga. Keluarga pun pada
ngerti
. Keluarga pun
ga
ada masalah, setuju-setuju
aja yaudah
cerai. Karena memang
tak
bisa lagi orang itu bersatu, terakhir ibu aku yang minta cerai, bapak ku pun mau.”
Imul mengatakan bahwa keluarga nya bukan termasuk orang-orang yang banyak bicara, meskipun sering terjadi pertengkaran namun menurut nya peran
didalam keluarga tetap berjalan meskipun ia tidak dapat memberikan penilaian baik atau buruknya peran didalam keluarga nya sebelum kedua orang tua
memutuskan untuk bercerai. Imul: “Baik tidak nya
tak
tau
lah
. Ibu aku kan punya jualan, bapak aku bantu ibu di kedai tu. Aku pun dulu sering kesana, bantu disana, adik ku
pun juga. Kedai kami kan dari pagi sampai malam buka jadi ibu sama bapak hampir seharian-an disana. Terkadang malu nya di kedai pun
bertengkar juga, ku rasa karena memang dua-dua nya
capek
,
tak
ada yang mau
ngalah
. Tapi kalau dibilang baik, bisa juga
lah
. Karena kan orang tua masih memenuhi kebutuhan keluarga. Kami pun anak-anak nya sekolah
lancar, walaupun aku berhenti ditengah jalan
pas
kuliah kemarin. Tapi setidaknya SMA lulus
lah
, adik ku pun si Yuni kuliah, mudah-mudahan dia tidak
kayak
aku.” Pasca orang tua nya bercerai, Imul merasakan hal yang biasa ketika kedua
orang tua nya sudah bercerai. Sang ibu telah menikah lagi tetapi ia tidak terlalu menyenangi pernikahan ibu nya dengan ayah tirinya tersebut, sementara sang
ayah sekarang ini belum menikah tetapi ia mengetahui bahwa ada sosok perempuan yang sedang dekat denga ayah nya sekarang ini.
Universitas Sumatera Utara
Imul : “Aku rasa biasa
aja
.
Gini-gini
juga. Cuma ibu aku nikah lagi ku rasa pun tambah beban
aja
ibu aku nikah lagi tapi karena dia memang mau nikah
tak
mungkin kami larang. Bapak ku belum nikah lagi, cuma
se-tahu
aku sekarang ada perempuan yang lagi dekat sama bapak ku, kemarin dikenalkan sama kami. Aku
tak
masalah orang itu pada mau nikah,
apalagi
sekarang kan aku juga
uda
berkeluarga jadi lebih fokus
ngurusin
keluarga aku
aja
dulu.” Komunikasi antara Imul dan kedua orang tua nya tetap sama, Imul adalah
sosok anak yang tidak terlalu banyak bicara dan termasuk sosok anak yang tertutup dalam menceritakan masalah-masalahnya.
Imul : “aku orangnya
tak
banyak
cakap
sama bapak, sama ibu aku,
kayak
kawan-kawan aku yang lain dulu ku lihat kan cerita-cerita dari mulai cerita masalah sekolah sampai masalah pacarnya pun cerita dia sama ibu nya
sama bapak nya, kalau aku
ogah lah
. Kalau
tak
ada yang penting
tak
mau cerita
lah
. Ibu sama bapak ku pun jarang juga
nanya
,
tak
suka juga aku kalau orang itu terlalu banyak tanya, kalau aku ada masalah,
tak
bisa ku atasi baru aku cerita, tapi
selagi
aku masih mampu
ngatasi
masalah itu
tak
mau aku cerita. Memang dari dulu aku
kayak gitu
orang nya. Pernah
lah
dulu, aku waktu SMP berantam sama kawan sekelas laki-laki sampai masuk kantor kan,
tak
ada ku cerita kan sama ibu ku, ibu ku tahu nya dari kawan-
kawan aku.” Imul mengatakan sosok anak yang tertutup sehingga komunikasi antara ia
dan ayah nya pasca bercerai biasa saja, ia memang lebih banyak bercerita kepada ibu daripada sang ayah karena ia sekarang tinggal bersama ibu nya, sementara
dengan sang ayah ia hanya bertemu kapan ia mau dan bisa saja. Berbeda pula dengan komunikasi antara ayah dan ibu nya, pasca bercerai, ia mengatakan bahwa
komunikasi ayah dan ibu nya tidak ada lagi, apalagi sekarang ibu nya telah mempunyai suami yang baru. Sempat terdengar oleh nya bahwa kedua orang tua
nya ingin rujukan kembali sebelum ibu nya menikah lagi, namun sampai ibu nya menikah lagi hal itu tidak terjadi. Bahkan sekarang ini sudah tidak pernah ayah
dan ibu nya berkomunikasi lagi. Imul : “Komunikasi, kalau sekarang
tak
ada lagi
lah
. Ibu aku pun
uda
punya suami sekarang, marah nanti suaminya kalau dia masih berhubungan sama bapak ku. bapak ku pun lagi dekat sama perempuan.
Cuma pernah juga waktu beberapa tahun pisah sebelum ibu ku nikah lagi, bapak ku ada juga ke kedai sempat bantu-bantu juga, ku dengar pun ada
rencana mau rujukan lagi, mau bersatu lagi. Tapi itu
lah
kalau memang
tak
Universitas Sumatera Utara
di izini
tak
bakalan jadi. Ya memang
tak
jadi orang itu nikah lagi, memang bukan yang terbaik kalau orang itu bersama.”
Walaupun ayah dan ibu nya telah berpisah, namun bimbingan dari orang tuanya tetap sama bagi diri nya. Namun, sekarang ini bimbingan penuh hanya
didapat dari suami nya. Imul : “Kalau ditanya bimbingan orang tua dari dulu sampai sekarang ku
rasa bimbingan bapak sama ibu ku sama
aja
kayak orang tua yang lainnya. Bagus-bagus menjaga anak-anaknya, biar mereka susah yang penting anak
jangan sampai ikut-ikutan susah juga. Walaupun bapak sama ibu aku
udah
pisah orang itu tetap mau tahu
lah
sama anaknya. Apalagi kan sekarang aku
udah
ada suami jadi suami aku
lah
yang bimbing aku. Tapi aku masa orang nya yang
tak
mau
diketatin
, aku suka kebebasan, semakin aku
diketatin
semakin bandal aku. Jadi orang tua aku pun dulu termasuk membebaskan anak-anaknya tapi itu kembali ke diri aku lagi
lah
, harus bisa menjaga kepercayaan orang tua tadi, suami aku pun sekarang
tak
pernah ketat sama aku, aku mau pergi-pergi
tak
pernah dilarang yang penting urusan rumah selesai, anak tidak
terbengkalai
, kalau mau pergi- pergi harus jujur pergi kemana, sama siapa jangan bohongi suami sendiri.
Istilahnya kita dipercayai untuk diberi kebebasan, jadi kita harus jaga kepercayaan orang itu sama kita.”
Imul merupakan anak yang tegar dan tidak terlalu menjadikan perpisahan kedua orang tua nya sebagai hal terburuk didalam hidupnya, ia menganggap
bahwa perpisahan ini merupakan jalan yang terbaik bagi kedua orang tua nya, hanya perasaan malu yang ia rasakan ketika menerima kenyataan bahwa keluarga
nya harus berpisah. Imul : “Paling malu
lah
. Tapi sama
aja
kalau
pun
belum cerai, sering juga bertengkar malu juga,
apalagi
kalau bertengkarnya di kedai, banyak orang. Sedih, iya
lah
sedih tapi itu pun sama juga. Orang tua sama pun kalau bertengkar tiap hari sedih juga kan. Jadi memang ini yang terbaik nya.
Malu sama sedih nya
pas
awal
aja
. Malu sama teman kalau tahu orang tua ku
uda
cerai, terus selebihnya sampai kemari
udah
biasa
aja
.
Udah
lebih enak pun
pas
pisah. Karena kan
udah tak
ada lagi pertengkaran, perkelahian. Walaupun
udah
pisah, aku masih bisa ketemu bapak ku, ibu ku. Jadi lebih enak juga. Paling adik ku
lah
si Yuni kemarin tu waktu cerai bapak sama ibu ku nangis kali dia,
histeris
mungkin karena dia memang anak terakhir jadi
gitu
kali. Tapi kalau aku
sih udah
bisa
ngerti
.” Namun apapun ceritanya ketika orang tua telah memilih untuk berpisah,
seorang anak harus tetap menjadi sosok “anak” baik bagi ayah maupun ibunya. Begitu juga dengan Imul, bahkan sekarang ini Imul harus mampu memposisikan
Universitas Sumatera Utara
dirinya menjadi seorang anak bagi ayah dan ibu nya serta menjadi seorang istri bagi suami dan seorang ibu untuk anaknya.
Imul : “Sekarang ini aku harus bisa memposisikan diri kapan aku jadi seorang anak, kapan aku jadi seorang istri, kapan aku jadi seorang ibu,
kapan aku jadi seorang kakak. Jadi kalau aku
ketemu
sama bapak, sama ibu ku ya memposisikan diri ku sebagai seorang anak sama
kayak
aku dulu. Aku tak pernah benci sama orang tua, cuma benci sama keadaan
aja
.”
Selain komunikasi yang tertutup antara imul dan kedua orang tuanya, imul juga merupakan sosok yang tertutup dengan teman-temanya, hal ini disebabkan
jarak. Teman-temannya banyak yang bekerja di luar maupun yang sudah menikah sehingga
mengurusi hidup
masing-masing. Namun
berbeda dengan
lingkungannya, imul tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangga nya serta cukup aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungannya.
Imul : “Teman-teman yang dulu nya dekat sekarang
udah tak
dekat lagi. Jarak membuat semuanya berubah.
Lagian
kawan-kawan ku banyak yang jauh-jauh jadi
tak
pernah ketemu
udah
sibuk
ngurusin
rumah tangganya masing-masing,
ngurusin
masa depannya masing-masing. kalau sama tetangga bertegur sapa.
Tak
suka bertengkar juga. Kalau ada yang pesta ikut
rewang
, jadi, kalau kita pun buat acara tetangga-tetangga pada bantuin. Kalau sama lingkungan masih bisa jaga hubungan yang baik. aku
termasuk aktif dalam lingkungan. Walaupun aku
udah
berkeluarga tapi kalau disini ada buat-buat acara aku ikut serta
selagi
masih mampu dan banyak
aja
teman-teman, anak-anak gadis disini
ngajak
aku, karena memang disini remaja nya sedikit, banyak yang merantau, aku pun kan
masih gadis juga jadi tetap diajak. Aku pun
tak
ada kerja tetap, jadi bisa ikut serta juga, suami pun
tak
melarang apalagi kalau memang acara itu bermanfaat”.
Konsep Diri
Walaupun imul tegar dalam mengahadapi perpisahan kedua orang tuanya, namun dimata suami nya imul merupakan sosok yang suka murung dan mudah
mengeluarkan air mata. Penulis meminta suami dari imul yang bernama Eza dalam memberikan penilaiannya terhadap Imul istri nya.
Eza : “dia tu memang
tomboy
tapi
cengeng
juga, dari mulai pacaran sampai sekarang masih
hobby nangis
tapi
nangis
nya diam-diam memang, kalau ditanya
ga
mau jawab, kadang juga kita
ga
tahu apa yang ditangisi nya. Tapi dia kalau jadi ibu lembut sama si kecil, kalau jadi istri cerewet
Universitas Sumatera Utara
kalau jadi anak
ga
banyak cerita dia, berubah-berubah gitu orang nya, sulit ditebak”
Tidak hanya sebatas penilaian suami nya, penulis juga meminta pendapat sang ibu dalam meberikan penilaiannya tentang imul untuk mengetahui seperti
apa sosok seoarang imul. Ibu : “dia pendiam kalau sama ibu
tak
mau cerita banyak, dulu sering bertengkar sama adik nya. Dia itu macam laki-laki sifatnya. Kalau sama
ibu jarang cerita kami, cerita paling tentang kalau dia ada masalah
ngurusin
anak nya baru tanya ibu, kalau dia ada sakit tentang kita perempuan baru cerita sama ibu.
tak
jadi anak yang banyak
cakap
dia. Kalau
nangis
waktu kecil sering ibu lihat kalau
begadoh
sama adiknya, kalau sekarang pernah juga kadang ibu lihat mata nya bengkak, merah
seperti orang
nangis
” Setelah berbagai penilaian yang dipapaparkan dari orang terdekat imul,
agak sedikit berbeda dengan penilaian imul terhadap dirinya, ia memang mengaku anak yang tertutup tetapi tidak mengakui kalau dia suka menangis seperti yang
dibilang oleh suami dan ibu nya. Imul : “Aku orang nya mungkin ada
kayak
ibu sama bapak ku, pemarah suka marah-marah. Kadang memang hal yang kecil pun mau aku jadi
marah besar. Aku tak suka kalau kerja tu lambat-lambat, jadi kalau suami ku nanti mandi lama, makan lama suka aku marah, tapi suami aku
memang pendiam,
ngalah
juga. Aku pun kadang kalau dia yang marah aku yang diam. Saling-saling menjaga
lah
. Kalau ditanya soal suka
nangis
aku orang nya
ga
suka
nangis lah
, jarang
lah
”
Imul tetap merasakan penilaian yang sama tentang dirinya dari dulu sampai sekarang keluarga telah berpisah hanya saja ia merasa ia menjadi anak
yang lebih bebas ketika kedua orang tua nya bercerai. Imul : “kalau dulu sama sekarang sama
aja
yang
beda
“kebebasannya” itu. Dulu sebelum orang tua aku cerai aku bebas, memang
lah
waktu ku banyak di kedai, arti bebas nya paling bebas berteman, ibu sama bapak ku
tak
pernah melarang aku mau berteman sama yang ganteng, sama yang cantik, sama yang kaya, sama yang miskin, sama
aja
itu semua. waktu
uda
h cerai bebas juga.
Malah
lebih bebas lagi. Aku jarang ke kedai karena aku lebih sering di rumah kemarin, adik ku si Yuni yang di kedai kalau
kami dua-duanya di kedai aku sering berantam sama dia.
Pas udah
nikah pun aku bebas tapi bebas nya masih dipantau suami juga, istilahnya kalau
aku mau kemana-mana
tak
pernah dilarang yang penting baik-baik. Memang dulu bapak kalau mau berteman boleh tapi masalah pacaran
Universitas Sumatera Utara
masih ngelarang, tapi waktu
udah
sama ibu, ibu lebih dewasa
tak
masalah mau pacaran yang penting tahu jaga diri. kalau dulu bapak marah kali dia
kalau anaknya pacaran padahal kan kita
udah
dewasa juga. Waktu mau nikah
aja
kan bapak sama ibu udah cerai, bapak sempat
tak
setuju tapi kasi pemahaman kalau aku memang
uda
h sanggup,
uda
h mampu, suami ku pun
udah
kerja, jadi bisa
lah
bangun rumah tangga, walaupun sekarang tinggal di rumah ibu karena di rumah anak nya
cuma
tinggal aku, si Yuni udah di Aceh.”
Selain kebebasan yang dirasakannya, menurut imul, ia juga merupakan orang yang jarang bersedih, namun pasti pernah memiliki kekecewa-an tersendiri
apabila sebuah permintaannya ditolak oleh orang-orang disekelilingnya. Imul : “Kecewa karena aku orang nya jarang minta. Jadi kalau ada sekali
permintaan aku
tak
dikasi pasti kecewa. Kalau pendapat atau saran aku yang di tolak diam
aja lah
. Tapi suatu saat kalau misalnya pendapat aku tu terbukti betul, bagus kedepannya aku marah-marah kenapa
tak
didengar pendapat aku itu.”
Selain itu karena sifatnya yang tertutup membuat imul menjadi sosok yang tidak percaya diri juga apabila menerima sebuah kritikan tentang diri nya dan ia
juga menyatakan orang yang selalu mendengar kritikan orang lain dan termasuk sering mendapat kritikan dari orang-orang disekitarnya, berbeda dengan pujian ia
merupakan orang yang jarang menerima sebuah pujian. Imul : “Aku orang nya tak PD padla, tak percaya diri. Aku kalau
udah
sekali di kritik langsung
lah
masuk ke hati. Semua kritikan orang ku terima memang. Misalnya, penampilan aku di bilang orang jelek walaupun
baju itu baru ku beli, kalau
uda
h di kritik jelek
tak
mau lagi ku pakai baju itu. Kalau pujian senanglah. Siapa juga orang yang
tak
senang kalau di puji. Tapi aku jarang pula di puji. Suami ku pun masa orang nya bukan
yang romantis
gitu
, suka
kayak
suami-suami lain
muji-muji
istrinya.
Keterbukaan diri
Keterbukaannya dengan keluarga dengan teman-temannya memang berbeda, imul merupakan orang yang tidak memilih-milih dalam berteman,
dahulu dia juga memang lebih senang cerita ke teman-teman nya. Imul : “Siapa pun ku temani kalau dalam berteman. Lebih enak cerita itu
sama mereka.
Tak
ada aku
milih-milih
yang penting orang itu mau berteman sama aku. Ini ku rasa semenjak aku
udah
nikah, taman-teman
Universitas Sumatera Utara
yang lain juga
udah
pada nikah
udah payah
mau ketemu teman-teman. Tapi kalau dulu semua ku temani lebih banyak pun kawan aku laki-laki
daripada perempuan, orang bilang aku memang
tomboy
. Tapi memang ku rasa lebih enak berteman itu sama laki-
laki.”
Namun seiring berjalannya waktu, jarak pun mempengaruhi hubungan kedekatannya dengan teman-teman nya yang dulu. hubungan antara dia dengan
teman-temannya tidak dekat seperti dahulu lagi. Imul: “Teman-teman yang dulu nya dekat sekarang
udah tak
dekat lagi. Jarak membuat semuanya berubah.
Lagian
kawan-kawan ku banyak yang jauh-jauh jadi
tak
pernah ketemu
udah
sibuk
ngurusin
rumah tangganya masing-masing,
ngurusin
masa depannya masing-masing. Cuma
sekedar nanya
kabar
gitu aja
.
Udah tak
pernah lagi pun ketemu sama kawan- kawan sekarang ini, aku pun sekarang lebih suka di rumah
aja
kalau ada teman yang datang ya senang aku pun
tak
ada kerjaan, jadi di rumah terus.”
Karena jarang ketemu dengan teman-temannya lagi, imul pun menjadikan suami tempat bercerita segala masalah hodup nya sekarang ini, namun ia
mengatakan tidak semua juga hal-hal yang dialami didalam keluarga nya di ceritakan kepada suami nya.
Imul : “Kalau sekarang ini sama suami. Dulu sama kawan-kawan. Sekarang sama suami. Tapi tidak juga semua. Misalnya, ada masalah
keluarga
tak
semua bisa ku ceritakan sama suami. Kalau dulu memang apapun masalah keluarga, keluarga bertengkar pun aku cerita sama kawan
yang ku percaya. Memang aku masih cerita sama suami ku tapi masih ada juga yang ku jaga, tak semua ku ceritain, apalagi masalah keluarga ku, aku
tak
mau juga suami ku beri penilaian buruk sama keluarga aku.
Gitu
pun sama ibu ku, aku
tak
pernah sama sekali cerita-cerita masalah keluarga ku sama ibu ku. suami ku pilihan ku jadi jangan sampai ada penilaian buruk
dari ibu ku ke suami ku. iya, aku menjaga
lah
yang terbaik buat keluarga ku.”
Dilihat dari keterbukaannya dengan teman-teman, memang imul dahulu menjadi anak yang terbuka. Namun berbeda dengan keterbukaannya dengan
suami ibunya atau ayah tirinya. Ibu nya sekarang menikah lagi, namun sampai sekarang imul belum bisa menerima kehadiran ayah baru nya itu. Komunikasi
antara dia dengan ayah tiri nya pun jarang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Imul : “Ibu ku nikah lagi. Aku susah mau dekat sama orang. Tergantung orang nya juga.
Kayak
suami ibu ku aku jarang
cakap
sama dia. Dia
tak
ada kerja nya, bantu ibu ku di kedai kadang minta di gaji,
tak
suka pun aku dia
kayak
gitu. Tapi memang dia sama ibu ku
nampak
cocok, nanti ibu ku marah-marah,
merepet
dia
ngalah
, diam
aja
. Memang tak sering berantam orang iu. Tapi kalau aku
tak
dekat. Bapak ku pun baru-baru ini ada
ngenalkan
perempuan
tak pala
suka juga aku, sombong
gitu
ku lihat. Tapi kan yang terpenting orang baru itu bisa membahagiakan ibu sama bapak
ku. kalau kami
selagi tak
buat ibu sama bapak ku sedih kami terima-terima
aja lah
. Tapi aku memang
tak
dekat sama suami ibu ku dari mulai nikah sampai sekarang. Adik ku Yuni masih mau
manggil
dia ‘Bapak’. Aku tidak
lah
.
Tak
pernah ku panggil-panggil.
Tak
pernah
ngomong
.”
Imul sekarang memang satu rumah dengan ayah tiri nya, hal ini terjadi karena imul tetap tinggal di rumah ibu nya walaupun ia sekarang sudah menikah.
Imul memilih tempat tinggal bersama ibu nya karena ia masih dalam tahap menabung bersama suami nya dalam mengumpulkan uang untuk membuat rumah
kecil mereka. Imul : “Sama suami, sama anak di rumah ibu, sama suami ibu juga
lah
disini. Tapi kalau setiap
weekend
, hari jumat, sabtu, minggu pergi ke rumah mertua di Pakam sama suami. Suami kan juga kalau
weekend
libur jadi bisa pigi, Sebelum aku nikah memang kami ikut sama ibu semua,
kami tinggal di rumah ni
lah
. Bapak ku pun ada juga nya rumah nya di Ujung pasar. Aku sama adik ku ikut ibu biar bisa bantu ibu di kedai tapi
sekarang dia
udah
ada suami sama suami nya
aja
dia ke kedai. Aku pun sama suami memang ada juga rencana buat rumah tapi masih ngumpul-
ngumpul uang
lah
, di rumah ini juga pun kalau
tak
ada aku
tak
ada yang jaga. Ibu ku pagi sampai malam di kedai sama suami nya, suami ku pun
sore baru pulang, jadi aku sama anak ku disini.” Selain hubungannya dengan teman-teman dan keluarga nya, hubungannya
dengan tetangga pun tetap baik dan masih bisa menjaga keharmonisan dengan tegur sapa. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan di
lingkungannya, ia termasuk orang yang aktig dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungannya, meskipun ia sudah berumah tangga ia tetap bisa
beraktivitas di lingkungan luar. Imul : “Baik. Sama tetangga bertegur sapa.
Tak
suka bertengkar juga. Kalau ada yang pesta ikut
rewang
, jadi, kalau kita pun buat acara tetangga- tetangga pada bantuin. Kalau sama lingkungan masih bisa jaga hubungan
yang baik, kalai lingkungan aku aktif. Walaupun aku
udah
berkeluarga
Universitas Sumatera Utara
tapi kalau disini ada buat-buat acara aku ikut serta
selagi
masih mampu dan banyak
aja
teman-teman, ana-anak gadis disini ngajak aku, karena memang disini remaja nya sedikit, banyak yang merantau, aku pun kan
masih gadis juga jadi tetap diajak. Aku pun
tak
ada kerja tetap, jadi bisa ikut serta juga, suami pun
tak
melarang apalagi kalau memang acara itu bermanfaat”
Kesimpulan Kasus :
Imul merupakan anak yang tertutup sehingga komunikasi nya dengan kedua orang tua menjadi tertutup, ia merupakan anak yang tidak terlalu banyak
berkomunikasi dengan ayah maupun ibu nya apalagi dengan ayah tiri nya. Semenjak keluarga nya berpisah imul merupakan sosok anak yang semakin
tertutup karena tidak terlalu banyak bercerita baik dengan ayah dan ibu nya tentang masalah-masalah nya. Bukan hanya kepada kedua orang tua, imul pun
termasuk istri yang tertutup dengan suami nya, walaupun banyak hal yang ia ceritakan kepada suami namun ia mengatakan masih ada hal-hal yang
dirahasiakan, begitu pun ketika sang suami mengatakan bahwa imul terkadang suka menangis tanpa alasan menggambarkan bahwa imul seorang anak yang
tertutup. Dilihat dari konsep Johari Window mengenai keterbukaan diri terdapat sisi tersembunyi yang ada didalam diri imul, dimana orang lain suami dan ibu
nya menyatakan bahwa imul merupakan orang yang sering menangis bersedih namun imul sendiri tetap mengakui bahwa ia adalah orang yang tegar dan jarang
menangis, ia seolah menutupi sifat sedih nya itu. Hal ini dikarenakan mungkin adanya sifat murung dari seorang anak
broken home
. kepribadiannya ia termasuk semi ekstrovert, aktif didalam kegiatan luar, namun susah untuk mengenal orang
baru, ia masih suka dengan kesendirian dan menutupi segala masalah-masalah nya.
Informan 3 : Zaitun Khamariah
Psikologis komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Zaitun Khamariah atau sering disapan dengan raya ini merupakan anak yang termasuk dalam broken home pada usia nya 17 tahun tepat nya tahun 2010
lalu. Raya mengatakan bahwa pertengkaran kedua orang tua terjadi karena faktor ekonomi, turunnya pendapatan dari hasil jualan mereka yang dulu termasuk padat
sekarang mengalami penurunan menjadi penyebab utama pertengkaran kedua orang tua , namun raya mengatakan bahwa omunikasi kedua orang tua pada awal
nya baik-baik saja. Raya: “Dulu baik. Keluarga kami kan dulu waktu kakak
awak
ke Malaysia termasuk senang, jualan pun isi nya padat,
awak
pun
tengok
lah
lumayan
banyak pakai emas. Dulu senang
lah
. Tapi tiba kakak
udah
pulang, nikah pulak dia bisa dibilang bangkrut. Itu
lah
akhir-akhir sering
begadoh
. Mungkin karena isi jualan
tak kayak
dulu lagi, dikit isinya, yang beli pun
ga
ada, yang jualan banyak. Keluarga mengharapkan makan dari sini. Itu karena
udah
sering bertengkar terus terkahir
mamak awak
yang minta cerai. Ayah
awak
apa lagi yang mau dibuatnya, memang sering bertengkar tapi ayah
awak ga
mau juga cerai tapi karena
mamak awak
yang minta- minta, diterima
lah
.
Gitu
kejadiannya, karena ekonomi tadi
lah
padla.”
Selain komunikasi kedua orang tua nya yang berjalan dengan baik, peran didalam keluarga nya juga termasuk baik, kedua orang tua saling membantu, sang
ayah memiliki usaha jualan Kios sementara sang ibu menjadi ibu rumah tangga dan juga membantu sang ayah menjaga jualan tersebut.
Raya: “Kalau peran kami, ayah
awak
yang jualan tapi mamak pun bantu juga
lah
. Kalau ayah
awak
pun, kalau
ga
ada
mamak
mau juga bantu-bantu. Saling membantu
lah
kami.
Awak
pun dulu bukan cuma sekolah
aja
kan atau main- main
aja
, bantu-bantu juga
lah
di kedai.
Kadang mamak
sama ayah tidur siang,
awak
jaga jualan, kalau dulu main-main nya sore. Pokok nya saling- saling membantu.”
Raya termasuk anak yang pada awal nya dekat dan manja dengan sang ayah daripada dengan ibu nya, ia mengatakan bahwa lebih enak bercerita dengan
sang ayah, ia bercerita dengan sang ibu hanya sekedar nya saja. Raya:
“
Sekedar
komunikasi
gitu aja
.
Awak
masa dekat sama ayah, termasuk manja sama ayah. mau minta-minta, cerita-cerita memang enak
nya sama ayah. kalau sama mamak
gimana
ya, nyambung nya sama
mamak
kalau
becakap
tentang masakan
aja lah,
lebih enak.” Sekarang memang ayah dari raya telah meninggal dunia, namun dulu
sewaktu ayah nya masih hidup pasca bercerai ia tetap menjalin komunikasi yang
Universitas Sumatera Utara
baik dengan sang ayah walaupun tidak rutin seperti dulu lagi, berbeda dengan sang ibu, komunikasi nya dengan sang ibu semakin akrab, semakin dewasa usia
nya ia merasa semakin nyaman bercerita dengan sang ibu, hal ini juga terjadi karena raya memang tinggal bersama ibu nya sehingga lebih rutin berkomunikasi
dengan sang ibu daripada sang ayah. Raya: “Kalau sama
mamak
lebih dekat apalagi sekarang
udah
besar
mamak lah
tempat cerita,
udah
mulai
terasa
enak
ngomong
sama
mamak
. Kalau sama Ayah dulu paling
gitu aja
kan kalau rindu datang tempat nenek ketemu ayah
yaudah ngomong-ngomong
tapi sekarang
udah ga
bisa lagi
lah
kan, ayah juga
udah ga
ada lagi. Rindu sama ayah.” Ia sekarang ini hanya sering berkomunikasi dengan sang ibu, apalagi
sekarang ayah nya telah meninggal dunia sehingga tak akan lagi ada komunikasi antara raya dengan ayah nya. Namun ketika ayah nya masih hidup, raya
mengatakan cukup sering juga berkomunikasi dengan sang ayah walaupun tidak serutin berkomunikasi dengan sang ibu.
Raya: “Kalau sama
mamak
lebih dekat apalagi sekarang
udah
besar
mamak lah
tempat cerita,
udah
mulai
terasa
enak
ngomong
sama
mamak
. Kalau sama Ayah dulu paling
gitu aja
kan kalau rindu datang tempat nenek ketemu ayah
yaudah ngomong-ngomong
tapi sekarang
udah ga
bisa lagi
lah
kan, ayah juga
udah ga
ada lagi. Rindu sama ayah.” Ketika komunikasi antara raya dengan sang ibu semakin dekat pasca
kedua orang tua nya bercerai, berbeda dengan komunikasi antara ayah dan ibu nya. Ia mengatakan bahwa kedua orang tua nya tidak pernah komunikasi apalagi
ketemu, ibu nya bukan merupakan sosok yang suka keluar-keluar rumah dan ayah nya pun tidak pernah lagi datang ke rumah mereka. Ibu maupun ayah nya juga
tidak pandai menggunakan media komunikasi, seperti handphone, dan sebagai nya.
Raya : “Awak rasa
ga
ada
lah
orang itu komunikasi-komunikasi.
Cemana
mau komunikasi,
ketemu aja ga
pernah,
mamak
ku di rumah
aja
,
Handphone
, segala macama nya ayah sama
mamak
ku
ga
pakai, ayah ku pun bukan pernah ke rumah lagi. Paling aku sama kakak ku
sesekali
main tempat nenek
pengen
jumpa ayah.
gitu-gitu aja
. Nanti ayah juga kadang
nanya gimana
kabar
mamak
, nanti
mamak
pun kalau kami
udah
pulang juga
nanya
“sehat ayah kalian”
gitu
. Kalau langsung orang itu komunikasi
ga
ada padla. Namanya juga
udah
cerai
cemana
mau komunikasi- komunikasi, bukan
mamak
sama ayah
awak
canggih,
megang handphone aja ga
pandai.”
Universitas Sumatera Utara
Sebelum sang ayah meninggal dunia, raya mengatakan bahwa hubungan antara kedua orang tua nya tetap berjalan baik meskipun tidak pernah
berkomunikasi, namun pihak keluarga tetap menjalin hubungan yang baik antara keluarga sang ayah dengan ibu nya. Masih ada rasa peduli antara ibu dan ayah
nya, bahkan ketika sang ayah sakit dan masuk ke rumah sakit, keluarga sang ayah tetap mengabari ibu nya dan sang ibu pun masih mau menjaga ayah nya di rumah
sakit walaupun hanya beberapa hari saja, hal ini termasuk bentuk kepedulian sang ibu dengan ayah nya.
Raya: “Kalau hubungan orang tua,
mamak awak
yang tinggal di rumah, jualan ini pun
udah
sama kami
lah,
ayah
awak
dulu tempat nenek, tempat
mamak
nya. Walaupun
udah
cerai, waktu ayah
awak
semalam sakit-sakit kan tetap
mamak awak
yang datang,
sempat
juga
mamak
jagain di rumah sakit. Tetap peduli
lah
.” Selain hubungan yang baik antara pihak keluarga, raya juga tetap menjaga
hubungan yang baik antara ia dengan ayah nya. Ketika ia sedang rindu ia datang ke rumah nenek nya untuk bertemu dengan ayah nya. Ia mengatakan bahwa lebih
tertekan ketika sang ayah meninggal daripada bercerai, yang sampai sekarang membuat ia merasa bersalah terhadap dirinya sendiri ialaha ketika ia tidak bisa
melihat wajah terakhir sang ayah ketika meninggal, karena waktu itu ia sedang bekerja di Malaysia dan tidak diizinkan untuk pulang. Hal itu yang membuat raya
sekarang ini tidak ingin bekerja di luar, karena ia tidak ingin hal itu terjadi lagi Raya: “Kalau cerai biasa ya, padla,
awak
yang paling sedih sampai sekarang ini waktu ayah
awak ninggal. Awak ga dikasi
pulang. Merasa bersalah sama diri sendiri. Padahal itu
lah
terkahir kali
awak
bisa lihat ayah
awak
kan. Maka nya itu
lah awak ga
mau lagi balik ke malaysia, kerja diluar yang jauh-jauh
awak ga
mau lagi
lah
, walaupun gaji nya besar. Bagus
awak
disini sama
mamak awak
, cukup juga nya, kami tetap bisa makan, padla.”
Ia tetap menyayangi sosok ayah nya yang sempat menjadi tempat ia
bermanja, walaupun ia mengatakan bimbingan dari sang ayah nya telah berkurang tidak seperti dulu lagi namun ia yakin walaupun ayah nya jauh tetapi pasti tetap
memantau anak-anak nya. Raya: “Kalau bimbingan dari ayah jelas berkurang, karena memang
ga
ketemu setiap hari
kayak
ketemu sama
mamak
.
Mamak
lah yang bimbing kami, karena kan sama
mamak
kami tinggal nya. Tapi
cemana
pun ya
Universitas Sumatera Utara
namanya orang tua walaupun jauh, dekat sama
aja
pasti tetap memantau anak-
anaknya.” Raya memang merasakan bimbingan dan komunikasi dengan ayahnya
semakin berkurang pasca perceraian kedua orang tua nya, namun ia tetap merindukan ayah nya. Namun karena jarak sehingga ia sekarang ini menjadi lebih
dekat dengan sang ibu. membuat ia menjadi sosok anak yang berbakti dengan ibu, di hidup nya ia ingin membanggakan ibu nya karena ia tinggal bersama ibu dan
lebih mengetahui susah-senang nya hidup bersama ibu. ia merasa jika kehidupan ayah nya dulu telah aman karena sang ayah tinggal bersama nenek nya, berbeda
dengan sang ibu yang memenuhi kebutuhan nya bersama dengan ia dan adik nya. Raya: “
Pengen
jadi anak yang berbakti sama
mamak
kalau sekarang ini. kalau waktu
udah
cerai,
awak
memang lebih dekat sama
mamak awak
, karena
mamak awak
yang biayai
awak
dulu sekolah
pas
akhir-akhirnya, adik
awak
pun tanggungan
mamak
, kalau ayah kan dia tinggal sama keluarga nya, sama
mamak
nya, sama nenek
awak
jadi
awak
rasa aman
lah
. Yang dipikirkan lebih ke
mamak
.” Ia mengatakan ketika kedua orang tua bercerai, ia sempat merasakan malu
dengan teman-teman sekolah nya yang waktu itu ia duduk di kelas dua SMA. Maka nya ia memutuskan ketika tamat sekolah ia langsung bekerja ke luar.
Raya: “
Awak
pergi ke Malaysia itu padla karena
awak
malu dulu orang tua cerai.
Awak
kan
udah
besar padla, kawan-kawan pun pada
nanya
, maka nya
awak
mau ke luar
lah
dari kampung ni, sebenar nya
awak
paling
ga
suka kerja-kerja di luar
gitu
apalagi ke Malaysia, dulu
awak
anti kali padla lihat TKW-TKW Tenaga Kerja Wanita-
Tenaga Kerja Wanita itu.”
Konsep Diri
Raya merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Jarak nya usia nya yang cukup jauh dengan adik nya membuat ia sempat menjadi anak terkahir dan
dimanja oleh keluarga nya. Raya: “Anak
mamak
ku empat orang, abang ku, kakak ku, aku sama adik ku. aku anak ketiga, beda ku sama adik ku
lumayan
jauh, sekarang adik ku masih kelas empat SD Sekolah Dasar, dulu aku sempat jadi anak
terakhir, jadi sempat dimanja juga sama
mamak
, ayah. kakak ku pun dulu suka manjain aku kali. Apalagi abangku
ga
boleh keluar lebih dari sejam langsung dicari-cari. Abangku termasuk ganas juga tu, ketat kali
lah
dulu. Aku dulu yang paling ku takuti abang ku itu
lah
.
Udah
SMA pun aku tetap
Universitas Sumatera Utara
penuh pengawasannya, semenjak
udah
punya anak,
udah
berkurang
lah
ganas nya, dulu ganas kali tu.” Raya mengatakan bahwa awal nya ia merupakan sosok anak yang sangat
pemalu. Sehingga teman-teman seri ng menggelar nya dengan sebutan “wak
onyum” karena bawaan diri nya yang pemalu dan suka senyum-senyum. Begitupun ketika keluarga bercerai, perasaan malu yang sangat mengahantui raya,
terutama malu dengan teman-teman sekolah nya. Raya: “Aku umur 17 tahun. Itu waktu aku kelas dua SMA. Maka nya malu
nya sama teman-teman SMA, tapi orang itu juga bisa
ngerti lah
, Banyak- banyak sabar
aja
padla,
gimana
lagi kan. Pasrah
lah
. Tapi kalau tentang perasaan
campur-aduk
, sedih, suntuk, malu luar biasa malu nya padla. Namanya juga waktu
mamak
ku pisah, aku kan
uda
h termasuk besar juga waktu SMA kemarin, malu kali
lah
sama kawan-kawan, tahu orang itu
mamak
awak cerai kan.
Nangis-nangis
pasti padla. Namanya juga perceraian, sesabar-sabarnya pun pasti
lah
sedih kan sebagai anak. Waktu
udah
cerai kawan-kawan pada
nanya
, malu
lah
. Kalau sama tetangga
ga gitu
kali malu nya karena tetangga
udah
dianggap saudara,
malahan
tetangga, saudara yang
nguatkan
kami.” Dulu ia memang merupakan sosok anak yang pemalu, berbeda dengan
sekarang ini, ia mengatakan bahwa ia sekarang lebih mengenali kehidupan. Manis-pahit nya kehidupan telah ia lalui, mulai dari ia manja dan dituruti semua
keinginannya sampai kedua orang tua nya bertengkar dan mengalami perceraian serta meninggal nya sang ayah dan ia pun tidak bisa melihat kepergian ayah nya
untuk terakhir kalinya, semua telah ia lalui, semakin bertambah nya usia semakin ia berusaha untuk menjadi anak yang lebih kuat lagi.
Raya: “
Awak
orang nya pemalu. Kalau perubahan ada
lah
, sekarang lebih dewasa jalani hidup. Dulu waktu orang tua belum cerai emang
awak
orang nya manja, suka-suka hati
lah
di rumah. Kalau sekarang namanya juga
uda
h besar kan jadi lebih dewasa, lebih tahu sulitnya orang tua itu. Kalau dulu apa permintaan harus diikuti kalau
ga
dituruti membanting-banting karena manjanya. Ayah pun orang nya manjain
awak
, sakitnya waktu awal-awal cerai itu rindu kali sama ayah, nangis-nangis sama
mamak
suruh ayah pulang kesini, sampai mau pingsan
nangis
pengen ketemu ayah tapi
gak
dikasi
mamak
,
awak
pun mau ke tempat nenek malu kali mau keluar, padahal
udah
kelas dua SMA waktu itu. Jadi perlahan sekarang mulai
ngerti lah
sama hidup ini, dari mulai orang tua cerai sampai ayah meninggal semua nya beban hi
dup tapi harus tetap dijalani.” Ia memang sudah tegar dan kuat dalam mengahadapi perceraian keluarga.
Raya yang awal nya malu dengan perceraian kedua orang tua, sekarang ini sudah
Universitas Sumatera Utara
bisa menerima perceraian kedua orang tua nya tersebut. walaupun demikian, ia mengatakan ia belum bisa mnerima kenyataan bahwa ayah nya telah meningga
dunia, hal itu dirasakan raya karena ada nya rasa penyesalan yang mendalam atas tidak ahadir nya ia ketika sang ayah meninggal dunia.
Raya: “Kalau dibilang terbiasa dengan kondisi keluarga yang
udah
cerai aku
udah
bisa bersikap biasa. Tapi kalau sama keadaan sekarang ini aku belum
lah
terbiasa, dulu cerai masih bisa ketemu ayah tapi sekarang
udah
beda lagi kondisi nya,
udah
lebih parah. Kalau dulu walaupun cerai,
ga
satu tempat tinggal tapi awak masih bisa cerita, ketemu sama ayah, kalau sekarang, kalau rindu sama dia mana bisa ketemu lagi. Yang paling
awak
sakit kan memang ayah
awak
meninggal
awak ga
ada,
ga
bisa lihat dia terakhir kali nya. Sakit kali
lah
disitu. Waktu tu kan
awak
di Malaysia, minta cuti karena ayah
awak
meninggal
ga
dikasi, sakit kali
lah
pad. Maka nya sekarang ni
awak ga
mau lagi kalau kerja jauh-jauh. Tinggal
mamak
yang awak punya, diminta-minta jangan
lah
sampai
kayak gitu
lagi.” Walaupun raya sudah terbiasa dengan perceraian yang terjadi terhadap
keluarga nya namun raya tetap merasakan kesedihan ketika berada diantara teman-teman yang memiliki keluarga yang masih utuh, tidak hanya seedih, rasa iri
pun terkadang sempat ia rasakan. Raya: “Kalau
gitu
sedih padla, cemburu, itu
lah
paling. Karena kan
nengok
keluarga yang sempurna itu keluarga yang orang tua nya lengkap, jadi kalau
nengok
orang tua dia lengkap, orang tua kita
ga
lengkap sedih, pengen
kayak
orang itu juga, punya orang tua lengkap.”
Sekarang raya telah menjadi anak yang berbeda dengan dahulu, ketika ia mengatakan bahwa dulu ia merupakan anak yang manja dan semua
permintaannya harus diberi dan jika tidak ia marah-marah, sekarang ia mengatakan bahwa ia lebih bisa menerima jika permintaannya ditolak. Namun ia
berbeda dengan pendapat, ketika ia mengeluarkan pendapat dan pendapat nya ditolak ia mengatakan tetap mempertahankan pendapat nya tersebut.
Raya: “Kalau permintaan ditolak saling-saling mengerti
lah
, mungkin permintaan kita terlalu berlebihan atau tidak baik jadi bisa dimengerti
juga, walaupun kadang sedih juga kalau ada permintaan kita yang ditolak kan. Tapi bisa
lah
dibicarakan baik-baik. kalau pendapat, setiap pendapat yang
awak
keluarkan pasti yang terbaik kan, bukan pendapat yang asal- asal, jadi kalau pendapat ditolak, kita harus mandiri, harus tetap
dipertahankan.”
Universitas Sumatera Utara
Raya sama dengan orang lain, senang ketika dipuji namun tidak untuk pujian yang berlebihan. Ketika ia dipuji ia lebih senang memikirkan dan
menganalisis pujian tersebut, apakah pujian tersebut memang sesuai dengan situasi dan kondisi nya.
Raya:“Tergantung pujian nya padla. Kadang ada pula orang yang
membongak
, dibilang nya
awak
cantik, padahal
awak
belum mandi, rambut kusut, jelek kali
lah
dibilang orang pula cantik. Nanti
awak
gemuk dibilang orang kurus,
awak
bau dibilang orang wangi, kadang kalau yang
ga
betul dipuji nya tersinggung juga, marah-marah juga. Tapi kalau memang yang betul dipuji nya,
awak
uda mandi pakai baju baru, cantik, dibilang orang
awak
cantik,
awak
bangga
lah
. Tergantung pujiannya juga. Kadang kalau dipuji berlebihan malu juga. Tergantung
lah
. Orang memuji kita karena memang dia suka sama kita atau
ga
.” Begitupun ketika ia mendapatkan kritikan, ia akan memilih-milih apakah
kritikan itu baik atau tidak. Ketika kritikan itu benar ia akan mendengar nya, namun ia tidak terlalu suka dengan orang-orang yang mengkritik diri nya.
Raya: “Setiap manusia pasti ada dikritik hidupnya kan, kalau kritikan nya betul, misalnya, ada yang bilang jelek aku pakai baju ketat karena aku
gemuk ya itu kan betul, jadi aku terima.
Awak
kalau dikritik orang bukan marah tapi malu padla. jujur, sebenarnya
awak
paling
ga
suka sama kritikan-kritikan orang, kadang yang mengkritik
ga
lebih bagus dia dari
awak
, dia pula coba-coba mau kritik
awak
, geram nengok orang yang
kayak gitu
, tapi kalau yang kritik memang orangnya bagus, yang dikritik pun betul ya awak terima-terima
aja lah
.” Selain penilaian raya terhadap diri nya, penulis pun meminta adik nya
widya yang berusia 11 tahun untuk memberikan penilaian terhadap kakak nya, penulis meminta penilaian adik nya, karena penulis menganggap widya
merupakan salah satu orang yang sekarang ini dekat dengan raya dan cukup mengetahui sosok seorang raya.
Widya: “kak raya baik kak, cantik. Suka marah-marah juga kak. Nanti
merepet aja
kerja nya. Dulu dia suka
berkeliaran
kak, sekarang di rumah
aja
. Dulu suka berdandan sekarang
ga
kak.”
Keterbukaan Diri
Ketika perceraian didalam keluarga nya terjadi, Raya tinggal bersama ibu dan adik nya. Kakak dan abang nya sekarang ini sudah menikah dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
rumah sendiri namun tetap sering ke rumah ibu nya, sementara ayah nya tinggal di rumah nenek nya.
Raya: “Dengan
mamak
. Abang
awak
sama kakak
udah
nikah,
udah
punya rumah masing-masing tapi hampir setiap hari juga kesini. Kakak ipar, istri
abang jualan nasi depan rumah.
Awak
sama adik
lah
disini. Awak
lah
sekarang yang
nerus
kan jualan ini.
awak
yang belanja, yang jaga jualan. Dulu waktu
awak
ke Malaysia, kakak
awak
yang ngurusin jualan ni tapi karena sekarang
awak udah
balik, balik lagi
lah awak
yang ngurusin jualan.
Lagian
kakak ku pun
uda
h mengandung lagi, jadi susah
lah
kalau disuruh jaga jualan. Kalau
mamak
mana bisa lagi mau belanja-belanja ke pajak, udah payah, Kadang jalan aja pun dia udah susah.”
Raya tinggal bersama ibu nya, karena rumah tempat mereka tinggal
biasanya diserah kan kepada sang ibu dan anak-anak nya, raya mengatakan lebih enak tinggal bersama sang ibu daripada ayah, raya merasa lebih nyaman tinggal
bersama ibu nya. Raya: “Karena rumah diserahkan sama
mamak
, kami pun anak-anak pada mau ikut
mamak lah
. Karena kan biasanya memang kalau orang cerai ikut nya ke
mamak
. Kalau sama ayah mau dimana kami tinggal.
Lagian
susah juga kalau sama ayah, memang lebih enak sama
mamak lah. Lagian awak
dari mulai kecil
udah
disini,
udah
betah tinggal disini, disuruh pindah pun
awak ga
mau
lah
.” Orang tua raya memang tidak ada yang menikah lagi. Pasca bercerai, ibu
nya tetap sendiri hidup bersa,a mereka begitu pun sang ayah, ddari awal bercerai sampai meninggal dunia ayah nya tetap sendiri. Raya pun mengatakan bahwa ia
tidak menyetujui apabila diantara kedua orang tua nya ada yang menikah lagi, raya sekarang ini bisa terima apabila kedua orang tua nya memutus kan untuk
bercerai namun belum terima apabila ada diantara mereka yang mau menikah lagi, ada rasa malu tersendiri bagi raya apabila menerima ayah maupun ibu tiri didalam
hidup nya. Raya: “Aku pun
ga
setuju
lah
kalau orang itu nikah lagi. Dulu waktu ayah ku hidup, ada juga dengar yang dekat sama ayah tapi
awak ga
setuju, marah-marah, ku bilang sama ayah sama
mamak, awak ga
mau kalau ada yang nikah lagi diantara orang itu.
Ga
bisa
awak nerima
ibu tiri atau bapak tiri,
lagian
kan kalau misalnya ayah nikah lagi pasti kan
mamak
ada juga
lah
sedih nya,
gitu
pun kalau
mamak
yang nikah lagi pasti ayah ada juga sedihnya kan. Memang dari awal
mamak
mau cerai
udah
awak bilang sama
mamak
, kalau mau cerai boleh tapi jangan nikah lagi, malu
lah
. Sampai sekarang pun kalau orang itu seandainya ada yang nikah lagi, malu
lah
.
Ga
pun orang itu nikah, masih bisa anak-anaknya hidup, adik ku pun
Universitas Sumatera Utara
masih bisa sekolah.
Ga
mau
aja
kalau ada yang nikah lagi. Tapi memang Alhamdulillah
lah
,
ga
ada yang nikah lagi sampai ayah ku menghembuskan nafas terakhir. Kalau
mamak
ku, aku tahu
mamak
ku, dia
ga
ada pikirannya mau nikah- nikah lagi.”
Walaupun orang tua telah bercerai raya tetap bisa menjalin hubungan dan komunikasi dengan sang ayah walaupun tidak dekat seperti dulu lagi, berbeda
dengan hubungan nya dengan teman-teman dekat nya, ia merasa bahwa sekarang ini ia tidak memiliki teman-teman dekat lagi seperti dulu ketika waktu SMA,
sekarang teman-temannya ada yang diluar dan ada juga yang sudah menikah, raya pun sekarang ini sudah tunangan sehingga tunangan nya tersebut lah yang
menjadi teman paling dekat nya saat ini. Raya: “Kalau kawan dekat kali
ga
ada. Dulu waktu sekolah banyak padla. Sekarang siapa
lah
kawan dekat
awak
. Tunangan
awak lah
padla. Tunangan
awak
itu cowok
awak
, abang
awak
sekalian juga teman dekat
awak
.
Awak
mau cerita sama dia karena dia pun orang yang mau tahu tentang masalah
awak
. Sekarang susah cari kawan apalagi kawan dekat, kawan untuk susah tapi kalau kawan senang-senang banyak. Awal nya
ga
kenal sama
awak
kalau
udah
diajak senang-senang semua nya mendekat
ga
perlu
awak
cari- cari lagi.”
Raya merasa sekarang ini susah untuk mencari teman. Ia bukan sosok anak yang suka memilih-milih teman, terkadang ia merasa orang yang enggan untuk
berteman dengan nya. Raya: “Sekarang susah cari kawan padla.
Awak bekawan ga
mau milih- milih. Semua pun dikawani, kadang orang yang mau
awak
kawani belum tentu mau
bekawan
sama awak.”
Walaupun sekarang raya mengatakan susah mencari teman dan ia mengatakan tidak ada lagi teman-teman dekat nya seperti waktu dia SMA dulu,
raya tetap menjaga hubungan yang baik dengan teman-teman nya yang dulu, raya mengatakan situasi dan kondisi yang membuat mereka menjadi tidak dekat lagi
seperti dulu. Raya: “Kalau hubungan masih tetap dijaga sampai sekarang. Walaupun
kami
udah
sulit mau jumpa, susah
lah
karena sebagian ada yang kuliah, ada yang kerja keluar ada yang udah nikah juga. Tapi tetap dijaga
hubungan itu. Dalam hidup ini kita butuh teman, sedih kalau
ga
punya teman. Kalau ada acara kan kita butuh tamu, orang itu
lah
yang mengisi acara tadi.”
Universitas Sumatera Utara
Raya mengatakan bahwa dulu ia termasuk orang yang sering meminta pendapat-pendapat teman-teman nya tentang apa yang ingin ia lakukan, banyak
pendapat yang raya dengar kan namun tidak semua di terima nya, sekarang ini keluarga dan tunangan nya tempat ia meminta pendapat terhadap segala yang ia
lakukan. Raya: “Dulu pernah. Sekarang sama keluarga, sama tunangan kalau mau
minta pendapat. Dulu sama kawan-kawan sekolah. Misalnya, mau beli ini, mau beli itu minta pendapat orang itu, kalau sekarang minta pendapat
keluarga, minta pendapat tunangan
lah
yang sering. Tapi kadang-kadang banyak pendapat, pening juga kepala. Kalau misalnya sesuatu yang
memang
pengen awak
buat
ntah
mau pangkas
ga
mau juga
awak
minta pendapat orang itu, memang penting kan tapi nanti ada yang setuju, ada
yang
ga
setuju terakhir
ga
jadi, padahal
awak pengen
. Jadi minta pendapatnya tergantung hal apa yang mau kita minta pendapatnya. Kalau
memang butuh pendapat baru minta, kalau bisa ambil keputusan sendiri
yaudah
ambil
aja
langsung, resiko nya tanggung sendiri.” Pasca perceraian orang tua, raya memang memiliki hubungan yang
semakin dekat dengan sang ibu, namun ia menjadikan orang lain tuangan nya menjadi tempat cerita nya sepenuh nya, hal ini dilakukan karena ia merasa bahwa
tunangan nya yang mau tahu sepenuh nya tentang diri nya atau dengan kata lain raya menemukan kenyamanan tersendiri untuk cerita sepenuh nya ke tunangan
daripada ke ibu nya sendiri. Raya: “Kalau sekarang ini
awak
kalau punya masalah cerita sama tunangan. Karena cuma dia yang mau tahu, yang mau mendengar dan yang
mau peduli, kasi solusi. Lebih sering cerita ke tunangan daripada ke keluarga. Semua masalah
ga
bisa
awak
pendam sendiri aja, pasti diceritain ke dia.”
Raya merasa bahwa tunangan nya tersebut yang akan menjadi pemimpin
rumah tangga nya kelak. Tahun depan ia memilih untuk menikah, hal ini dilakukan karena hubungan mereka yang sudah lama terjalin, selain itu ia
mengatakan bahwa ia ingin membina rumah tangga sendiri, keluarga nya pun sudah setuju.
Raya: “InsyaAllah tahun depan
awak
nikah, kalau
ga
bulan april, bulan mei. Apalagi yang mau
awak
tunggu padla,
awak
sama tunangan
awak udah
lama pacaran,
udah
jalan lima tahun, keluarga pun
udah
pada tahu,
udah
pada setuju juga,
awak pun ga
sekolah lagi kan, mau juga
lah
punya keluarga sendiri.”
Universitas Sumatera Utara
Raya juga merasa hubungan nya dengan lingkungan biasa saja namun ia tetap berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga-tetangga nya
seperti tegur-sapa tetap ia lakukan. Ia merasa bahwa tetangga-tetangga nya adalah saudara-saudara nya sendiri.
Raya: “Kalau sama lingkungan biasa
aja
, tegur-sapa
gitu
. Kalau ada yang pesta minta kita jaga hidangan, kalau kita bisa kenapa
ga
. Masih dijaga kalau hubungan sama tetangga. Lingkungan disini pun baik jadi senang
bisa berada di lingkungan sini,
udah
seperti saudara sendiri.” Raya dulu termasuk orang yang aktif didalam kegiatan yang diadakan di
lingkungannya, ia termasuk orang yang ikut berperan aktif, namun berbeda dengan sekarang, ia menjadi pasif terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan di
lingkungannya, selain dikarenakan usia dan sudah ada penerus-penerus nya, ia juga mengatakan bahwa dahulu ada nya pengaruh-pengaruh dari teman-teman
sebaya yang mengajak nya untuk ikut serta terhadap kegiatan tersebut. Raya: “Dulu cukup aktif, sekarang
ga
. Karena
awak
kan
udah
ngurusin jualan jadi lebih ke jualan
lah
,
udah ga
bisa mau ikut sana, ikut sini, tapi kalau misalnya ada acara
kayak
maulid, kalau bisa datang ya datang, tapi kalau ikut kepanitiaan,
ga
. Karena
kayaknya udah
ada pengganti-pengganti nya,
udah
ada penerus-penerusnya. Dulu semangat karena kawan-kawan disini pada ikut, jadi
awak
pun ikut, ini kawan-kawan
udah
pada kerja di luar jadi
ga
ada lagi kawan.
Udah
ada anak-anak gadis-gadis yang kecil- kecil itu
lah
,
ga
mungkin
awak
ikut sama orang itu.” Lingkungan tempat ia tinggal memang memiliki penharuh terhadap diri
nya, namun raya mengatakan bahwa lingkungan nya mempengaruhi nya secara positif. Raya termasuk sosok anak yang menyenangi kebebasan
baik itu dalam keluarga maupun pergaulannya. Bahkan kebebasan sangat ia rasakan ketika ia sedang bekerja di Malaysia.
Raya: “Lingkungan mempengaruhi dengan baik. aku tinggal di lingkungan yang menurut ku baik. anak-anak nya baik, jadi pengaruh nya baik.
nyaman tinggal disini. Pokonya pengaruh lingkungan baik, baik itu untuk
awak
, untuk keluarga maupun untuk adik
awak
. Kalau teman dulu
awak
suka kebebasan tapi karena abang ketat jadi suka
ngelanggar-ngelanggar
juga dulu. dulu kalau sama teman suka keluar malam, pulang nya lama sampai abang marah-marah. Berteman ini yang pengaruhnya kuat. Dulu
pun waktu kerja di malaysia, luar biasa pengaruh kawan-kawan itu, dari yang kita
ga
tahu menjadi tahu, termasuk bebas juga.”
Universitas Sumatera Utara
Pergaulan raya memang bebas ketika ia berada di Malaysia, ia menjadi anak yang pernah pulang larut malam, banyak teman-teman perempuan nya yang
merokok dan sebagai nya, namun raya mengatakan tetap bisa menjaga diri dengan baik dan tidak mau terlalu larut dalam pergaulan yang seperti itu sehingga
menjadi salah satu alasan raya untuk tidak kembali lagi kesana. Raya: “
Wah
, kalau di Malaysia bebas kali padla. Banyak kawan-kawan
awak
yang merokok, padahal dia perempuan.
Awak
disini memang bebas padla tapi
tak
pernah
awak
pulang diatas jam sebelas malam, kalau disana
awak
pernah pulang larut malam gara-gara belanja,
nongkrong
sana-sini, untuk
ngabis-ngibisin
uang disana enak kali padla.
Bekawan ya
tetap
bekawan
tapi yang merokok-merokok
gitu ga lah awak
ikuti, masih bisa jaga diri. Itu
lah
juga
awak ga
mau balik lagi kesana,
ngeri
padla disana, kelewatan bebas kali
pun ga
enak.
Kesimpulan Kasus:
Ketika keluarga bercerai komunikasi raya berbeda ketika sebelum kedua orang tua nya bercerai. Pada awal nya raya menjalin komunikasi yang akrab dan
manja kepada sang ayah daripada dengan ibu nya, namun setelah perceraian terjadi kedekatan dan komunikasi dengan sang ayah tidak dekat seperti dulu lagi,
bahkan raya menjadi dekat dengan sang ibu, hal itu terjadi karena raya tinggal satu rumah dengan ibu nya, begitupun dengan sikapn nya kepada ibu nya, ia lebih
mementingakan dan ingin membahagiakan ibu nya, karena ia merasakan posisi ayah pasca bercerai aman karena tinggal di rumah nenek nya berbeda dengan sang
ibu yang hidup bersama mereka dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup nya. Namun walaupun demikian raya lebih memiliki kenyamanan untuk
berkomunikasi dengan orang lain dalam hal ini tunangan nya, hal ini mungkin kedekatan ia dengan tunangan lebih dekat daripada dengan sang ibu, raya
memang tinggal satu rumah dengan ibu namun masih ada jarak komunikasi antara kedua nya. Begitupun komunikasi antara raya terhadap teman-teman dan
lingkungannya, raya menjadi anak yang tidak aktif lagi dalam kegiatan di lingkungannya. Selain itu perceraian membuat raya sempat tertekan dan memiliki
rasa malu yang membuat nya memilih bekerja di tempat yang pada awal nya ia tidak sukai. Untuk konsep diri raya merupakan sosok pemalu, dan lebih sensitif
yang mebuat sikap nya terkadang suka marah atau sedih. Raya memiliki
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan diri yang bebas dalam pergaulan namun ia tetap dapat mengontrol pergaulan nya tersebut. Raya dulu merupakan sosok semi ekstrovert karena
pergaulannya yang banyak dan lebih menyenangi keramaian, namun sekarang raya tampak nya nyaman dengan kesendirian semi introvert.
Informan 4 : Tomi
Psikologis Komunikasi
Tomi merupakan anak tunggal didalam pernikahan ibu nya yang pertama. Sempat merasakan manja nya menjadi anak pertama dan satu-satu nya, namun
ketika masih kecil kedua orang tua tomi mengalami perpisahan dan sang ibu pun memilih lari dan membawa tomi bersama nya. Namun tomi tidak mengingat
kenapa perpisahan itu terjadi. Tomi: “
Awak
masih kecil kak jadi
ga
tau
gimana
dulu mama sama papa. tapi dulu
seingat awak
mama sama papa baik. Apa yang
awak
mau dikasi. Mama cerewet tapi baik. Papa pun baik. Mama mau cerai
yaudah awak
diam aja, terus diajak ikut sama mama. Mama nikah lagi tapi cerai lagi sekarang. Papa pun nikah lagi tapi udah
ga
tahu papa sekarang dimana. ”
Tomi memang tidak mengetahui pasti apa penyebabnya orang tua nya berpisah tetapi pertengkaran sering terjadi antara ayah dan ibu nya, salah satunya
karena sering nya sang ayah pulang larut malam. Namun bagi tomi komunikasi diantara ia, ibu dan ayah nya berjalan dengan baik.
Tomi: “baik kak. Kalau papa jarang marah-marah, kalau mama pun jarang tapi sering marah-marah nya sama papa karena papa pulangnya malam pas
itu. Tapi besoknya baik lagi. Sering
gitu aja
kak.
Awak
diam
aja lah
kak. Paling kalau mama sama papa bertengkar
awak
nangis,
ga
mau masuk sekolah karena kalau papa sama mama bertengkar, mama pergi dari rumah
awak tinggal jadi gamau sekolah kalau
ga
ada mama.” Tidak hanya komunikasi antara ia dan kedua orang tua nya berjalan baik,
menurut tomi, peran didalam keluarga nya juga berjalan baik layak nya keluarga lain dimana sang ayah mencari nafkah dan sang ibu bekerja layak nya ibu rumah
tangga. “Baik kak. Papa kerja, mama bersihin rumah karena mama
ga
kerja kak. Papa jadi papa yang baik, mama jadi mama yang baik. Tapi papa sering
malam-malam
kali
pulangnya buat mama marah”
Universitas Sumatera Utara
Sempat dimanja dan merasakan hangatnya kasih sayang dari sang ayah, tomi sekarang sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan ayah bahkan tidak
tahu dimana sekarang ayah nya berada. Sama juga dengan sang ibu, ibu dan ayahnya tidak pernah berkomunikasi bahkan ketemu dengan ayah nya.
To mi: “
udah ga
ada lagi. Mama
udah ga
pernah nelpon papa,
udah ga
pernah juga jumpa papa lagi. Semenjak dari kemarin mama bawa awak ke tempat uwak
udah ga
pernah lagi awak jumpa papa. Mama udah benci
kali
sama papa katanya kak. Tidak adanya komunikasi antara tomi dengan ayahnya membuat hubungan
tomi dengan sang ayah tidak dekat seperti dulu lagi bahkan tomi tidak mengetahui keberadaan ayah nya. Sekarang ini tomi tinggal bersama ibu nya, tomi hanya
berkomunikasi dengan sang ibu. apapun permasalahan didalam hidupnya sekarang ini hanya kepada sang ibu lah tomi bercerita.
Tomi: “Sama mama dekat, sering. sama papa
udah ga
pernah lagi.
Awak
pun
udah ga
tahu papa dimana.
Ga
pernah mama cerita tentang papa lagi. Kalau sama mama, mama
lah
tempat cerita-cerita, sama siapa lagi kak kalau
ga
sama mama. Dulu pun waktu mama nikah lagi
awak
tetap ceritanya sama mama bukan sama oom itu sampai sekarang tetap sama
mama kalau cerita.” Bimbingan dari sang ibu pun masih dirasakan sama oleh tomi baik ketika
keluarga sebelum bercerai maupun sekarang ini kedua orang tua telah memutuskan untuk bercerai. Sang ibu tetap memiliki pengawasan yang ketat
terhadap dirinya. Berbeda dengan sang ayah, sebelum kedua orang tua berpisah tomi merasakan perhatian dari sang ayah nya, mendapatkan bimbingan dalam
memilih teman yang baik, namun sekarang ini bimbingan sang ayah tidak dirasakan nya lagi.
Tomi: “Sama kak, kalau mama. Mama tetap ketat terus suka
nanya-nanya
kalau masalah sekolah. Kalau papa
uda ga
ada kabar lagi kan kak jadi
uda ga
ada lagi bimbingan-bimbingan dari papa. Dulu waktu masih sama papa masih suka juga papa marah-marah sama
awak
kalau berteman sering
berantam jadi dilarang berteman sama orang itu lagi”
Perasaan sedih pasti dirasakan oleh tomi ketika kedua orang tua nya memilih untuk bercerai dan meninggalkan sang ayah. Sempat tidak terima
mendengar keputusan sang ibu yang minta cerai dengan ayah nya, namun pada saat itu tomi masih anak kecil yang tidak akan bisa merubah keputusan ibu nya.
Universitas Sumatera Utara
Tomi hanya bisa menangis dan ikut dengan sang ibu yang pada waktu itu membawa nya.
Tomi: “Sedih
kali
kak.
Udah
bilang sama mama
ga
mau kalau papa sama mama cerai tapi mama marah-marah, nangis-nangis,
awak
pun ikut nangis kak. Besok-besok nya
yaudah
mama bawa
awak
pergi dari rumah ke tempat uwak yang di medan juga kemarin itu,
awak
ikut
aja lah
kak sama mama. Sedih
lah
lihat mama cerai, sedih juga lihat mama
nangis
nanti cerita sama uwak pun mama
nangis-nangis.
” Namun hari-hari tetap harus dilalui, tomi sekarang tumbuh menjadi anak
yang lebih besar lagi, sekarang usianya sudah 14 tahun, sejak usia sembilan tahun ia merasakan keluarga yang tidak utuh. Namun sekarang ini ia sudah cukup
terbiasa dengan kondisinya, bahkan kasih sayang dari sang ayah pun tidak diingat sepenuhnya lagi oleh tomi.
Tomi: “Kalau sekarang
udah
biasa kak.
Ga
ingat juga sayang nya papa dulu gimana.
Udah
biasa
aja
sekarang di rumah cuma berdua sama mama. Dulu waktu masih tinggal di medan sama uwak sama mama juga
ga
biasa juga kak,
ga
enak juga
ga
ada papa. karena kalau dulu mau minta sesuatu, mau minta main-mainan itu sama papa beraninya, kalau sama mama
jarang. Tapi sekarang mau minta apapun sama mama. Mama nikah lagi pun tetap minta nya sama mama
lah
kak. tapi
oom
kan juga tinggal disini kak jadi pernah juga
ngasi
uang lima ribu, sepuluh ribu untuk jajan kak. Tapi mau beli apapun sama mama.”
Walaupun sempat merasakan sikap yang sedih karena perpisahan kedua orang tua nya, namun tomi masih memiliki seorang ibu yang cukup pengawasan
untuknya. Ia menceritakan segala sesuatu nya kepada ibu, apa yang diinginkan dan apa masalah yang dihadapinya sekarang ini hanya kepada ibu nya lah ia
berkomunikasi. Tomi: “Ya sama mama
aja
kak, bicara tentang sekolah.
Kek
kemarin minta uang buku waktu mau ujian, kalau ada tugas sekolah
nanya
ke mama. Mau minta uang sama mama. Kalau mau
pigi
tempat kawan bilang sama mama.
Pingin
makan ini bilang sama mama. Pingin sesuatu bilangnya sama mama lah kak.”
Bicara mengenai sikap, tomi memang merasakan sosok anak yang sedih setelah perpisahan kedua orang tua nya, apalagi sekarang ini kesepian juga
dirasakan nya, ia hanya tinggal berdua bersama ibu nya. Tomi sangat sayang
Universitas Sumatera Utara
terhadap ibu nya dan mengatakan sangat takut kehilangan sosok ibu dari hidup nya, karena hanya ibu yang ada saat ini untuk nya.
Tomi: “sayang kali sama mama, kak. Belum bisa
lah
tanpa mama. Kadang mama suka juga pergi siang-siang walaupun
udah
biasa
gitu
kak, tapi tetap kecarian juga
lah
mama dimana.” Seperti yang dikatakan tomi, walaupun ia sudah terbiasa hidup didalam
struktur yang tidak utuh, namun hidup dalam kesendirian atau hidup tanpa ibu adalah suatu hal yang sangat ditakutkan oleh tomi. Begitupun ia katakan
walaupun sudah terbiasa dengan struktur keluarga yang tidak utuh, namun berada diantara keluarga teman-teman yang utuh tetap menjadi kesedihan tersendiri bagi
tomi.
Konsep Diri
Sebelum meminta penilaian dari tomi mengenai diri nya sendiri, penulis meminta ibu nya yang merupakan orang terdekat dari tomi sekarang untuk
memberikan penilaiannya terhadap sosok anaknya tersebut. Mama: “Tomi itu anak
uwak
satu-satu nya dari ayah nya yang di medan dulu. dulu
uwak
cerai tahun 2009, si tomi masih kecil. Dia
tu
anak nya penurut, sayang sama
uwak
, pemalu. Pernah waktu itu dia
nangis
dibuat kawan-kawan nya waktu dia SD kemarin, mau
uwak
datangi kawan- kawannya
ga
dikasi sama dia, malu dia kata nya. Penakut juga dia. Tapi apa pun yang
uwak
bilang dia menurut,
ga
pernah membantah.
Ga
susah
la
merawat nya. Maka nya
uwak
kalau ada orang lain yang marah-marahi dia, mukul-mukul dia,
uwak
marah kali sama orang itu, suami
uwak
yang kedua dulu, si pian, mana berani dia marahi si tomi.
Ga
banyak minta anak nya. Kalau
ga
ada dibilang, ya dia diam. Cengeng juga, namanya juga masih anak-anak ya. Maka nya
uwak
kalau ada uang dia
lah
yang
uwak
butuhin dulu, apa mau nya
uwak
belikkan. Kadang
kan uwak
mau masak
ga
ada laok, laok apa ada nya, dia
ga
pernah marah-marah, diam
aja
, dimakannya
aja
. Kadang kasihan juga
uwak
lihat dia. Tapi itu
lah
dia kalau ada uang nya dikasi kan habis sama main
warnet
itu. Kalau
bekawan
jarang kali dia tu berantan-berantam
kayak
anak laki-laki orang lain
kan
sering berantam, kalau dia jarang.
Tak
susah
la
bawa dia keman-mana. Penurut kali anak nya.”
bagi sang ibu tomi adalah sosok anak laki-laki nya yang baik, penurut, pemalu. Ibu nya bangga dengan sikap anak nya yang seperti itu, sang ibu
Universitas Sumatera Utara
merasakan tidak susah merawat anak seperti tomi. Sementara tomi memiliki penilaian tersendiri terhadap dirinya, ia merupakan sosok anak yang dulu nya suka
minta-minta kepada sang ayah berbeda dengan sekarang ini, ia juga merupakan sosok anak yang pemalu dan penurut kepada sang ibu.
Tomi: “Dulu suka minta-minta sama papa sama mama kalau
ga
dibeliin marah. Sekarang
ga
kak.
Awak
orangnya Jahil kalau di sekolah suka
aja cagili
kawan,
seloro-seloro
kak, kalau mau cerita-cerita sama kawan
ga
kak, sama mama
lah
,
ga
suka juga cerita sama kawan nanti dibilang- bilang,
awak
orangnya pemalu, pekerja keras iya suka bantu mama.”
Perubahan diri dan sikap memang terjadi dengan tomi, yang dulu masih anak-anak sekarang lebih dewasa, yang dulu merasakan di manja bukan hanya
dari serang ibu tetapi juga ayah namun sekarang tomi hanya berdua dengan sang biu. Tomi menjadi diri sendiri dan memposisikan dirinya dengan baik terhadap
ibu nya meskipun kedua orang tua telah bercerai. Tomi:” “Tetap jadi anak yang baik
aja
kak.
Pengen
buat mama senang
ga
sedih lagi. Pengen berhasil cita-cita terus mau
kasi
mama banyak uang. Iya, jangan melawan
aja
kak. Kalau
awak
jarang juga melawan kak tapi malas
aja
kalau disuruh mama
ntah
beli apa. Tapi kalau melawan
ga
kak.” Namun meskipun begitu, tomi belum bisa menutupi kesedihannya ketika
berada diantara teman-teman yang memiliki keluarga yang masih utuh. Rasa sedih tetap ada dibenaknya.
Tomi: “Sedih kali kak.
Pengen lah kek
orang itu. Kadang
awak
ke rumah kawan kan kak, liat mama sama ayah nya beliin dia
ntah
apa
lah gitu
,
awak
senyum aja
lah
tapi sedih juga kak,
pengen
juga
kek gitu
.” Walaupun begitu tomi tetap menjadi diri nya sendiri. Meskipun sekarang
berubah dengan apa yang ia rasakan dahulu. Dulu ia mengatakan bahwa ia adalah sosok anak yang suka minta-minta dengan sang ayah dan apabila tidak diberi
permintaannya ia akan marah, berbeda dengan sekarang ia menjadi anak yang lebih pendiam jika suatu permintaan nya ditolak.
Tomi: “diam
aja
kak. Dulu kalau
awak
minta mainan kalau
ga
dibeliin marah-marah, sekarang
ga
kak. Kalau
awak
minta
ga
ada, diam aja
lah
mungkin lagi
ga
ada uang mama.
Awak
jarang kasi pendapat kak.
Ga
tau
lah
kak mau
kasi
pendapat apa tapi kalau misalnya cerita-cerita sama mama, misalnya bilang sama mama nanti kalau
udah
besar
pengen
tinggal di medan
aja
tapi mama
ga
mau
yaudah
kak diam
aja
.”
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga ketika tomi menerima pujian dan kritikan dari orang disekitarnya. Tomi sekarang menjadi anak yang lebih suka dia ketika dipuji
maupun di kritik oleh orang lain. Tomi: “Senang lah
kak
. Kalau misalnya orang bilang ganteng
gitu
ya senang
lah
. Senyum-senyum
aja
kak, kalau dikritik, Diam juga kak. Abaikan
aja
.
Lagian ga
penting sama kritikan orang. Kalau mama yang kritik, misalnya mama marah kalau
awak
pakai baju ini diam
aja awak
kak tapi tetap
awak
pakai
aja
, tapi kalau mama
udah
marah-marah baru ditukar kalau
ga
ya
ga
. Tapi kalau orang lain biar
aja
lantak nya situ bukan dia yang
kasi
makan kita
kok tertawa
. ”
Keterbukaan Diri
Ketika ibunya berpisah dengan sang ayah, sang ibu membawa tomi bersama nya, hal itu lah yang membuat tomi tinggal bersama dengan ibu nya yang
pada awalnya mereka menumpang di rumah saudara ibu nya. Tomi juga mengatakan jika disuruh memilih ia tidak ingin tinggal bersama ayah nya karena
ayah nya merupakan sosok yang suka pulang larut malam. Tomi: “Sama mama. Dulu sama
oom
tapi sekarang cuma sama mama. Tapi
nyewa
kak disini. Kadang-kadang ada juga bang ryan anak
oom
itu main juga kesini. Dulu mama waktu sama papa
pas
cerainya mama lari terus bawa
awak
ke tempat uwak di medan. Habis tu mama nikah lagi balik ke kampung ini sama
oom
itu ya tinggal di rumah sini
nyewa
. Karena dari dulu nya memang mama yang bawa
awak
jadi sama mama lah. Mama
ga ngasi
dulu
awak
sama papa.
Awak
pun juga
ga
mau sama papa. Papa dulu pulangnya lama-lama.
” Kedua orang tua tomi memilih jalan bercerai, dan kemudia ia mendengar
kabar bahwa sang ayah telah menikah lagi namun ia sama sekali tidak mengetahui sosok seperti apa ibu tirinya itu. Begitu juga dengan sang ibu, ibu nya sempat
menikah lagi dengan seorang duda yang memiliki satu anak laki-laki, setelah bercerai dari ayah nya, tomi pun sempat tinggal bersama ibu dan ayah tirinya
tersebut, namun tomi tetap memanggil ayah tirinya itu dengan sebutan “oom” dengan alasan “kebiasaan”.
Tomi : “Papa kata mama nikah lagi cuma
awak ga
tau istri nya siapa. Kalau mama dulu juga nikah lagi sama
oom
itu.
Oom
itu baik tapi biasa
aja
bukan papa
awak
juga.
Awak manggil oom
karena dari dulu memang
manggil
nya
oom
waktu
udah
nikah sama mama juga tetap manggil
oom
, mama
ga
marah Cuma kadang dibilang mama juga panggil bapak tapi
ga
bisa, uda biasa soalnya manggil
oom
. Sekarang
udah
cerai tapi karena
Universitas Sumatera Utara
rumah kami masih dekat sama
oom
sering juga ketemu
oom
,
oom
tinggal di tempat warnet itu
awak
juga sering main di tempat warnet itu jadi kadang-kadang dikasi
oom
juga duit. Bang ryan pun sekarang ini masih sering juga ke rumah, tidur di rumah.”
hubungan tomi dengan ayah tirinya berjalan baik meskipun ia tidak bisa
memanggil nya dengan sebutan “bapak”. Namun tak lama pernikahan ibu nya yang kedua itu, perceraian pun kembali menghampiri keluarga nya tersebut. namu
tomi mengakui bahwa hubungan dengan ayah tirinya sekarang ini masih baik dan masih bertemu walaupun kadang-kadang karena masih dalam satu kampung
tempat tinggalnya. Selain hubungan yang baik antara ia dengan ayah tirinya, ia juga mengatakan memiliki hubungan baik denga teman-temannya.
Tomi: “Baik-baik
aja
. Kalau pun ada yang
ga
baik berarti kami bukan kawan. Kalau berteman
awak
paling
ga
suka
begadoh
kak, bercanda boleh tapi jangan bawa-bawa orang tua
lah
. Kadang kan kalau bercanda sama kawan di warnet
gitu
nanti
ngejek-ngejek
nama mama, marah
la awak ga
mau lagi berteman sama orang yang
kek gitu
.” Tomi memang sosok anak yang tidak menyukai pertengkaran dalam
berteman, begitu pun dalam memilih teman. Ia bukan sosok yang suka memilih- milih dalam berteman.
Tomi: “
ga lah
. Baik-buruk nya teman tetap dikawani.
Awak ga
suka pula lihat orang yang milih-milih teman. Sombong orang
kek gitu
. Siapa yang mau berteman sama kita ya temani. Kalau baik-buruknya kan sifat orang
itu bukan sifat kita, kita cuma berteman.
Ga
ada kawan yang buruk, berteman kan yang baik, kalau jahat bukan teman kak, lawan itu kak. Jadi,
siapapun yang mau berteman sama
awak
,
awak
terima- terima aja.”
Bagi tomi didalam berteman, semua yang mau berteman dengannya akan diterima nya, begitu pun ketika ditanya masalah teman dekat nya, bagi nya semua
teman sama saja, semua teman bagi nya adalah teman-teman yang dekat dengan nya.
Tomi : “Semua teman sama
aja
kak. Kalau kawan dekat ya semuanya dekat. Tapi kalau kawan cewe awak
ga
ada kak. Kawan cowo
lah
semua. di sekolah bekawan, di rumah lain lagi kan kawan nya nanti main di
warnet ada lagi kawan, jadi banyak. Semuanya sama
aja
.
Universitas Sumatera Utara
Selain tempat bermain bersama bagi tomi, teman juga tempat berbagi pendapat. Tomi termasuk sering dalam meminta pendapat-pendapat teman nya
dalam kegiatan yang ingin ia lakukan. Tomi: “Sering. Misalnya
awak
minta pendapat kalau
awak
mau ikut main
footsal
sama teman-teman sekolah yang lain, orang nya di dalam
team
ada banyak kan, nanti bilang sama kawan-kawan dulu
kek
mana menurut orang itu bagus
ga
orang-orang di dalam
team
itu, kalau orang itu bilang
ga
bagus ya
udah ga
jadi ikut. Sering
lah
kalau minta pendapat teman.” Berbeda dengan lingkungannya, tomi merasa sosok yang biasa saja
terhadap kegiatan-kegitan di lingkungannya. Tomi mengatakan bahwa ia lebih nyaman dekat dengan teman-teman SMP nya daripada teman-teman disekitar
tempat ia tinggal. Ketika lingkungan mengadakan sebuah acara tomi termasuk susah untuk ikut serta, salah satu alasannya karena kesibukannya menjadi pelajar
dan mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah nya. Tomi: “Kalau sama lingkungan
ga
ada kak. Kalau ada kegiatan
gitu ga
ada aja awak mau ikut kak. Paling kalau ada
ntah
maulid
gitu
awak datang tapi kalau ikut serta nya
ga
ada. Jadi penonton
aja
. kalau teman-teman disini pada ajakin ada acara
awak ga lah.
Ga
bisa juga kak.
Awak
sekolah nanti sore, les lagi jadi
ga
bisa. Paling lihat-lihat gitu
aja
. Ada juga kawan- kawan yang
ngajak
kan,
awak ga
mau kak,
ga
bisa.” Bagi tomi lingkungan tempat ia tinggal memiliki pengaruh yang biasa saja
terhadap nya. Segala kegiatan atau hal yang ia suka akan dilakukannya namun jika tidak ia sukai, ia tidak akan mengikuti nya.
Tomi: “Kalau lingkungan ya biasa
aja
. Berteman ya berteman
aja
kak. Tergantung kalau misalnya kawan nya merokok
awak
kan
ga
suka, ya
ga awak
ikuti, tapi kalau
kek
ngajak main
games
ke warnet warung internet karena
awak
suka jadi
awak
mau. Kalau mama ya biasa
aja
, mama juga jarang ada di rumah kadang siang-siang, sore-sore tempat saudara, tempat
tetangga, jadi ya bebas
aja
kak yang penting malam tidur nya di rumah.” Bagi tomi bukan teman maupun lingkungan nya yang dapat menampung
segala masalah-masalah nya. Hanya sosok ibu tempat ia berbagi dan bercerita. Bagi nya teman-temannya bukan tempat yang cocok untuk ia bercerita, karena
teman-teman belum bisa menyimpan rahasia dengan baik. Tomi: “Sama mama. Semuanya
awak
cerita-in sama mama.
Awak ga
mau cerita sama kawan-kawan, malas
aja ga
enak cerita sama kawan-kawan nanti dibilang-bilang nya sama kawan-kawan yang lain. Kadang kalau
sama mama
ga
pun
awak
cerita dulu mama tahu sendiri.
Kek
ada ikut
Universitas Sumatera Utara
lomba,
awak ga
ada cerita sama mama tapi mama tahu, ya mama nanya ya
awak
jawab
lah
. Paling kalau cerita, cerita- cerita tentang sekolah.”
Kesimpulan Kasus :
Tomi merupakan anak yang masih kecil ketika keluarga nya mengalami perpisahan, sehingga tomi tidak mengetahui pasti penyebab dari kedua orang tua
nya bertengkar, hanya saja yang ia ketahui ayah dan ibu berkomunikasi dan menjalankan peran dengan baik dan pertengkaran terjadi apabila ayah pulang larut
malam. Ia seolah bisa melupakan hal itu, namun belum bisa melupakan ketika ia dimanja dengan sang ayah, dan ia mengatakan bahwa ia sering mencari-ceri
mama nya dimana ketika sedang tidak di rumah, hal ini bisa dikatakan bahwa ada sikap tomi yang takut akan kesendirian. Dari segi komunikasi, ia merupakan anak
yang dimanja oleh sang ayah, namun ketika orang tua nya bercerai, ia mengatakan ia lupa akan sosok sikap ayah dulu kepada nya, komunikasi dengan sang ayah
sama sekali tidak ada lagi ia rasakan. Bisa juga dikatakan bahwa ia shock akan sosok ayah, sehingga ia tidak ingin memanggil ayah tiri nya dengan sebu
tan “ayah atau bapak” atau mungkin saja ia sangat menyayangi sang ayah yang telah
memanjakannya sehingga tidak ada yang bisa menggantikan ayah kandung nya dengan yang lain. Dilihat dari konsep diri nya, tomi sosok anak yang pemalu dan
masih ada sikap cengeng layak nya seorang anak-anak. Ia juga bisa dibilang lebih suka dalam kesendirian, hanya berbagai hal tertentu saja ia membutuhkan orang
lain, seperti ketika bermain footsal, games dan lain sebagainya. Ia lebih nyaman ketika bersama ibu nya dan menceritakan segala masalah nya kepada sang ibu, ia
tidak terlalu terbuka baik dengan teman-temannya maupun lingkungannya.
Informan 5 :Nurhabibah
Psikologis komunikasi
Orang tua bibah berpisah pada bulan Desember 2013 lalu, awalnya ia merasa bahwa keluarganya harmonis, Ayah dan ibunya sangat dekat dan jarang
bertengkar, namun pada Desember 2013 lalu orang tuanya memilih jalan untuk bercerai, perceraian ini awalnya dipicu dari rumor orang lain bahwa ayah nya
Universitas Sumatera Utara
telah selingkuh, sang ibu pun sangat tertekan mendengar isu tersebut, ibu nya bahkan sering sakit dan mengalami stress yang cukup tinggi.
Bibah: “awalnya dekat, sering
pun
orang itu jalan-jalan sore.
Mamak
kakak manja, kalo ayah orangnya suka bercanda sama
mamak
kakak. Dulu harmonis, bisa dibilang jarang juga bertengkar. Tapi semenjak ayah kakak
itu digosipkan ada dekat sama perempuan lain, itu
lah mamak
kakak sakit sampai kesurupan-kesurupan,
udah
mulai sering bertengkar juga
tu
, tapi baik lagi. Kalo
udah
parah bertengkarnya
mamak
kakak sakit dia, baru diam ayah kakak mengalah. Kakak dulu
tak
tahu
lah entah
betul
entah
tidak ayah kakak dekat sama perempuan lain tapi orang-orang pada bilang
kek gitu
, itu
lah
yang buat
mamak
kakak
stress
,
yaudah
jalan keluarnya cerai. Ternyata
ga
berapa lama cerai kan ayah kakak
udah
nikah lagi sama orang ujung pasar, sekarang
mamak
kakak pun
udah
bisa tenang
lah
, dulu awal cerai sering kali sakit-sakit dia, lemah, mata bengkak karena
nangis
kan, banyak juga pikiran tapi kakak kuat
kan mamak
kakak, bicara-bicara biar dia tegar, padahal
awak
pun sakit kali waktu kedua orang tua pisah, tapi itu
lah
pura- pura dikuatkan.”
Selain hubungan yang terjalin cukup baik, peran didalam keluarganya pun berjalan baik, menurutnya keluarganya memiliki peran masing-masing, seorang
ayah tetap menafkahi dan memberi uang kepada ibunya, ibu nya pun menjadi rumahtangga yang baik, sementara abangnya kerja, begitupun dengan Bibah ia
sempat kerja disalahsatu perusahaan di Malaysia. Bibah:
“iya baik. kalau cerita peran semua punya peran
lah
didalamnya. Ayah kakak nelayan, walaupun kadang ayah kakak pelit tapi tetap
aja
gajinya dikasi semua ke
mamak
,
mamak
yang
ngatur
,
mamak
kan pun pelit tapi pelitnya terarah, dia pelit kalau kita minta sesuatu yang
tak
dibutuhkan kali, lebih mendahulukan apa yang betul-betul dibutuhkan. Abang kerja,
tak
berapa lama dia tamat SMA langsung dapat kerja jadi SATPAM di Rampah, baru kakak
lah
dulu sempat juga kerja jadi TKW di Malaysia”
Sebelum terjadi perceraian dikeluarganya, bibah awalnya sangat dekat dengan sang ayah, ia lebih senang berkomunikasi dengan ayah daripada dengan
sang ibu, walaupun ia mengaku dekat dengan keduanya. “Dulu kakak manja nya sama ayah, sama
mamak pun
manja, karena kakak anak paling kecil
kan
jadi mungkin ada juga manja-manja nya. Kalau bicara-bicara memang lebih sering bicara sama
mamak
, tapi kalau ada permintaan atau masalah kakak lebih suka cerita ke ayah, karena ada
Universitas Sumatera Utara
solusi nya. Kalau sama
mamak
kalau kita tiba-tiba
tak
sengaja buat masalah dia bakal
merepet-merepet tak
jelas tapi kalo sama ayah lebih enak, lebih
ngasi
pendapat terus ada jalan keluarnya” Namun, perpisahan orang tuanya tersebut, membawa dampak tersendiri
bagi Bibah, komunikasnya dengan sang ayah tidak seperti dulu lagi, ia sekarang jarang ketemu dengan ayahnya sehingga mereka jarang melakukan komunikasi
seperti dulu lagi, Namun dengan ibunya ia tetap melakukan komunikasi dengan baik layaknya ketika orangtuanya belum bercerai.
Bibah: “Sama
mamak
kakak tetap bicara-bicara, cerita-cerita tapi cerita
seadanya aja
kalau lagi ada masalah kakak lebih cerita nya ke teman- teman dekat, karena kasihan kalau cerita ke
mamak
nambah pula pikirannya nanti tapi kalau sama ayah jauh jadinya, kakak pun semenjak
ayah
udah
nikah lagi
udah tak
pernah lagi ketemu, biar
aja lah
dia sama keluarga baru nya disana, semoga senang disana, namanya juga tetap ayah
awak kan
tetap doain yang terbaik
aja
”
Jika komunikasi antara Bibah dengan Ibunya tetap terjalin dengan baik, berbeda pulak komunikasi antara ayah dan ibunya pasca bercerai, ayah dan ibunya
sama sekali tidak ada komunikasi lagi sekarang ini, kedua orang tuanya lebih fokus pada kehidupannya masing-masing.
Bibah: “
Oooh, tak lah
ada orang itu komunikasi-komunikasi lagi,
udah
sibuk
ngurus
diri masing-masing
lah
.
Mamak
pun
udah
bisa kerja sekarang walaupun jadi tukang cuci baju orang tapi setidaknya
udah
bisa
lah
menuhi kebutuhan dia
kan
, abang kakak
pun
walaupun dia
udah
nikah tapi dia juga masih jadi tulang punggung keluarga kami juga, kakak pun
disini mungkin mau juga
lah
cari kerja lagi tapi yang dekat-dekat disini
aja lah
biar bisa jagain
mamak
sekalian, kalau paling jauh
pun
di Medan
lah
, di luar itu kalau bisa jangan lagi” Bukan hanya perubahan komunikasi, bimbingan yang didapat dari kedua
orangtuanya ia rasakan berbeda, yang awalnya ia mendapat bimbingan oenuh dari ayah dan ibunya, namun setelah orangtuanya bercerai ia hanya merasa mendapat
bimbingan dari sang ibu walaupun bimbingan ibunya tidak seperti dulu lagi. Bibah : “
beda lah dek
. Kalau dulu bimbingan didapat dari
mamak
juga dari ayah kalau sekarang dari
mamak aja
, itu
pun
karena anak nya
udah
pada dewasa
mamak ga kek
dulu lagi yang ketat kali bimbingannya,
udah
biasa
aja
, kalau kakak salah, ditegur tapi itu
lah
kakak
tak
suka kalau
Universitas Sumatera Utara
masalah hubungan pertemanan kakak
mamak
kakak ikut campur juga, paling disitu kakak marah nya, tapi cepat juga baiknya lagi”
Akibat perceraian tersebut, serta bimbingan dan komunikasi yang dirasa berkurang membuat perubahan pada sikap Bibah. Selain sikapnya yang berubaha
dengan sang ayah, yang awalnya dekat dan manja sekarang sudah tidak lagi, bibah telah dapat mengontrol emosinya terhadap sikapnya dengan sang ayah, Bibah
yang awalnya sedih dan kesal dengan sang ayah yang tidak bisa mempertahankan keluarganya sekarang telah bersikap biasa. Namun berbeda dengan sikapnya
kepada tema-temannya, Bibah merasa setelah kedua orang tuanya bertengkar ia yang awalnya termasuk anak yang liar sekarang lebih senang mengurung diri di
rumah. Bibah: “kakak dulu orang nya
pecicilan dek. Haha tertawa
. Tapi sekarang kakak rasa lebih enak dirumah, nonton tv, main
games
,
entah ngapain pun
lebih enak di rumah,
ya
tapi tetap juga bermain tapi
tak kek
dulu lagi. Dulu kakak kalau diajak kawan-kawan mana bisa
nolak
, sekarang kakak malas aja keluar diajak kawan, paling orang itu kakak
suruh
main ke rumah”
Perubahan sikap Bibah memang terjadi dalam pertemanannya, namun sikapnya terhadap lingkungan tempat ia tinggal dirasa tidak ada perubahan
baginya, dari awal ia memang tidak terlalu dekat dan aktif dengan lingkungan, ia tetap bersikap apaadanya baik sebelum orang tua berpisah maupun orang tua telah
berpisah sekarang ini. Bibah: “Kalau sikap sama lingkungan kakak apaadanya dek, tak ada kakak
rasa yang berubah, kakak memang kurang akrab sama lingkungan sini, paling kalau ada tarawih ya tetap ke masjid, kalau ada tetangga ngundang
pesta tetap datang, kakak rasa orang di sini nganggap kakak sombong
mungkin dek”
Konsep Diri
Untuk mengetahui konsep diri Bibah, peneliti meminta ibunya sebagai informan tambahan dalam memberikan penilaiannya terhadap Bibah. Peneliti
sendiri memanggil ibunya dengan sebutan “Nek atik”, Menurut ibu nya bibah
Universitas Sumatera Utara
sekarang ini lebih sering di rumah tidak seperti biasanya yang lebih senang di luar, selain itu bibah juga sekarang lebih rajin.
Nek atik : “Sekarang Bibah lebih pendiam, dia dari dulu
cerewet
. Nenek rasa dia lebih rajin sekarang,
udah
pintar masak. Dulu juga dia suka kali main-main sama kawan-kawannya, pulangnya nanti malam-malam, nenek
kadang
sering marah sama dia,
ga
bagus anak perempuan macam
gitu
, dilihat tetangga juga
ga
bagus, tiap malam keluar pulangnya malam terus,
ga
baik. tapi sekarang dia
udah jarang
keluar, tidurnya
pun
cepat, nanti jam delapan jam sembilan malam
udah
tidur, tapi masih ada juga
mengkek
nya dia
tu
, kalau pekan jum’at nenek ke pekan, dia minta beli kan buah, tapi lupa nenek beli,
merepet, nangis
dia. Haha tertawa, masih
mengkek
juga, dia pula yang memang dimanja. Keluara
broken home
membuat Bibah memiliki penilaian yang berbeda terhadap dirinya, ia menilai bahwa dirinya sekarang apaadanya dan bisa mengakui
keberadaannya sebagai anak dari keluarga
broken home
. Bibah: “kakak yang sekarang apa adanya
aja dek
,
awak
dari keluarga yang orang tuanya pisah tetap kakak bilang sama orang kalau memang keluarga
kakak
udah
cerai,
tak
mungkin mau ditutupin lagi
kan
, tapi memang
beda
yang kakak rasakan, kakak dulu
kan
tempat
bermengkek-mengkek
nya sama ayah yang lebih, tapi sekarang
udah
bisa diatur
tak kek
dulu lagi,
udah
sadar diri
lah awak
siapa” Walaupun Bibah mengakui bahwa ia anak dari keluarga
broken home
serta sulitnya menerima kenyataan seperti itu, berpisah dengan salah seorang yang ia
sayangi dan mengakibatkan perubahan sikap dan komunikasi namun tetap membuat ia mampu dalam memposisikan dirinya sebagai anak dari broken home
tersebut, walaupun ia mengatakan belum bisa membantu dalam materi namun ia tetap memposisikan dirinya sebagai seorang anak dari ayah dan ibunya.
Bibah: “Memposisikan tetap jadi seorang anak
aja lah
,
lagian gimana
mau bantu juga
ga
bisa kan. Kalau sama
mamak
kakak tetap dekat tapi kalau sama ayah
udah tak kek
dulu lagi
lah
, tapi
gimanapun
tetap
lah
memposisikan diri sebagai anak, kalau ditanya masalah adil
tak
adil,
tak
tahu
lah ya kan,
dunia ini
pun kadang awak
rasa
pun tak
adil, tapi tetap peduli
aja
sama
mamak
sama ayah” Sekarang Bibah memang telah memiliki penilaian tersendiri terhadap
dirinya, namun dampak dari perceraian orang tua tetap membuatnya tertekan sekalipun ia mengakui ia telah dewasa, perasaan sedih yang mendalam dan malu
dengan orang sekitar juga Bibah rasakan ketika orang tua nya memutuskan untuk bercerai.
Universitas Sumatera Utara
Bibah: “Sedih, malu, rasanya
pingin
mati
aja
. Masalahnya kan kakak
udah
cukup besar kenapa
lah
mesti terjadi ini, biasanya kan orang cerai itu anaknya masih kecil-kecil,
betingkat
pula. Ini anak sedikit,
udah
besar- besar
pun
bisa juga
mutuskan
untuk bercerai. Tambah sakitnya lagi waktu
udah
cerai lihat
mamak nangis-nangis
sampai sempat dia mau bakar tubuhnya, itu
lah
karena
stress
itu
kan
,
udah
disiramnya badannya pakai minyak lampu,
untung
dilihat warga langsung ditarik
lah mamak
kakak, itu waktu belum pisah masih dengar cerita-cerita tetangga kalau ayah
kakak selingkuh, dekat sama perempuan lain,
pas udah
pisahnya sering sakit-sakit
lah mamak
kakak. Karena kasihan lihat
mamak
sakit-sakit maka nya kakak pulang dari Malaysia
kan
biar
nemani
dia dulu, padahal kakak niat kesana selain karena cari kerja sekalian
nenangi
hidup juga nya, tapi kakak berpikir pula,
awak
disana tenang-tenang,
mamak awak
di kampung ni sakit-sakit,
tak tega
juga
lah
”
Bibah mengaku cukup iri melihat teman-temannya yang memiliki keluarga yang utuh, hal ini wajar ia rasakan karena ia berasal dari keluarga broken home
yang tidak mendapatkan kasih sayang penuh lagi seperti keluarga yang masih utuh.
Bibah: “perasaannya
gitu
? Jelas
lah
iri, namanya juga lihat keluarga orang itu orangtuanya masih sama
beda
sama
awak
, apalagi kadang romantis
pula tu
orang tuanya apa
tak
tambah iri lihatnya” Sudah hampir satu tahun orang tuanya berpisah, Bibah sudah cukup
terbiasa atas keluarga yang tidak utuh ini, walaupun terkadang masih ada harapannya agar orang tuanya kembali bersatu, namun hal itu tampkanya sangat
sulit terjadi karena ayahnya sudah menikah lagi. Bibah: “Sekarang
dibiasa-biasain lah dek
, walaupun kadang masih
pingin
kali orang tua tu
nyatu
lagi tapi
gimana
,
dibiasain aja
kalau memang orang tua
uda ga nyatu
lagi
dek
.” Bagaimana pun seorang anak didalam kehidupannua tetap pernah
menerima sebuah kritikan, pujian dan penolakan terhadap pendapat yang disampaikan, begitupun dengan Bibah yang berasal dari keluarga
broken home
ini, ia memiliki sikap yang berbeda terhadap ketiga hal tersebut. Bibah bukan merupakan anak yang senang terhadap kritikan orang lain, ia terkadang lebih diam
dan tidak ingin memanjang-manjangkan kritikan orang lain, karena menurutnya kritikan itu hanya menambah kekesalan didalam hidupnya.
Bibah:”
Ha,
itu
lah
yang kakak
tak
bisa pula kalau dapat kritikan-kritikan, kesal, benci, sedih juga kalau kritikannya menyakitkan. Tapi kalau
Universitas Sumatera Utara
seandainya dikritik kakak lebih suka diam
aja dek
,
ga
mau ikut-ikut bicara entar lebih penjang pula kritikan, lebih sakit juga dengarnya, mana ada
kritikan orang yang enak didengar” Berbeda dengan sebuah pujian, ia sangat menyenangi sebuah pujian,
perasaan bangga dan bahagia adalah bentuk ungkapannya dalam menerima sebuah pujian.
Bibah: “iya, bangga, bahagia
lah.
Siapa juga
tak
bangga dapat pujian.
Haha tertawa.
” Namun bagaimana pun Bibah tetap bisa menerima ketika permintaan
pendapat atau sarannya ditolak oleh orang lain walapun ada kekecewaan dan kesedihan ketika sebuah permintaanpendapat atau saran tersebut ditolak.
Bibah: “
Ha,
itu
lah
yang kakak
tak
bisa pula kalau dapat kritikan-kritikan, kesal, benci, sedih juga kalau kritikannya menyakitkan. Tapi kalau
seandainya dikritik kakak lebih suka diam
aja dek
,
ga
mau ikut-ikut bicara entar lebih penjang pula kritikan, lebih sakit juga dengarnya, mana ada
kritikan orang yang enak didengar”
Keterbukaan Diri
Konsep diri memang mempengaruhi salahsatunya kepada keterbukaan diri seseorang, baik itu keterbukaan dirinya dengan keluarga, teman maupun
lingkungannya. Bibah merasa jauh dengan seorang ayah, namun tetap dekat dengan ibu dan sahabat-sahabatnya, kalau dengan lingkungan ia merasa kurang
aktif dan tertutup dalam mengikuti segala hal yang diadakan dilingkungannya. Bibah: “kalau sama
mamak
memang kakak terbuka, mau juga cerita, tapi lebih terbuka lagi sama sahabat-sahabat
lah
, karena
kan
memang se- umuran jadi lebih
nyambung
kalau cerita, kalau ceritnya tentang masalah remaja
kan
lebih
nyambung
sama teman-teman, kalau sama
mamak- mamak kan
nanti serius kali.
Haha tertawa
, kalau sama sahabat masih tetap dijaga walaupun sekarang ini tinggal lima orang, dulu kami
geng
nya ada sembilan orang, dua orang
udah
nikah, dua orang lagi kerja diluar jadi
jarang
ketemu, kalau sama lingkungan, Kalau ditanya masalah aktif nya, kakak ga
aktif
dek
di lingkungan, efek malas.
Haha
tertawa” keterbukaan diri seseorang dapat juga dilihat dari keterbukaannya dalam
pergaulan, apakah seorang anak memiliki banyak teman atau tidak. Bibah merupakan anak yang mudah dekat dengan orang lain dan tidak memilih-milih
dalam berteman
Universitas Sumatera Utara
Bibah: “Tidak
lah dek
, kakak siapapun
oke oke aja nya
kalau berteman,
lagian awak
anak siapa mau milih-milih teman, kalau anak
kolongra
t bisa
lah
, ini
awak.
” Bibah mengatakan bahwa sahabat-sahabatnya lah sekarang ini tempat ia
dalam bercerita, walaupun ibunya juga menjadi tempat ia bercerita namun ia mengatakan lebih banyak bercerita dengan sahabat-sahabatnya, hal ini mungkin
dikarenakan tingkat keakraban yang cukup dalam sehingga menumbuhkan kepercayaannya kepada sahabat-
sahabatnya atau istilahnya “geng” yang sudah terbentuk sejak ia SMA dulu.
Bibah: “sama sahabat-sahabat tadi
lah dek
, orang itu memang tempat kakak cerita
dek
, enak
aja
cerita sama orang itu
dek
, bisa
ngerti
, tempat berbagi sedih sama senang nya sama mereka
lah
” Terlepas dari pertemanannya, menurut Bibah lingkungan juga memiliki
pengaruh terhadap dirinya, terutama dari segi penampilan, walaupun ia merupakan seorang anak yang tidak aktif dalam lingkungan, namun pengaruh dari
lingkungan tidak dapat ia pungkiri. Bibah: “Pengaruh lingkungan, misalnya paling kalau sama penampilan,
misalnya gaya baju mau juga terpengaruh,
kek
hijab-hijab zaman sekarang, kalau dulu pake jilbab nya biasa
aja
, kalau sekarang terpengaruh lihat jamannya, lihat teman-temannya juga pada pakai hijab jadi terpengaruh,
kalau yang lain, apalagi
lah ya
,
gitu-gitu aja lah dek
” Sekarang ini. ayah dari Bibah telah menikah lagi dan ia mempunyai ibu
tiri, namun komunikasinya dengan ibu tirinya tersebut tidak dekat, bahkan jarang ketemu, hal ini terjadi karena masih ada rasa kesal dibenak bibah terhadap istri
baru ayahnya tersebut, karena ia menganggap bahwa pemicu perceraian kedua orang tuanya karena hadirnya ibu tirinya tersebut.
Bibah : “Ayah kakak tadi
lah dek
, kalau terima
ya
terima
aja
kalau memang dia mau nikah lagi, tapi kalau sama istri barunya,
gak
, jarang
lah
.
Ga
tahu
lah
kakak, jarang ketemu juga kan. Kalau nerima pasti susah juga ya kan, apalagi
kan kek
orang tua kakak cerainya istilahnya dipicu karena ada orang ketiga, jadi
geram
juga lihat dia”
Kesimpulan Kasus :
Dampak dari keluarga
broken home
membuat psikologis komunikasi, konsep diri dan keterbukaan Bibah berbeda. Bibah yang awalnya dekat dan lebih
Universitas Sumatera Utara
senang berkomunikasi dengan ayah sekarang tidak dekat lagi bahkan jarang ketemu, selain itu akibat perceraian tersebut Bibah menjadi anak yang pemurung
hal ini dilihat dari kebiasaan nya yang awalnya suka “berkeliaran” sekarang menjadi “anak rumahan”, selain itu Bibah juga menjadi anak yang sensitif. Bibah
memiliki konsep diri yang negatif, hal ini dilihat dari penilaiannya yang berbeda dengan penilaian orang lain, ia memberikan penilaian yang terkesan tegar dan bisa
dalam mendapatkan penolakan terhadap permintaansaran kritikan, namun bagi ibunya dari dulu sampai sekarang Bibah tetap menjadi anak yang harus dituruti
jika tidak ia akan menangis, selain itu dilihat dari sikapnya dalam menerima krtikan ia merupakan anak yang tidak suka terhadap kritikan orang lain, sementara
itu keterbukaan dirinya sekarang ini ia menjadi lebih tertutup karena sebelum kedua orangtuanya berceerai ia merupakan anak yang bebas, berbeda dengan
sekarang yang lebih suka di rumah dan cenderung pasif di lingkungannya.
Tabel 4.1 Klasifikasi Psikologi Komunikasi Remaja Broken Home Terhadap
Konsep Diri dan Keterbukaan Diri
N o
Nama Informan
Psikologis Komunikasi
Konsep Diri Keterbukaan
Diri
1 Muhamma
d Ali Akbar
Syihab Komunikasi
awalnya dekat
dengan ibu, namun sekarang
seolah ada
jarak. Sementara
komunikasi dengan ayah tetap berjalan
biasa saja.
Memiliki sikap
yang dominan,
tidak mentaati
Mandiri, tetap berusaha
atas apa yang ingin
dicapai. Pujian
yang diterima
tanpa rasa
malu, bangga terhadap
sebuah pujian
namun tetap
mengontrol emosi
Orang tua tidak ada
yang menikah
lagi: Ali menjadi
tertutup dalam
mebicarakan masalah-
masalahnya
Teman: lebih
Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
peraturan rumah
lagi seperti: jam keluar
malam, komunikasi
yang tertutup
dengan orang tua.
Tipikal pemilih
dalam berteman,
awalnya cenderung pemalu
sekarang menjadi lebih aktif,
terbuka, suka
marah, egois
namun tetap kritis. cenderung pasif,
lingkungan tidak
terlalu mempengaruhi
sikapnya, komunikasi
yang jarang
dengan lingkungan sekitar.
kabahagiaan tersebut.
Kritis terhadap sebuah kritikan,
menyenangi krtikan
yang bersifat
membangun dirinya
kearah yang lebih baik.
Mempertahanka n
pendapatsaran namun apabila
ditolak
oleh orang lain bisa
diterima dengan baik.
Walaupun memilih dalam
berteman namun Ali tetap
berusaha menjadikan
dirinya
sosok yang
ramah dalam menyapa
teman- temannya.
Walaupun berasal
dari keluarga
broken home
namun Ali
tetap mempertahanka
n prestasinya
tanpa menarik
diri. Memiliki
Konsep Diri
Positif bebas, sangat
terbuka dalam
menceritakan masalah-
masalah hidupnya,
Lingkungan: lingkungan
pasif membuat Ali
juga menjadi anak yang
pasif di lingkungan
namun tetap bersosialisasi
dan masih ada rasa
pedulinya terhadap
lingkungan.
2 Mulyani
Komunikasinya dengan
kedua orang
tua cenderung
sama dirasakan
baik sebelum keluarga
bercerai sampai
Tegar dan tidak banyak
bicara namun terkesan
menutupi sifat
yang tidak
disenanginya, seperti
Orang Tua: tertutup dalam
menceritakan segalam
masalah- masalahnya.
Ayah tiri:
Universitas Sumatera Utara
sekarang telah
bercerai. tertutup,
tomboy
, suka
menyimpan masalah
sendiri pemendampemur
ung, bebas, tidak terlalu ikut campur
dalam pemutusan masalah pendiam
Tertutup, pemalu, tidak
memilih- milih
dalam berteman,
mudah mengakrabkan diri
dengan orang lain. Aktif
dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan di
lingkungan,
bisa menjalin hubungan
dan komunikasi
yang baik dengan tetangga
maupun lingkungan.
mengatakan jarang menangis
namun orang-
orang terdekatnya
menilai Imul
sosok yang
mudah menangis.
Senang ketika menerima
sebuah pujian
dari orang lain. Tidak
menyenangi dan malu
dalam menerima
kritikan walaupun
berusaha untuk mendengarkan
kritikan-kritikan orang
lain tersebut
terhadap dirinya Menerima
apabila permintaan,
saran atau
pendapatnya ditolak.
Berusaha untuk menjadi
orang yang lebih baik
lagi, hal
itu dapat dilihat dari
caranya memutuskan
dan
berusaha untuk
mempertahanka n rumah tangga
di usia mudanya sekarang.
Walaupun berasal
dari keluarga
broken home
dan sudah sama sekali
tidak menerima
kedatangan orang baru,
hal ini dibuktikan
dari tidak pernahnya
Imul berkomunikas
i dengan ayah tirinya
Suami: terbuka
namun tidak semua
masalah- masalahnya
diceritakan
Teman: merasa tidak
memiliki hubungan lagi
dengan teman-
temannya karena jarak
yang jauh.
Lingkungan: memiliki
kebebasan dalam
melakukan kegiatan-
kegiatan, bahkan
setelah berpisah Imul
merasa lebih bebas
sehingga bisa memilih
untuk menikah di
usia muda.
Universitas Sumatera Utara
menikah namun ia
mampu memposisikan
dirinya sama
dengan orang
lain, hal
ini dilihat keaktifan
nya dilingkungan
sampai saat ini.
Memiliki konsep
diri positif
3 Zaitun
Khamariah Komunikasi
dengan sang ayah awalnya
sangat dekat,
namun sekarang
berubah tidak dekat seperti
dulu lagi,
sementara komunikasi dengan
sang ibu berjalan baik
dan lebih
dekat. Awalnya
Manja sekarang
menjadi anak yang lebih
mandiri namun
tidak berpikir
matang dalam
mengambil sebuah keputusan,
pemurung lebih
suka mengurung
diri. Pemalu,
tidak memilih-milih
dalam berteman
namun cenderung menarik diri karena
merasa malu
sebagai anak
broken home,
tertutup. Didalam
lingkungan awalnya
aktif Dewasa dalam
menghadapi segala
permasalahan hidup.
Terlalu cepat
dalam mengambil
keputusan. Tidak
menyenangi kritikan
dari orang lain
Terkesan malu dan
menolak dalam menerima
sebuah pujian
dari orang lain walaupun
hatinya tetap
merasakan kesenangan
terhadap pujian tersebut.
Merendah dalam bergaul,
menganggap diri tidak ada apa-
apanya.
Dapat mengontrol
emosi ketika
permintaan, saran
atau pendapat ditolak
Kelurga: Raya
memiliki kebebasan
dalam mengeluarka
n pendapat dan lebih
dominan karena ia
sekarang menjadi
yang paling tua di
rumah, berbeda
dengan ia yang dahulu
tidak mampu
mengeluarka n
pendapatnya .
Sekarang ini ia lebih
terbuka dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya dengan
Ibunya.
Teman- teman: Raya
Universitas Sumatera Utara
namun sekarang
pasif dalam
mengikuti kegiatan, awalnya
bebas namun
sekarang lebih
senang mengurung diri di
rumah. oleh orang lain.
Mudah tertekan dalam
menghadapi suatu masalah.
Cenderung memiliki konsep
diri negatif. tidak bebas
seperti dulu lagi. Tidak
terlalu terbuka
dalam menceritaka
n masalah- masalahnya
dengan teman-
teman.
Lingkungan: Raya tidak
terlalu terbuka
dengan lingkungan.
Awalnya ia aktif dan
terbuka namun
sekarang ini tertutup.
4 Tomi
Awalnya memiliki komunikasi
dan hubungan
yang dekat dengan ayah
namun sekarang
sama sekali tidak ada
komunikasi dengan sang ayah,
sementara komunikasi dengan
sang ibu menjadi lebih akrab.
Penyayang, pendiam, penurut,
manja, penakut
ada rasa takut akan kesendirian
trauma, sekarang menjadi anak yang
lebih pengertian.
Tidak memilih-
milih dalam
berteman, menjadikan teman
Penyayang dengan keluarga
namun masih memiliki sikap-
sikap manja dan takut akan
kesendirian.
Cenderung mengabaikan
kritikan-kritikan orang lain
terhadap dirinya.
Tidak terlalu bersosialisasi
dan menganggap
bahwa dihidupnya saat
ini hanya ada seorang ibu
sehingga terkesan
mengabaikan teman-teman
Orang tua: Tomi lebih
terbuka dengan Ibu
nya dalam menceritaka
n masalah- masalah
hidupnya.
Ayah tiri: Tomi
sempat merasakan
tinggal bersama
ayah tirinya, ia menerima
keberadaan ayah tirinya
namun tetap memanggil
ayah tirinya dengan
sebutan
Universitas Sumatera Utara
hanya sebagai
lawan bermain,
tertutup, jahil,
pemalu, tidak
menyenangi perkelahian.
Didalam lingkungan:
cenderung pasif,
tidak terlalu
memperdulikan lingkungan.
dan lingkungan. Menerima
ketika permintaansara
n atau pendapat ditolak.
Memiliki sikap tidak peduli
terhadap orang lain tidak
peka.
Larut didalam kesedihan
sehingga memiliki trauma
tersendiri yang ia rasakan saat
ini.
Konsep diri negatif
“oom” dan tetap
tertutup dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya
Teman: Tomi
merupakan sosok yang
tertutup dan tidak bebas
dalam berteman,
karena orang
tuanya masih
memantau masalah
teman- temannya
dan jam keluarnya
serta Tomi tidak
terbuka dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya kepada
teman- temannya.
Lingkungan : Tomi
termasuk anak yang
tertutup terhadap
lingkungann ya, tidak
terlalu bergaul dan
tidak terlalu aktif dalam
lingkungann
Universitas Sumatera Utara
ya. 5
Nurhabiba h
Awalnya memiliki komunikasi
dan hubungan
yang delat dengan kedua
orang tua dan lebih dekat lagi dengan
sang ayah, namun sekarang
sudah berubah, memiliki
hubungan dan
komunikasi yang
tidak dekat
lagi dengan
ayah, sementara
komunikasi dengan sang
ibu tetap
berjalan baik. Lebih sensitif,
mandiri namun masih tercermin
sikap manja, pemurung,
pemarah.
Tidak memilih- milih dalam
berteman, awalnya bebas namun
sekarang lebih suka berdiam diri di
rumah, dapat menjaga hubungan
baik, cepat mengakrabkan diri
dengan teman- teman sebaya.
Didalam lingkungan:
cenderung pasif, tertutup, tidak
membaur, ada sikap tidak peduli
Memiliki kesedihan yang
mendalam larut dalam
kesdihan.
Menutup diri Menyenangi
pujian tanpa malu-malu
Tidak menyenangi
krtikan Bisa menerima
apabila saranpendapat
atau permintaannya
ditolak
Menilai dirinya rendah dan tidak
ada apa-apanya. Mudah
terpengaruh dan cepat dalam
mengambil keputusan tanpa
memikirkannya secara matang
Tidak peka terhadap
lingkungan sekitar
Cenderung pada konsep diri
negatif Orang tua:
Bibah menjadi
anak yang tertutup,
walaupun masih
menceritak an masalah-
masalah nya kepada
ibunya namun
tidak seperti dulu
lagi, bibah terkesan
menjadi anak yang
lebih tertutup
terutama dengan
sang ayah.
Ibu tiri:
ayah nya
menikah lagi, namun
bibah sama sekali tidak
terbuka dengan ibu
tirinya,
ia jarang
bertemu dan jarang
berkomunik asi dengan
ibu tirinya.
Teman: Bibah
merupakan anak yang
terbuka dengan
teman- temannya
Universitas Sumatera Utara
dalam menceritak
an masalah- masalah
hidupnya, namun
dahulu ia memang
bebas sekarang ia
menjadi anak yang
mampu mengontrol
kebebasann ya.
Lingkungan : Bibah
tidak terbuka
dengan lingkungan,
ia merupakan
anak yang pasif dalam
lingkungan.
4.2 PEMBAHASAN