4.1.4  Deskripsi Hasil Penelitian Informan 1 : Muhammad Ali Akbar Syihab
 Psikologis Komunikasi
Setiap anak memiliki psikologis komunikasi yang berbeda-beda, psikologi dan  komunikasi  merupakan  dua  ilmu  yang  saling  berkaitan  satu  sama  lain.
Komunikasi  dapat  dirangkum  menjadi  sebuah  kegiatan  bertukar  informasi  yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan mengubah pendapat atau perilaku manusia
lainnya,  sementara  itu  perilaku  manusia  merupakan  objek  bagi  ilmu  psikologi. Kuranganya  komunikasi  akan  mengahambat  perkembangan  kepribadian
seseorang,  komunikasi  amat  erat  kaitannya  dengan  perilaku  dan  pengalaman manusia.  Komunikasi  didalam  keluarga  merupakan  salah  satu  faktor  yang
mempengaruhi perilaku manusia. Informan pertama ini bernama Muhammad Ali Akbar Syihab dengan panggilannya  “Ali”. Keluarga nya memilih berpisah pada
juni 2014 lalu, Ali merasa pada awal nya komunikasi antara kelurga nnya berjalan baik sebelum ada nya perceraian.
Ali: “Keluarga sebelumnya baik-baik
aja
. Ayah Ali memang jarang pulang karena  nelayan  jadikan  pulangnya  lama-lama.
Kadang
dua  hari,
kadang
sampai  juga  seminggu.  Jadi,  kalau  perkelahian  dulu  jarang  terjadi.  ayah Ali orang nya
gak
banyak
cakap
.
Gak
banyak cerita, jadi kalau ada hal-hal kecil  yang  menyebabkan  pertengkaran  cepat
ngatasinya
,  karena
setau
ali dulu ayah Ali memang orangnya penyabar
.” Tidak  hanya  komunikasi  yang  baik  didalam  keluarga  nya,  masalah  peran
didalam keluarga pun berjalan baik. Ayah nya seorang nelayan yang menurutnya mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga nya, ibu nya merupakan ibu rumah
tangga yang mengurusi dengan baik anak-anaknya. Hanya saja kakak dan abang- abang  nya  jarang  ada  di  rumah  sehingga  mereka  jarang  berkomunikasi  langsung
satu sama lain. Ali:  “Kalau  menurut  Ali  ya  berjalan
lah
,  padla.  Ayah  ali  kerja  cari  duit sanggup  lama-lama  pulang  ke  rumah  biar  nanti  kalau  pulang  bawa  duit
banyak,  maklum  kami  enam  bersaudara  jadi  ayah  ali  harus  ekstra  kan, karena
mamak
Ali
pun gak
kerja
kek
ibu-ibu  karir
gitu
,
mamak
Ali  kan cuma  ibu  rumah  tangga,  paling
ngurusin
kami
lah
,
ngurusin
rumah walaupun  kadang-kadang  sering  juga
ngurusin
tetangga
tertawa
. Bercanda ali. Ya, namanya juga
mamak-mamak
sering
begosip lah
ya kan. Ya, kalo abang Ali dia uda nikah, jadi
gak
ada dirumah. Kakak Ali, abang
Universitas Sumatera Utara
Ali yang satu lagi sama Ali sibuk juga sama kerja kami. Kakak Ali tu kerja di  padang  jadi  jarang  pulang.  Abang  Ali  yang  belum  nikah  di  medan
kerjanya  juga  jarang  pulang.  Ali  ya  di  medan
lah
,  di  kantor  pajak  tapi
cemanapun
Ali  dari  dulu  sampai  sekarang  tetap  diusahakan  seminggu  itu harus ada sekali pulang. Kalau adik-adik ali yang dua, Bunga sama Zahra
itu  sibuk  sama  sekolahnya.  Orang  itu  apa
lah
tau  nya  padla,  cuma  main- main
aja  lah
masih  SD.  Jadi  kalau  menurut  ali  masalah  peran  dalam keluarga  cukup
lah
berjalan
kek
keluarga-keluarga  yang  lain  juga.  Cuma nasibnya
aja
yang beda sekarang
”
Ayahnya  merupakan  seseorang  yang  tidak  banyak  bicara,  komunikasi antara dia dan ayahnya hanya sebatas masalah pendidikannya selebihnya ia lebih
banyak  bercerita  dengan  sang  ibu  ketika  keluarga  nya  belum  memutuskan  untuk bercerai.  komunikasinya  dengan  kakak  dan  abangnya  juga  tidak  terlalu  sering
karena terhambat dengan pekerjaan masing-masing, kedua adiknya juga tidak bisa diajak begitu aktif dalam berkomunikasi karena faktor usia, adiknya masih duduk
dibangku Sekolah Dasar SD. Ali: “Ali lebih dekat dulu sama
mamak
. Ya karena itu tadi, ayah Ali kan jarang  pulang  dan  karena  Ali  juga  kan  anak  laki-laki  jadi  jelas
lah
lebih dekat sama
mamak
daripada sama ayah Ali. Dulu
kalo mamak ga
ada satu jam
aja
di rumah
udah
heboh kali Ali cari-cari. Tanya abang, tanya kakak “
mamak
kemana”,  tapi  kalau  ayah,  kalau
gak
ada  di  rumah
udah
biasa.
Lagian gak
enak
kalo
mau  cerita  ke  ayah,  karena  ya  memang  ayah  Ali orangnya  pendiam
gak
banyak  bicara.  Jadi  ibaratnya  kalau  kita  ngomong
gak
ada
feedback
nya
lah
.  Cuma  dulu  Ali,  ayah,
mamak
,  kakak,  abang, adik-adik  Ali  ya  sering
lah
cerita-cerita.  Kalau  lagi  ngumpul
ngomong- ngomong
juga.  Ya
pinomat
ayah  Ali
nanya
masalah  sekolah  kami
lah
. Walaupun
endingnya
“Oooh”  dibilang  ayah  Ali,  tapi  setidaknya  ada
lah
cerita kami sekeluarga itu ”
namun  sekarang  ini  ketika  keluarganya  berpisah  komunikasi  nya  dengan sang  ibu  tidak  seperti  dulu  lagi,  sementara  komunikasi  nya  dengan  sang  ayah
masih  tetap  sama,  hal  ini  terjadi  karena  Ali  dan  adik-adiknya  tinggal  di  rumah bersama ayahnya sehingga jarang ketemu dan berkomunikasi dengan sang ibu.
Ali  :  “Ali  dan  adik-adik  ali  tinggal  bersama  di  rumah  ayah,
mamak
Ali tinggal  tempat  nenek.  Karena kan mamak Ali  yang minta  cerai  dan pergi
dari  rumah,  tapi  ayah  Ali  tetap  bagi
lah
bagian
mamak
Ali.  dulu  tempat
curhat
Ali
mamak
Ali, sekarang teman-teman
lah
. Kalau sama ayah tetap sama
kayak
dulu  waktu  orang  tua  belum  cerai,  ayah  nelayan  jadi  jarang pulang, kalau
pun
cerita-cerita paling juga masalah sekolah adik atau kalau Ali  atau  adik-adik  lagi  sakit  pertama  ceritanya  ke  ayah  dulu  baru  ke
mamak
”
Universitas Sumatera Utara
Jika  komunikasi  Ali  dengan  ayah  nya  masih  baik  dan  komunikasi  nya dengan  sang  ibu  seolah  ada  jarak,  berbeda  pula  komunikasi  antara  ayah  dan  ibu
nya,  ia  tidak  bisa  memastikan  mengenai  komunikasi  kedua  orang  tua  nya  pasca bercerai,  namun  yang  ia  ketahui  bahwa  sudah  tidak  ada  lagi  komunikasi  yang
terjadi antara ayah dan ibu nya setelah bercerai.
Ali : ‘“Kalau masalah komunikasi langsung ayah sama
mamak
ali
keknya gak
ada lagi
lah
, padla. Tapi
tak
tau
lah
kalau melalui sms atau telpon ya. Paling kalau
mamak
Ali kemari nanya kondisi ayah A li sama kami. “sehat
ayah  kalian  kan? ”  paling
gitu  lah
padla.  Ayah  ali  pun  bukan  orangnya yang  suka  main-main
gadget kek
kita  sekarang  ini,  suka  ber
sms
ria,
ngabisin
pulsa  buat  nelpon.  Ayah  Ali
tak
masa
kek gitu
pula  orang  nya, bagus  dia  fokus  ke  laut,  cari  ikan
tertawa
.  Tapi  ya,  kalau  hubungan istilahnya
gak
ada
lah
dendam,  benci  atau  apapun  ya  kan.  Mereka  tetap menjadi  ayah dan
mamak lah
buat  kami, walaupun
mamak
bagi  ayah Ali
udah
bukan istri lagi ya kan melainkan mantan istri, tapi bagi Ali tetap
lah
dia
mamak
Ali, mana ada istilah mantan
mamak
ya kan .”
Banyak  perubahan  yang  akan  terjadi  antara  orang  tua  dengan  anak- anaknya  ketika  memilih  untuk  berpisah,  selain  komunikasi  dan  perilaku,
bimbingan  kedua  orang  tua  bisa  jadi  berbeda  antara  keluarga  masih  utuh  dan keluarga yang telah bercerai.
Ali:  “Sekarang  Ali  lebih  bebas
kek
nya  padla.  Mulai  lebih  dewasa  juga semenjak  ditinggal
mamak
.  Dulu  ya  kan  mau  pakai  baju
gonta-ganti
terserah, sekarang
aduh
pikir panjang, malas kali mau nyucinya
tertawa
. Kalau  bimbingan  dari  ayah  tetap  sama  yang  penting
gak
macam-macam,
gak
ada
cewe
tidur  dirumah,  sama  ayah  yang  penting  kerja  masih  dalam keadaan  bagus,  Berteman  juga  sama  yang  bagus.  Jangan  sampai  mabuk-
mabukan atau segala macam hal-hal diluar yang merusak masa depan
lah
padla .”
Awalnya bimbingan dari seorang ibu memang dirasakan begitu ketat oleh Ali, Ibu pun menjadi tempat cerita yang baik dan nyaman bagi Ali, Namun setelah
keluarga  bercerai  ali  menjadi  kan  teman-temannya  menjadi  tempat  untuk  segala cerita-ceritanya.
Ali: “kalau Ali mau cerita-cerita, cerita apa
pun
itu sekarang ini ke teman- teman,  sampai  urusan
privasi
Ali,
kayak
masalah  keluarga  Ali  cerita  nya ke  teman-teman.  Kalau  dulu  Ali
ga
mau  cerita  ke  teman-teman  karena takut
ga
bisa  jaga  rahasia  jadi  ceritanya  ke
mamak
dulu,  kalau  minta pendapat  baru  ke  teman-teman.  Tapi  sekarang  ini  semua  masalah  Ali
cerita-in ke teman-teman, teman-teman dekat
aja
. Teman-teman yang tahu
Universitas Sumatera Utara
semua  masalah  Ali.  Tapi
gitu
pun  Ali  tetap  mau  cerita-cerita  juga  sama
mamak
tapi
ga
banyak lagi,
udah
susah juga, sekarang
pun
Ali
udah
dapat nyaman nya cerita sama teman-
teman itu,” Ali  sekarang  menjadi  lebih  dekat  kepada  teman-temannya,  dulu  teman-
teman hanya dianggap sebagai tempat bersenang, sekarang menjadi tempat segala cerita hidupnya. Komunikasi nya dengan sang ibu pun mulai berkurang semenjak
keluarga  memutuskan  untuk  bercerai,  hal  ini  dimungkinkan  karena  jarak  yang tidak sering ketemu lagi. Perasaan sedih merupakan suatu hal yang tidak mungkin
dipungkiri dari anak-anak
broken home.
Ali: “Sedih sama malu pasti
lah
waktu orang tua
milih
cerai. Sempat sedih juga, apalagi malu sama kawan-kawan kalau tahu orang tua ali
udah
pisah. Ali jadi kesal, sempat marah juga sama
mamak
kenapa minta cerai, sempat Ali  diamin  juga  mereka,  tapi  namanya  orang  tua  mana  mungkin  bisa
didiamin terus, lama kelamaan Ali jadi tahu ini yang terbaik” Perubahan  sikap  dalam  berkomunikasi  pun  terjadi  pada  Ali,  Ali  pada
awalnya  sempat  mendiami  kedua  orang  tua  nya,  namun  lama-kelamaan  hal  itu tidak  dilakukan  lagi,  karena  tidak  mungkin  seorang  anak  mendiami  kedua  orang
tuanya dengan jangka waktu yang panjang. Tapi dapat dikatakan komunikasi nya yang awalnya termasuk dekat dengan ibu, sekarang memiliki jarak. Jarak tersebut
juga  mempengaruhi  sikap  nya  dalam  kehidupan  sehari-hari,  jarak  membuat  ali dan  sang  ibu  jarang  ketemu  dan  berkomunikasi  sehingga  membuat  perubahan
pada sikap ali terhadap kedua orang tua dan didalam kehidupannya sehari-hari. Ali
: “kalau masalah sikap, Ali sempat tertutup karena malu, jadi sempat
ga
mau  ketemu  sama  teman-teman,  kalau
ketemu
di  jalan  Ali  malu  kali. Marah  juga  sama
mamak
kenapa  minta  cerai,  merasa  jadi  anak  yang
ga
beruntung.  Kalau  sama
mamak
sama  ayah  perubahan  sikap  nya  jadi
ga
dekat dengan
mamak
yang dulu nya tempat curhat sekarang
udah ga
lagi, tapi  komunikasi  tetap  dijaga  walaupun  kadang-kadang  seminggu  cuma
sekali  bisa  nelpon.  Sekarang    jadi  diri  sendiri
ga
bergantung  sama  orang tua lagi”
Perubahan sikap pun tidak hanya terjadi terhadap kedua orang tuanya saja, ali merasa perubahan sikap yang kuat juga dirasakan dengan teman-temannya.
Ali:  “kalau  perubahan  sikap  sama  teman-teman  ada,  Ali  kan  sekarang
udah
besar. Dulu waktu
mamak
Ali belum pisah, Ali termasuk orang yang
ga
bisa berkeliaran, kalau main-main sama teman diluar paling lama juga jam sebelas malam harus
udah
di rumah. Nanti kalau teman-teman
nginap
di  rumah,  jam  sebelas
udah  ga
bisa  ribut-ribut,
kadang
kan  kami  suka
Universitas Sumatera Utara
main-main gitar, nama nya juga anak lajang tapi
mamak ga bolehin
ribut- ribut
gitu
. Tapi sekarang
ga
ada
mamak
lagi di rumah, kawan-kawan pada sering
nginap
,
kadang ga
terkontrol ribut nya, cuma Ali juga sering jaga- jaga, jangan sampai ribut-ribut kali, kasihan juga adik-adik. Sekarang lebih
bebas,  terasa  kebebasan  itu,  Ali  bisa  mau
nginap
ke  rumah  teman,  mau kesana,  mau kemari, boleh-boleh
aja
.  Ayah juga jarang pulang, adik-adik juga
udah
terbiasa tidur sendiri- sendiri.”
Pengaruh  keluarga
broken  home
terjadi  pada  perubahan  komunikasi  dan sikap  anak.  Perubahan  tersebut  bukan  hanya  berdampak  pada  kedua  orang  tua,
keluarga  maupun  teman.  Melainkan  juga  lingkungan.  Lingkungan  merupakan salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  perubahan  sikap  seseorang.  Bagaimana
seorang dari anak
broken home
menghadapi lingkungannya. Ali:  “kalau  hubungan  sama  lingkungan
gak gitu
kali
lah
padla.  Kalau lingkungan nya baik ya ali mendekat, kalau lingkungan nya ali rasa buruk
ya ali
tak
mau terlibat. Ali bukan orang yang aktif di lingkungan rumah Ali ini, karena Ali rasa pun lingkungan disini
gak
aktif juga dalam melakukan kegiatan  sosial,  ya  jadi  nya  tertutup  juga  kesempatan  kita  untuk  berbuat
sosial  kan  karena  lingkungan  juga  tidak  berbuat.  Tapi  kalau  ada  sesuatu hal  yang dibuat di  lingkungan ini  yang baik  ya  kalau sempat  ali
pun
ikut
serta padla.”
 Konsep Diri
Tidak hanya berpengaruh pada komunikasi dan sikap, konsep diri seorang anak  bisa  berubah  ketika  anak  tersebut  mengalami  suatu  masalah  hidup  yang
tertekan, termasuk anak-anak dari keluarga
broken  home
ini. Banyak anak masih tegar  mengahadapi  keluarga
broken  home,
namun  tidak  sedikit  keluarga  yang kecewa, sedih dan sebagainya ketika menghadapi keluarga
broken home
. Konsep diri  seseorang  dapat  dilihat  dari  bagaimana  ia  memandang  diri  nya  sendiri,
penilaian  itu  terjadi  awalnya  dipengaruhi  dari  konsep  atau  penilaian  orang  lain terhadap dirinya. Seorang teman Ali yang bernama Satria, penulis jadikan sebagai
sumber yang dapat membantu penulis dalam penilaian nya terhadap sosok Ali. Sa
tria: “Menurut saya Ali berubah
drastis
,  dari  yang  dulu  saya  kenal  dia orang nya pemalu sekali sekarang menjadi orang yang banyak cerita. Tapi
orang nya mudah
suntuk
, suka marah-marah, suka merajuk juga tapi tetap
gentle
.  Pintar  anaknya,  kalau  dalam  berteman  kadang  pelit  juga, berhitungan tapi tetap baik, peduli dengan teman-teman yang susah. Kalau
untuk  keluarganya  Ali  orang  yang  baik,  sayang  sama  adik-adik  nya.  Ali sama saya cerita semua tentang masalahnya, orang nya terbuka, kalau ada
Universitas Sumatera Utara
masalah langsung cerita.
Oiya
, tapi sekarang dia masih tetap ada sifat-sifat pemalu,  pemalu  di  depan
cewe
yang  baru  dia  kenal,  jadi  kalau  ketemu sama
cewe
wajahnya langsung merah
tertawa
. Tapi saya pribadi senang berteman  dengan  Ali  walaupun  orang  nya  berhitungan  tapi  tetap  peduli,
kalau kami lagi  ada masalah, dia mau bantu  walaupun dia sekarang
udah
sukses tapi tetap baik,
ga
sombong. Selain  pendapat  dari  salah  seorang  teman  terdekat  Ali,  penulis  juga
bertanya  langsung  dengan  Ali  mengenai  konsep  dirinya,  siapa  dia  menurut penilaian dari dirinya sendiri.
Ali: “Ali orang nya pemalu, iya, pemalu kali tapi sama orang  yang baru kenal.  Kalau  sama  yang
udah
dekat  ada  “gila-gila”  nya  juga
tertawa
, terus  Ali  orang  nya  kalau  ada  masalah  lebih  suka  diceritain  dari  pada  di
pendam sendiri, kalau
udah
diceritain ada kepuasan pribadi. Ali juga orang nya  pekerja  keras,  apa  yang  Ali  mau  Ali  usahain  harus  bisa  didapat,
sayang sama keluarga, Ali egois kadang suka marah-marah
ga
jelas kalau kata  teman-teman,  tapi  menurut  Ali,  Ali  kalau  marah-marah  pasti  jelas
karena  ada  sebabnya.  Berusaha  untuk  tetap  bersikap  baik,  tidak  sombong
lah
tapi orang tetap
aja
banyak bilang Ali sombong tertawa. Itulah Ali.” Ali  menyatakan  anak  yang  sayang  dengan  keluarga,  rasa  sayangnya
diungkapkan  dalam  bentuk  perhatian,  kasih  sayang,  dan  lain  sebaginya.  Namun setiap  anak  merupakan  sebuah  kesulitan  baginya  dalam  memposisikan  dirinya
kepada  kedua  orang  tua  yang  sudah  berpisah,  karena  jarak  bisa  saja  membuat seseorang semakin dekat maupun semakin jauh.
Ali:  “  Ali  biasa
aja
memposisikan  diri  Ali  baik  dengan
mamak
maupun dengan ayah. Ali  yang sekarang tetap Ali yang dulu. Tetap jadi anak dari
ayah  dan
mamak
Ali.  Yang  membedakan  paling  cuma  sekarang  ini  Ali lebih tahu tentang ayah Ali
lah
daripada
mamak
Ali, karena jarak juga kan. Tapi
sebisa
mungkin  memposisikan  diri  secara  adil
lah
.  Kalau  ayah  lagi butuh  bantu  ayah,  kalau
mamak
lagi  butuh  bantu
mamak
.
Toh,  mamak
maupun  ayah
gak
pernah  melarang  Ali  untuk  dekat  sama  ayah  maupun sama
mamak
. ”
Seorang  anak  kadang  menjadi  tertekan  dalam  memposisikan  diri  menjadi seorang  anak  dihadapan  kedua  orang  tua  nya  yang  telah  berpisah,  Namun  Ali
tetap mampu memposisikan dirinya dihadapan kedua orang tua. Berbeda dengan cara  dia  memposisikan  diri  dengan  teman-teman  nya,  Ali  menyatakan  sedikit
susah  dalam  menyesuaikan  diri  dengan  teman-teman  yang  memiliki  keluarga yang utuh,  Ali  merasakan ada sifat  malu  yang mendalam ketika berada ditengah
keluarga teman-teman nya.
Universitas Sumatera Utara
Ali:  “Ali  malu  sama  teman-teman  waktu  tahu  keluarga  Ali  cerai,  tapi bukan cuma sama teman-teman
aja
padla, sama keluarga dari teman-teman Ali  yang  lebih  malu,  Ali  merasa  takut  diberi  pandangan  buruk  dari
keluarga-keluarga  teman  Ali  tentang  keluarga  Ali,  ada  segan  juga. Kadang-kadang
mamak
nya  kawan-kawan  Ali  kalau  Ali  main  ke  rumah, orang  itu  nanyai  tentang  keluarga  Ali  kenapa  bisa  cerai,  Ali  malu
lah
padla” Berada  ditengah  teman-teman  yang  memiliki  keluarga  yang  utuh  juga
menjadi  kebahagiaan  tersendiri  bagi  Ali  karena  keluarga  temannya  dianggap sebagai keluarga nya sendiri, namun perasaan sedih tetap dirasakan oleh seorang
anak  yang  tidak  memiliki  keluarga  yang  utuh  layaknya  keluarga-keluarga  lain yang masih utuh.
Ali:  “Iri,  Sedih  tapi  senang  juga
lah
.  Iri  karena  keluarga  Ali
tak
seperti mereka.  Sedih  karena  orang  tua
udah
pisah,
gak
sama-sama  lagi.  Ya senang karena keluarga teman-teman Ali, Ali
anggap
keluarga ali sendiri juga. Senang karena keluarga teman-teman ali masih utuh kan. Kalau
udah gak
utuh lagi sama
lah kek
Ali, jadi Ali
pun
pasti sedih juga.
Double
jadi sedihnya kalau
kek gitu
kan. ”
Enam  bulan  sudah  Ali  mengalami  hidup  menjadi  anak  yang  berasal  dari keluarga  yang
broken  home,
bukan
lah
waktu  yang  sebentar  bagi  Ali  dalam membiasakan diri untuk hidup jauh dari ibu nya.
Ali: “Belum juga. Sampai sekarang Ali masih merasa utuh
lah
. Masih ada ayah,
mamak,
abang, kakak sama adik-adik Ali. Yang
beda
Cuma
mamak udah gak
tinggal di rumah lagi. Kalau abang sama kakak, Ali
udah
biasa, orang itu kan memang jarang pulang sibuk sama kerjaannya
.” Perasaan  dan  penilaian  Ali  pun  sekarang  ini  berubah  dari  seorang  anak
yang manja menjadi sosok anak yang mandiri, perubahan itu terjadi karena faktor usia  maupun  sejak  keluarga  nya  telah  bercerai  sehingga  membuat  ali  harus
mandiri dalam menyikapi kehidupannya. Ali  :
“Berbeda  pasti
lah
padla.  Dulu  masih  kekanak-kanakan,  sekarang
udah  agak
dewasa
lah
menghadapi  hidup.  Mungkin  ada  hikmah  di  balik kejadian,  tetap  bersabar,  bersyukur  juga.  Ambil  hikmah  dari  setiap
kejadian.  Kalau  disuruh  deskripsikan  tentang  Ali  ya  Menurut  ali,  ali orangnya  yang  penting  disiplin,  terbuka  dan  apa  adanya  dan  juga
menerima  segala  masukan  yang  sifatnya  membangun  dan  ali  juga  sering menyampaikan  pendapat  ali  dengan  baik  namun  ali  orangnya
gak
mudah juga  menerima  kritikan  karena  menurut  ali  kritikan  itu  ada  yang  sifatnya
membangun dan ada yang tidak. ”
Universitas Sumatera Utara
Walaupun sempat tertekan, sedih dan merasa malu terhadap masalah yang terjadi  didalam  keluarganya,  Ali  merupakan  anak  yang  mampu  bertahan,
walaupun  pada  awal  nya  sulit  bagi  Ali  dalam  menerima  kondisi  ini,  Ali  tetap bangkit  dan  sekarang  Ali  merupakan  mahasiswa  yang  berprestasi,  Ali  lulus  di
Sekolah Tinggi Akutansi Negara pada tahun 2011 selama satu tahun dan berhasil meluluskannya pada tahun 2012, sekarang Ali  telah bekerja di  kantor pajak kota
Medan. Dengan begitu, walaupun berasal dari anak
broken home,
Ali tetap pernah menerima pujian-pujian dari orang lain atas prestasi-prestasinya.
Ali:
“Sikap Ali ketika menerima pujian dari orang lain itu ya senang
lah
pasti, karena itu kan merupakan keuntungan bagi kita berarti apa yang kita lakukan  mendapat
respond
yang  baik  dari  orang  dan  kita  juga  diakui keberadaan  kita  bagi  orang  lain  ya  kan  dan  pujian  yang  kita  peroleh  itu
juga dijadikan sebagai batasan bagi kita juga
lah
agar kita tidak sombong, bisa dikatakan pujian itu sebagai benteng bahwa
tak
selamanya pujian itu membuat  kita  tinggi  hati  tapi  juga  sebagai  memotivasi  diri  kita  menjadi
lebih  baik  lagi.  Pujian  itu  bagi  Ali  hanya  sebagai  awal,  istilahnya
Triger
agar kita lebih baik lagi kedepannyalah
gitu
. ”
Selain  pujian  terdapat  juga  berbagai  kritikan,  ternyata  Ali  tidak  mudah menerima semua kritikan dari orang lain.
Ali :
“Ali
gak
mudah
nerima
kritikan, padla. Jika pun Ali di krikitik. Ali
bakal
lihat  itu  kritikan  sifatnya  membangun  atau  tidak.  Intinya  kritik  itu Ali saring dulu
lah
padla, apakah kritik itu betul-betul bersifat membangun atau  tidak.
nah
,  kalau  kritik  itu  memang  bersifat  membangun  dan  baik bagi  Ali  ya  ali  terima,  namun  kalau  kritik  itu  sifatnya  hanya  sekedar
menjatuhkan  mental  kita  dan  apabila  Ali  betul-betul  yakin  yang  Ali lakukan  itu  benar  namun  di  kritik  orang  itu  salah  ya  ali  abaikan
aja
kritikan itu tadi padla. ”
 Keterbukaan diri
Konsep  diri  sangat  mempengaruhi  dalam  keterbukaan  diri  seseorang. Ketika  Ali  mengalami  suatu  masalah  didalam  keluarga  Ali  memiliki  konsep
dirinya,  begitupun  dengan  keterbukaan  dirinya,  baik  itu  keterbukaan  dengan keluarga, teman-teman maupun dengan lingkungan.
Ali:  “kalau  sama  keluarga,  khususnya  sama
mamak
sama  ayah,  Ali  jadi tertutup  padla,  Ali
ga
banyak  cerita  lagi  sama
mamak
sama  ayah.  kalau
Universitas Sumatera Utara
sama  ayah  kan  memang  dari  dulu  cerita  sekedarnya
aja
,  kalau  sama
mamak ga
terbuka
kek
dulu lagi,
kadang
mau juga cerita tentang pacar tapi sesekali  juga,  dulu  suka  Ali  deskripsikan  orang-orang  yang  dekat  sama
Ali,  sekarang
ga
lagi.  Kalau  ada  masalah
pun
,  kalau  sama  orang  tua
ga
juga  mau  cerita,
ga
mau  nambah  beban  mereka
lah
,  Ali  juga  bisa
lah ngadapi
masalah Ali tanpa orang tua lagi, Ali sekarang jadi lebih terbuka, lebih  bebas  juga  sama  teman-teman  Ali,  karena  mereka  juga  tempat  Ali
sekarang ini cerita-cerita kalau lagi ada masalah, berbagi cerita, tapi kalau sama lingkungan, lingkungan Ali juga pasif jadi
ga
ada juga yang bisa Ali sumbang kan kalau di lingkungan”
keterbukaan  diri  seseorang  tentunya  di  lihat  dari  keterbukaannya  dalam pergaulan,  apakah  seorang  anak  memiliki  banyak  teman  atau  tidak,  memiliki
perilaku yang bebas dan negatif atau sebaliknya. Ali:  “kalau  dalam  pertemanan  ya  tentu  Padla,  Ali  memang  orang  yang
memilih-milih  dalam  berteman.  Mana  teman  yang  baik  dan  mana  teman yang  tidak.  Bukan  berarti  juga  menutup  kemungkinan  untuk  tidak
berteman dengan orang yang tidak baik.
” Selain  itu,  penulis  meminta  sekali  lagi  kepada  Satria  selaku  teman  Ali
mengenai  pendapatnya  terhadap  keterbukaan  diri  Ali  dalam  berteman  dan menceritakan masalah-masalahnya.
Satria:  “semua  masalah  Ali  saya  tahu.  Dari  mulai  masalah  keluarganya bercerai, masalah
cewe
yang dekat dengannya, masalah teman-teman yang tidak  disukainya,  masalah  pekerjaannya,  saya  tahu  semua  nya,  Ali
termasuk  sering  cerita  dengan  saya.
Kalaupun
Ali
ga
cerita,  saya  yang bertanya
selaku
teman, mungkin
aja
dia malu kan menceritakan “aib” nya tapi  saya  tetap
korek
dan  memberikan  pendapat  yang  jangan  sampai menyinggung  nya  tetapi  tetap  terbaik  untuknya.  Tapi  Ali  termasuk  orang
yang  susah  juga  mendengar  saran  dari  kita,  di  iya-in  tapi
ga
dikerja-in. Keras sama
bandel
juga.” Ali  memang  termasuk  orang  yang  sering  menceritakan  masalah  nya
kepada  teman  nya,  namun  bukan  semua  temannya  melainkan  teman  dekatnya saja.  Hubungan  pergaulan  ali  dengan  teman-temannya  yang  lain  yang  dirasakan
tidak akrab hanya sekedar sapa-menyapa aja. Ali:  “kalau  dibilang  teman  memang  Ali  banyak,  tapi  teman  dekat  cuma
empat orang: Hasan, Muis, Satria dan Haris. Sama orang itu
aja
yang mau cerita, kalau sama  yang  lain  ya sekedar tegur-sapa
lah
padla. Kadang Ali juga cepat lupa orang nya, nanti ada yang
negur
Ali,
kadang
Ali
ga
ingat itu siapa, rupa nya ditengah jalan baru tahu,
Oiya
,  teman SD yang itu tadi,
gitu
”
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan Kasus :
Dampak  dari  keluarga
broken  home
membuat  psikologis  komunikasi, konsep diri dan keterbukaan Ali berbeda. Komunikasi antara Ali dan ibu nya yang
awal  nya  akrab  menjadi  tidak  akrab,  hanya  berkomunikasi  sekedar  menanyakan kabar,  sementara  dengan  ayah  cukup  mambaik  dikarenakan  Ali  tinggal  satu
rumah  dengan  ayah  nya,  dengan  komunikasi  yang  seolah  berjarak  seperti  itu membuat  sikap  Ali  tertutup  terhadap  kedua  orang  tua  nya,  Ali  lebih  sering
bercerita  dengan  teman-teman  akrabnya  dan  mendapatkan  kenyamanan  bercerita dengan  teman-temannya  dibandingkan  dengan  kedua  orang  tuanya.  Sementara
konsep diri Ali berubah drastis yang awalnya manja sekarang manjadi sosok anak yang  mandiri,  seorang  anak  yang  pemalu  menjadi  aktif  dalam  berbicara,  namun
Ali  memiliki  sikap  yang  egois  dan  suka  marah-marah,  hal  ini  mungkin dikarenakan kurang nya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua sehingga
merasa suka diperhatikan dan dilibatkan, jika tidak dia akan tetap ego dan marah- marah,  walaupun  pada  masalah  yang  kecil  menjadi  masalah  besar  bagi  nya,
namun  dilihat  dari  sikapnya  dalam  menerima  pujian  dan  kritikan  orang  lain  bisa dikatakan  sebagai  konsep  diri  positif,  karena  mengahadapi  pujian  dan  kritikan
secara  kritis.  Sementara  itu,  keterbukaan  diri  nya  tertutup  dan  cenderung  tidak memperhatikan  lingkungan,  hanya  terbuka  dengan  teman-teman  dekat  saja,
karena Ali merupakan orang yang memilih-milih dalam berteman.
Informan 2 : Mulyani
 Psikologis Komunikasi Dalam Keluarga
Keluarga  Mulyani  atau  sering  disapa  dengan  Imul  ini memiliki  orang  tua yang  mandiri,  namun  sering  bertengkar  sehingga  membuat  ayah  dan  ibu  nya
memilih untuk berpisah pada tahun 2009. Imul : “Baik-baik
aja
walaupun sering bertengkar memang.
Pas
mau pisah juga baik-baik
aja
nya. Ibu aku orang nya mandiri, bapak ku pun orangnya mandiri,  jadi  pisah  ini  pun  masih  bisa  orang  itu  hidup.  Kami
pun
anak- anaknya  mandiri.  Apalagi  ini  aku  pun
uda
punya  keluarga  sendiri.  Adik aku pun mandiri, jadi
tak
masalah sama perpisahan orang tua. Memang ini yang terbaik.”
Universitas Sumatera Utara
Kedua  orang  tuanya  memilih  jalan  berpisah  dengan  baik-baik  saja membuat  Imul  tegar  dalam  menghadapi  perpisahan  kedua  orang  tua  nya.  Ayah
dan ibu nya merupakan sosok yang tidak memiliki banyak cerita begitu pun ia dan adik-adik nya dalam kehidupan sehari-hari.
Imul  :  “Kalau  aku,  adik  aku  juga
tak masa
orang  yang  banyak-banyak
cakap
.  Ada  perlu  baru
cakap
.
Pas
mau  minta  uang  untuk  keperluan
yaudah
minta.  Kalau  bapak  sama  ibu  aku  memang  sering  bertengkar. Memang  orang  itu
tak
banyak  cerita  tapi  sekali  bertengkar
ngeri
,  habis barang-barang di rumah. Bapak ku orangnya tegas, keras, ibu ku termasuk
egois,  jadi  kalau
uda
bertengkar  susah.  Maka  nya  ini  yang  ku  bilang keputusan  yang  baik.  Kami  pun
tak
mau  juga  lihat  orang  tua  pisah  tapi kalau  sering  bertengkar  kan  lebih  bagus  pisah
aja
.  Tapi  pisah  nya  baik- baik.  Keluarga  pada  tahu.  Aku  pun  sama  adik  ku
tak
ada  masalah  sama perpisahan ini, dari dulu pun ku bilang sama ibu pisah
aja
kalau terus-terus bertengkar,
lagian
kami
udah
pada dewasa,
udah
bisa
lah
hidup  mandiri,
udah
bisa
ngerti
juga.  Keluarga  pun  pada
ngerti
.  Keluarga  pun
ga
ada masalah,  setuju-setuju
aja yaudah
cerai.  Karena  memang
tak
bisa  lagi orang itu bersatu, terakhir ibu aku yang minta cerai, bapak ku pun mau.”
Imul  mengatakan  bahwa  keluarga  nya  bukan  termasuk  orang-orang  yang banyak  bicara,  meskipun  sering  terjadi  pertengkaran  namun  menurut  nya  peran
didalam  keluarga  tetap  berjalan  meskipun  ia  tidak  dapat  memberikan  penilaian baik  atau  buruknya  peran  didalam  keluarga  nya  sebelum  kedua  orang  tua
memutuskan untuk bercerai. Imul: “Baik tidak nya
tak
tau
lah
.  Ibu  aku  kan  punya  jualan,  bapak  aku bantu  ibu  di  kedai  tu.  Aku pun dulu  sering kesana, bantu  disana,  adik  ku
pun  juga.  Kedai  kami  kan  dari  pagi  sampai  malam  buka  jadi  ibu  sama bapak  hampir  seharian-an  disana.  Terkadang  malu  nya  di  kedai  pun
bertengkar juga, ku rasa karena memang dua-dua nya
capek
,
tak
ada yang mau
ngalah
. Tapi kalau dibilang baik, bisa juga
lah
. Karena kan orang tua masih  memenuhi  kebutuhan  keluarga.  Kami  pun  anak-anak  nya  sekolah
lancar,  walaupun  aku  berhenti  ditengah  jalan
pas
kuliah  kemarin.  Tapi setidaknya  SMA  lulus
lah
,  adik  ku  pun  si  Yuni  kuliah,  mudah-mudahan dia tidak
kayak
aku.” Pasca orang tua nya bercerai, Imul merasakan hal yang biasa ketika kedua
orang  tua  nya  sudah  bercerai.  Sang  ibu  telah  menikah  lagi  tetapi  ia  tidak  terlalu menyenangi  pernikahan  ibu  nya  dengan  ayah  tirinya  tersebut,  sementara  sang
ayah  sekarang  ini  belum  menikah  tetapi  ia  mengetahui  bahwa  ada  sosok perempuan yang sedang dekat denga ayah nya sekarang ini.
Universitas Sumatera Utara
Imul  :  “Aku  rasa  biasa
aja
.
Gini-gini
juga.  Cuma  ibu  aku  nikah  lagi  ku rasa pun tambah beban
aja
ibu aku nikah lagi tapi karena dia memang mau nikah
tak
mungkin kami larang. Bapak ku belum nikah lagi, cuma
se-tahu
aku  sekarang  ada  perempuan  yang  lagi  dekat  sama  bapak  ku,  kemarin dikenalkan  sama  kami.  Aku
tak
masalah  orang  itu  pada  mau  nikah,
apalagi
sekarang kan aku juga
uda
berkeluarga jadi lebih fokus
ngurusin
keluarga aku
aja
dulu.” Komunikasi antara Imul dan kedua orang tua nya tetap sama, Imul adalah
sosok  anak  yang  tidak  terlalu  banyak  bicara  dan  termasuk  sosok  anak  yang tertutup dalam menceritakan masalah-masalahnya.
Imul : “aku orangnya
tak
banyak
cakap
sama bapak, sama ibu aku,
kayak
kawan-kawan aku yang lain dulu ku lihat kan cerita-cerita dari mulai cerita masalah  sekolah  sampai  masalah  pacarnya  pun  cerita  dia  sama  ibu  nya
sama bapak nya, kalau aku
ogah lah
. Kalau
tak
ada yang penting
tak
mau cerita
lah
.  Ibu  sama  bapak  ku  pun  jarang  juga
nanya
,
tak
suka  juga  aku kalau  orang  itu  terlalu  banyak  tanya,  kalau  aku  ada  masalah,
tak
bisa  ku atasi baru aku cerita, tapi
selagi
aku masih mampu
ngatasi
masalah itu
tak
mau  aku  cerita.  Memang  dari  dulu  aku
kayak  gitu
orang  nya.  Pernah
lah
dulu,  aku  waktu  SMP  berantam  sama  kawan  sekelas  laki-laki  sampai masuk kantor kan,
tak
ada ku cerita kan sama ibu ku, ibu ku tahu nya dari kawan-
kawan aku.” Imul mengatakan sosok anak yang tertutup sehingga komunikasi antara ia
dan ayah nya pasca bercerai biasa saja, ia memang lebih banyak bercerita kepada ibu  daripada  sang  ayah  karena  ia  sekarang  tinggal  bersama  ibu  nya,  sementara
dengan  sang  ayah  ia  hanya  bertemu  kapan  ia  mau  dan  bisa  saja.  Berbeda  pula dengan komunikasi antara ayah dan ibu nya, pasca bercerai, ia mengatakan bahwa
komunikasi  ayah  dan  ibu  nya  tidak  ada  lagi,  apalagi  sekarang  ibu  nya  telah mempunyai suami yang baru. Sempat terdengar oleh nya bahwa kedua orang tua
nya ingin rujukan kembali sebelum ibu nya menikah lagi, namun sampai ibu nya menikah  lagi  hal  itu  tidak  terjadi.  Bahkan  sekarang  ini  sudah  tidak  pernah  ayah
dan ibu nya berkomunikasi lagi. Imul  :  “Komunikasi,  kalau  sekarang
tak
ada  lagi
lah
.  Ibu  aku  pun
uda
punya  suami  sekarang,  marah  nanti  suaminya  kalau  dia  masih berhubungan  sama  bapak  ku.  bapak  ku  pun  lagi  dekat  sama  perempuan.
Cuma pernah juga waktu beberapa tahun pisah sebelum ibu ku nikah lagi, bapak  ku  ada  juga  ke  kedai  sempat  bantu-bantu  juga,  ku  dengar  pun  ada
rencana mau rujukan lagi, mau bersatu lagi. Tapi itu
lah
kalau memang
tak
Universitas Sumatera Utara
di izini
tak
bakalan jadi. Ya memang
tak
jadi orang itu nikah lagi, memang bukan yang terbaik kalau orang itu bersama.”
Walaupun  ayah  dan  ibu  nya  telah  berpisah,  namun  bimbingan  dari  orang tuanya  tetap  sama  bagi  diri  nya.  Namun,  sekarang  ini  bimbingan  penuh  hanya
didapat dari suami nya. Imul : “Kalau ditanya bimbingan orang tua dari dulu sampai sekarang ku
rasa bimbingan bapak sama ibu ku sama
aja
kayak orang tua yang lainnya. Bagus-bagus menjaga anak-anaknya, biar mereka susah yang penting anak
jangan sampai ikut-ikutan susah juga. Walaupun bapak sama ibu aku
udah
pisah  orang  itu  tetap  mau  tahu
lah
sama  anaknya.  Apalagi  kan  sekarang aku
udah
ada suami jadi suami aku
lah
yang bimbing aku. Tapi aku masa orang  nya  yang
tak
mau
diketatin
,  aku  suka  kebebasan,  semakin  aku
diketatin
semakin  bandal  aku.  Jadi  orang  tua  aku  pun  dulu  termasuk membebaskan  anak-anaknya  tapi  itu  kembali  ke  diri  aku  lagi
lah
,  harus bisa  menjaga  kepercayaan  orang  tua  tadi,  suami  aku  pun  sekarang
tak
pernah  ketat  sama  aku,  aku  mau  pergi-pergi
tak
pernah  dilarang  yang penting  urusan  rumah  selesai,  anak  tidak
terbengkalai
,  kalau  mau  pergi- pergi harus jujur pergi kemana, sama siapa jangan bohongi suami sendiri.
Istilahnya  kita  dipercayai  untuk  diberi  kebebasan,  jadi  kita  harus  jaga kepercayaan orang itu sama kita.”
Imul merupakan anak yang tegar dan tidak terlalu menjadikan perpisahan kedua  orang  tua  nya  sebagai  hal  terburuk  didalam  hidupnya,  ia  menganggap
bahwa  perpisahan  ini  merupakan  jalan  yang  terbaik  bagi  kedua  orang  tua  nya, hanya perasaan malu yang ia rasakan ketika menerima kenyataan bahwa keluarga
nya harus berpisah. Imul : “Paling malu
lah
. Tapi sama
aja
kalau
pun
belum cerai, sering juga bertengkar malu juga,
apalagi
kalau bertengkarnya di kedai, banyak orang. Sedih,  iya
lah
sedih  tapi  itu  pun  sama  juga.  Orang  tua  sama  pun  kalau bertengkar  tiap  hari  sedih  juga  kan.  Jadi  memang  ini  yang  terbaik  nya.
Malu sama sedih nya
pas
awal
aja
. Malu sama teman kalau tahu orang tua ku
uda
cerai,  terus  selebihnya sampai kemari
udah
biasa
aja
.
Udah
lebih enak  pun
pas
pisah.  Karena  kan
udah  tak
ada  lagi  pertengkaran, perkelahian. Walaupun
udah
pisah, aku masih  bisa ketemu bapak ku, ibu ku. Jadi lebih enak juga. Paling adik ku
lah
si Yuni kemarin tu waktu cerai bapak  sama  ibu  ku  nangis  kali  dia,
histeris
mungkin  karena  dia  memang anak terakhir jadi
gitu
kali. Tapi kalau aku
sih udah
bisa
ngerti
.” Namun  apapun  ceritanya  ketika  orang  tua  telah  memilih  untuk  berpisah,
seorang anak harus tetap menjadi sosok “anak” baik bagi ayah maupun ibunya. Begitu juga dengan  Imul, bahkan sekarang ini Imul harus mampu memposisikan
Universitas Sumatera Utara
dirinya  menjadi  seorang  anak  bagi  ayah  dan  ibu  nya  serta  menjadi  seorang  istri bagi suami dan seorang ibu untuk anaknya.
Imul  :  “Sekarang  ini  aku  harus  bisa  memposisikan  diri  kapan  aku  jadi seorang  anak,  kapan  aku  jadi  seorang  istri,  kapan  aku  jadi  seorang  ibu,
kapan  aku  jadi  seorang  kakak.  Jadi  kalau  aku
ketemu
sama  bapak,  sama ibu  ku  ya  memposisikan  diri  ku  sebagai  seorang  anak  sama
kayak
aku dulu.  Aku  tak  pernah  benci  sama  orang  tua,  cuma  benci  sama  keadaan
aja
.”
Selain komunikasi yang tertutup antara imul dan kedua orang tuanya, imul juga  merupakan  sosok  yang  tertutup  dengan  teman-temanya,  hal  ini  disebabkan
jarak. Teman-temannya banyak yang bekerja di luar maupun yang sudah menikah sehingga
mengurusi hidup
masing-masing. Namun
berbeda dengan
lingkungannya, imul tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangga nya serta cukup aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungannya.
Imul : “Teman-teman yang dulu nya dekat sekarang
udah tak
dekat  lagi. Jarak membuat semuanya berubah.
Lagian
kawan-kawan ku banyak yang jauh-jauh  jadi
tak
pernah  ketemu
udah
sibuk
ngurusin
rumah  tangganya masing-masing,
ngurusin
masa  depannya  masing-masing.  kalau  sama tetangga  bertegur  sapa.
Tak
suka  bertengkar  juga.  Kalau  ada  yang  pesta ikut
rewang
,  jadi,  kalau  kita  pun  buat  acara  tetangga-tetangga  pada bantuin. Kalau sama lingkungan masih bisa jaga hubungan yang baik. aku
termasuk  aktif  dalam  lingkungan.  Walaupun  aku
udah
berkeluarga  tapi kalau  disini  ada  buat-buat  acara  aku  ikut  serta
selagi
masih  mampu  dan banyak
aja
teman-teman,  anak-anak  gadis  disini
ngajak
aku,  karena memang  disini  remaja  nya  sedikit,  banyak    yang  merantau,  aku  pun  kan
masih  gadis  juga  jadi  tetap  diajak.  Aku  pun
tak
ada  kerja  tetap,  jadi  bisa ikut  serta  juga,  suami  pun
tak
melarang  apalagi  kalau  memang  acara  itu bermanfaat”.
 Konsep Diri
Walaupun imul tegar dalam mengahadapi perpisahan kedua orang tuanya, namun  dimata  suami  nya  imul  merupakan  sosok  yang  suka  murung  dan  mudah
mengeluarkan  air  mata.  Penulis  meminta  suami  dari  imul  yang  bernama  Eza dalam memberikan penilaiannya terhadap Imul istri nya.
Eza  :  “dia  tu  memang
tomboy
tapi
cengeng
juga,  dari  mulai  pacaran sampai sekarang masih
hobby nangis
tapi
nangis
nya diam-diam memang, kalau ditanya
ga
mau jawab, kadang juga kita
ga
tahu apa  yang ditangisi nya.  Tapi  dia kalau jadi ibu  lembut  sama si  kecil, kalau jadi istri cerewet
Universitas Sumatera Utara
kalau jadi anak
ga
banyak cerita dia, berubah-berubah gitu orang nya, sulit ditebak”
Tidak hanya sebatas penilaian suami nya, penulis juga meminta pendapat sang  ibu  dalam  meberikan  penilaiannya  tentang  imul  untuk  mengetahui  seperti
apa sosok seoarang imul. Ibu  :  “dia  pendiam  kalau  sama  ibu
tak
mau  cerita  banyak,  dulu  sering bertengkar  sama  adik  nya.  Dia  itu  macam  laki-laki  sifatnya.  Kalau  sama
ibu  jarang  cerita  kami,  cerita  paling  tentang  kalau  dia  ada  masalah
ngurusin
anak  nya  baru  tanya  ibu,  kalau  dia  ada  sakit  tentang  kita perempuan  baru  cerita  sama  ibu.
tak
jadi  anak  yang  banyak
cakap
dia. Kalau
nangis
waktu  kecil  sering  ibu  lihat  kalau
begadoh
sama  adiknya, kalau  sekarang  pernah  juga  kadang  ibu  lihat  mata  nya  bengkak,  merah
seperti orang
nangis
” Setelah  berbagai  penilaian  yang  dipapaparkan  dari  orang  terdekat  imul,
agak sedikit berbeda dengan penilaian imul terhadap dirinya, ia memang mengaku anak  yang  tertutup  tetapi  tidak  mengakui  kalau  dia  suka  menangis  seperti  yang
dibilang oleh suami dan ibu nya. Imul : “Aku orang nya mungkin ada
kayak
ibu  sama  bapak  ku,  pemarah suka  marah-marah.  Kadang  memang  hal  yang  kecil  pun  mau  aku  jadi
marah besar. Aku tak suka kalau kerja tu lambat-lambat, jadi kalau suami ku  nanti  mandi  lama,  makan  lama  suka  aku  marah,  tapi  suami  aku
memang pendiam,
ngalah
juga. Aku pun kadang kalau dia yang marah aku yang diam. Saling-saling menjaga
lah
. Kalau ditanya soal suka
nangis
aku orang nya
ga
suka
nangis lah
, jarang
lah
”
Imul  tetap  merasakan  penilaian  yang  sama  tentang  dirinya  dari  dulu sampai  sekarang  keluarga  telah  berpisah  hanya  saja  ia  merasa  ia  menjadi  anak
yang lebih bebas ketika kedua orang tua nya bercerai. Imul : “kalau dulu sama sekarang sama
aja
yang
beda
“kebebasannya” itu. Dulu  sebelum  orang  tua  aku  cerai  aku  bebas,  memang
lah
waktu  ku banyak di kedai, arti bebas nya paling bebas berteman, ibu sama bapak ku
tak
pernah  melarang  aku  mau  berteman  sama  yang  ganteng,  sama  yang cantik,  sama  yang  kaya,  sama  yang  miskin,  sama
aja
itu  semua.  waktu
uda
h cerai bebas juga.
Malah
lebih bebas lagi. Aku jarang ke kedai karena aku  lebih  sering  di  rumah  kemarin,  adik  ku  si  Yuni  yang  di  kedai  kalau
kami dua-duanya di kedai aku sering berantam sama dia.
Pas udah
nikah pun aku bebas tapi bebas nya masih dipantau suami juga, istilahnya kalau
aku  mau  kemana-mana
tak
pernah  dilarang  yang  penting  baik-baik. Memang  dulu  bapak  kalau  mau  berteman  boleh  tapi  masalah  pacaran
Universitas Sumatera Utara
masih ngelarang, tapi waktu
udah
sama ibu, ibu lebih dewasa
tak
masalah mau pacaran yang penting tahu jaga diri. kalau dulu bapak marah kali dia
kalau  anaknya  pacaran  padahal  kan  kita
udah
dewasa  juga.  Waktu  mau nikah
aja
kan bapak sama ibu udah cerai, bapak sempat
tak
setuju tapi kasi pemahaman  kalau  aku  memang
uda
h  sanggup,
uda
h  mampu,  suami  ku pun
udah
kerja,  jadi  bisa
lah
bangun  rumah  tangga,  walaupun  sekarang tinggal di rumah ibu karena di rumah anak nya
cuma
tinggal aku, si Yuni udah di Aceh.”
Selain  kebebasan  yang  dirasakannya,  menurut  imul,  ia  juga  merupakan orang yang jarang bersedih, namun pasti pernah memiliki kekecewa-an tersendiri
apabila sebuah permintaannya ditolak oleh orang-orang disekelilingnya. Imul : “Kecewa karena aku orang nya jarang minta. Jadi kalau ada sekali
permintaan  aku
tak
dikasi  pasti  kecewa.  Kalau  pendapat  atau  saran  aku yang di tolak diam
aja lah
. Tapi suatu saat kalau misalnya pendapat aku tu terbukti  betul,  bagus  kedepannya  aku  marah-marah  kenapa
tak
didengar pendapat aku itu.”
Selain itu karena sifatnya yang tertutup membuat imul menjadi sosok yang tidak percaya diri  juga apabila menerima sebuah kritikan tentang diri  nya dan ia
juga  menyatakan  orang  yang  selalu  mendengar  kritikan  orang  lain  dan  termasuk sering mendapat kritikan dari orang-orang disekitarnya, berbeda dengan pujian ia
merupakan orang yang jarang menerima sebuah pujian. Imul  :  “Aku  orang  nya  tak  PD  padla,  tak  percaya  diri.  Aku  kalau
udah
sekali  di  kritik  langsung
lah
masuk  ke  hati.  Semua  kritikan  orang  ku terima memang. Misalnya, penampilan aku di bilang orang jelek walaupun
baju itu baru ku beli, kalau
uda
h di kritik jelek
tak
mau lagi ku pakai baju itu.  Kalau  pujian  senanglah.  Siapa  juga  orang  yang
tak
senang  kalau  di puji.  Tapi  aku  jarang  pula  di  puji.  Suami  ku  pun  masa  orang  nya  bukan
yang romantis
gitu
, suka
kayak
suami-suami lain
muji-muji
istrinya.
 Keterbukaan diri
Keterbukaannya  dengan  keluarga  dengan  teman-temannya  memang berbeda,  imul  merupakan  orang  yang  tidak  memilih-milih  dalam  berteman,
dahulu dia juga memang lebih senang cerita ke teman-teman nya. Imul : “Siapa pun ku temani kalau dalam berteman. Lebih enak cerita itu
sama  mereka.
Tak
ada  aku
milih-milih
yang  penting  orang  itu  mau berteman  sama  aku.  Ini  ku  rasa  semenjak  aku
udah
nikah,  taman-teman
Universitas Sumatera Utara
yang  lain  juga
udah
pada  nikah
udah payah
mau  ketemu  teman-teman. Tapi  kalau  dulu  semua  ku  temani  lebih  banyak  pun  kawan  aku  laki-laki
daripada perempuan, orang bilang aku memang
tomboy
. Tapi memang ku rasa lebih enak berteman itu sama laki-
laki.”
Namun  seiring  berjalannya  waktu,  jarak  pun  mempengaruhi  hubungan kedekatannya  dengan  teman-teman  nya  yang  dulu.  hubungan  antara  dia  dengan
teman-temannya tidak dekat seperti dahulu lagi. Imul:  “Teman-teman  yang  dulu  nya  dekat  sekarang
udah tak
dekat  lagi. Jarak membuat semuanya berubah.
Lagian
kawan-kawan ku banyak yang jauh-jauh  jadi
tak
pernah  ketemu
udah
sibuk
ngurusin
rumah  tangganya masing-masing,
ngurusin
masa  depannya  masing-masing.  Cuma
sekedar nanya
kabar
gitu  aja
.
Udah  tak
pernah  lagi  pun  ketemu  sama  kawan- kawan sekarang ini, aku pun  sekarang lebih suka di  rumah
aja
kalau  ada teman  yang  datang  ya  senang  aku  pun
tak
ada  kerjaan,  jadi  di  rumah terus.”
Karena jarang ketemu dengan teman-temannya lagi, imul pun menjadikan suami  tempat  bercerita  segala  masalah  hodup  nya  sekarang  ini,  namun  ia
mengatakan  tidak  semua  juga  hal-hal  yang  dialami  didalam  keluarga  nya  di ceritakan kepada suami nya.
Imul  :  “Kalau  sekarang  ini  sama  suami.  Dulu  sama  kawan-kawan. Sekarang  sama  suami.  Tapi  tidak  juga  semua.  Misalnya,  ada  masalah
keluarga
tak
semua  bisa  ku  ceritakan  sama  suami.  Kalau  dulu  memang apapun masalah keluarga, keluarga bertengkar pun aku cerita sama kawan
yang ku percaya. Memang aku masih cerita sama suami ku tapi masih ada juga yang ku jaga, tak semua ku ceritain, apalagi masalah keluarga ku, aku
tak
mau juga suami ku beri penilaian buruk sama keluarga aku.
Gitu
pun sama ibu ku, aku
tak
pernah sama sekali cerita-cerita masalah keluarga ku sama ibu ku. suami ku pilihan ku jadi jangan sampai ada penilaian buruk
dari ibu ku ke suami ku. iya, aku menjaga
lah
yang terbaik buat keluarga ku.”
Dilihat  dari  keterbukaannya  dengan  teman-teman,  memang  imul  dahulu menjadi  anak  yang  terbuka.  Namun  berbeda  dengan  keterbukaannya  dengan
suami  ibunya  atau  ayah  tirinya.  Ibu  nya  sekarang  menikah  lagi,  namun  sampai sekarang  imul  belum  bisa  menerima  kehadiran  ayah  baru  nya  itu.  Komunikasi
antara dia dengan ayah tiri nya pun jarang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Imul : “Ibu ku nikah lagi. Aku susah mau dekat sama orang. Tergantung orang  nya  juga.
Kayak
suami  ibu  ku  aku  jarang
cakap
sama  dia.  Dia
tak
ada kerja nya, bantu ibu ku di kedai kadang minta di gaji,
tak
suka pun aku dia
kayak
gitu. Tapi memang dia sama ibu ku
nampak
cocok, nanti ibu ku marah-marah,
merepet
dia
ngalah
, diam
aja
. Memang tak sering berantam orang  iu.  Tapi  kalau  aku
tak
dekat.  Bapak  ku  pun  baru-baru  ini  ada
ngenalkan
perempuan
tak pala
suka juga aku, sombong
gitu
ku lihat. Tapi kan  yang  terpenting  orang  baru  itu  bisa  membahagiakan  ibu  sama  bapak
ku. kalau kami
selagi tak
buat ibu sama bapak ku sedih kami terima-terima
aja lah
. Tapi aku memang
tak
dekat  sama suami ibu ku dari mulai nikah sampai  sekarang.  Adik  ku  Yuni  masih  mau
manggil
dia  ‘Bapak’.  Aku tidak
lah
.
Tak
pernah ku panggil-panggil.
Tak
pernah
ngomong
.”
Imul  sekarang  memang  satu  rumah  dengan  ayah  tiri  nya,  hal  ini  terjadi karena imul tetap tinggal di rumah ibu nya walaupun ia sekarang sudah menikah.
Imul  memilih  tempat  tinggal  bersama  ibu  nya  karena  ia  masih  dalam  tahap menabung bersama suami nya dalam mengumpulkan uang untuk membuat rumah
kecil mereka. Imul  :  “Sama  suami,  sama  anak  di  rumah  ibu,  sama  suami  ibu  juga
lah
disini.  Tapi  kalau  setiap
weekend
,  hari  jumat,  sabtu,  minggu  pergi  ke rumah mertua di Pakam sama suami. Suami kan juga kalau
weekend
libur jadi  bisa  pigi,  Sebelum  aku  nikah  memang  kami  ikut  sama  ibu  semua,
kami  tinggal  di  rumah  ni
lah
.  Bapak  ku  pun  ada  juga  nya  rumah  nya  di Ujung pasar. Aku sama  adik  ku ikut ibu  biar bisa bantu  ibu  di  kedai  tapi
sekarang  dia
udah
ada  suami  sama  suami  nya
aja
dia  ke  kedai.  Aku  pun sama  suami  memang  ada  juga  rencana  buat  rumah  tapi  masih  ngumpul-
ngumpul uang
lah
, di rumah ini juga pun kalau
tak
ada aku
tak
ada  yang jaga.  Ibu  ku  pagi  sampai  malam  di  kedai  sama  suami  nya,  suami  ku  pun
sore baru pulang, jadi aku sama anak ku disini.” Selain hubungannya dengan teman-teman dan keluarga nya, hubungannya
dengan  tetangga  pun  tetap  baik  dan  masih  bisa  menjaga  keharmonisan  dengan tegur  sapa.  Begitu  juga  dengan  kegiatan-kegiatan  yang  diadakan  di
lingkungannya,  ia  termasuk  orang  yang  aktig  dalam  kegiatan-kegiatan  yang diadakan  di  lingkungannya,  meskipun  ia  sudah  berumah  tangga  ia  tetap  bisa
beraktivitas di lingkungan luar. Imul  :  “Baik.  Sama  tetangga  bertegur  sapa.
Tak
suka  bertengkar  juga. Kalau ada yang pesta ikut
rewang
, jadi, kalau kita pun buat acara tetangga- tetangga pada bantuin. Kalau sama lingkungan masih bisa jaga hubungan
yang  baik,  kalai  lingkungan  aku  aktif.  Walaupun  aku
udah
berkeluarga
Universitas Sumatera Utara
tapi  kalau  disini  ada  buat-buat  acara  aku  ikut  serta
selagi
masih  mampu dan  banyak
aja
teman-teman,  ana-anak  gadis  disini  ngajak  aku,  karena memang  disini  remaja  nya  sedikit,  banyak    yang  merantau,  aku  pun  kan
masih  gadis  juga  jadi  tetap  diajak.  Aku  pun
tak
ada  kerja  tetap,  jadi  bisa ikut  serta  juga,  suami  pun
tak
melarang  apalagi  kalau  memang  acara  itu bermanfaat”
Kesimpulan Kasus :
Imul  merupakan  anak  yang  tertutup  sehingga  komunikasi  nya  dengan kedua  orang  tua  menjadi  tertutup,  ia  merupakan  anak  yang  tidak  terlalu  banyak
berkomunikasi  dengan  ayah  maupun  ibu  nya  apalagi  dengan  ayah  tiri  nya. Semenjak  keluarga  nya  berpisah  imul  merupakan  sosok  anak  yang  semakin
tertutup  karena  tidak  terlalu  banyak  bercerita  baik  dengan  ayah  dan  ibu  nya tentang  masalah-masalah  nya.  Bukan  hanya  kepada  kedua  orang  tua,  imul  pun
termasuk  istri  yang  tertutup  dengan  suami  nya,  walaupun  banyak  hal  yang  ia ceritakan  kepada  suami  namun  ia  mengatakan  masih  ada  hal-hal  yang
dirahasiakan,  begitu  pun  ketika  sang  suami  mengatakan  bahwa  imul  terkadang suka  menangis  tanpa  alasan  menggambarkan  bahwa  imul  seorang  anak  yang
tertutup.  Dilihat  dari  konsep  Johari  Window  mengenai  keterbukaan  diri  terdapat sisi  tersembunyi  yang  ada  didalam  diri  imul,  dimana  orang  lain  suami  dan  ibu
nya menyatakan bahwa  imul  merupakan orang  yang sering menangis  bersedih namun imul sendiri tetap mengakui bahwa ia adalah orang yang tegar  dan jarang
menangis,  ia  seolah  menutupi  sifat  sedih  nya  itu.  Hal  ini  dikarenakan  mungkin adanya sifat murung dari seorang anak
broken home
. kepribadiannya ia termasuk semi ekstrovert, aktif didalam kegiatan luar, namun susah untuk mengenal orang
baru,  ia  masih  suka  dengan  kesendirian  dan  menutupi  segala  masalah-masalah nya.
Informan 3 : Zaitun Khamariah
 Psikologis komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Zaitun  Khamariah  atau  sering  disapan  dengan  raya  ini  merupakan  anak yang termasuk dalam broken home pada usia nya 17 tahun tepat nya tahun 2010
lalu. Raya mengatakan bahwa pertengkaran kedua orang tua terjadi karena faktor ekonomi, turunnya pendapatan dari hasil jualan mereka yang dulu termasuk padat
sekarang  mengalami  penurunan  menjadi  penyebab  utama  pertengkaran  kedua orang tua , namun raya mengatakan bahwa omunikasi kedua orang tua pada awal
nya baik-baik saja. Raya: “Dulu baik. Keluarga kami kan dulu waktu kakak
awak
ke Malaysia termasuk senang, jualan  pun isi nya padat,
awak
pun
tengok
lah
lumayan
banyak pakai emas. Dulu senang
lah
. Tapi tiba kakak
udah
pulang, nikah pulak  dia  bisa  dibilang  bangkrut.  Itu
lah
akhir-akhir  sering
begadoh
. Mungkin karena isi jualan
tak kayak
dulu lagi, dikit isinya, yang beli pun
ga
ada,  yang jualan banyak. Keluarga mengharapkan makan dari sini.  Itu karena
udah
sering  bertengkar  terus  terkahir
mamak  awak
yang  minta cerai. Ayah
awak
apa lagi yang mau dibuatnya, memang sering bertengkar tapi  ayah
awak  ga
mau  juga  cerai  tapi  karena
mamak  awak
yang  minta- minta, diterima
lah
.
Gitu
kejadiannya, karena ekonomi tadi
lah
padla.”
Selain komunikasi  kedua orang tua nya  yang berjalan dengan baik,  peran didalam keluarga nya juga termasuk baik, kedua orang tua saling membantu, sang
ayah memiliki usaha jualan Kios sementara sang ibu menjadi ibu rumah tangga dan juga membantu sang ayah menjaga jualan tersebut.
Raya: “Kalau peran kami, ayah
awak
yang jualan tapi mamak pun bantu juga
lah
. Kalau ayah
awak
pun, kalau
ga
ada
mamak
mau juga bantu-bantu. Saling membantu
lah
kami.
Awak
pun dulu bukan cuma sekolah
aja
kan atau main- main
aja
,  bantu-bantu  juga
lah
di  kedai.
Kadang  mamak
sama  ayah  tidur siang,
awak
jaga  jualan,  kalau  dulu  main-main  nya  sore.  Pokok  nya  saling- saling membantu.”
Raya  termasuk  anak  yang  pada  awal  nya  dekat  dan  manja  dengan  sang ayah daripada dengan ibu nya, ia mengatakan bahwa lebih enak bercerita dengan
sang ayah, ia bercerita dengan sang ibu hanya sekedar nya saja. Raya:
“
Sekedar
komunikasi
gitu  aja
.
Awak
masa  dekat  sama  ayah, termasuk  manja  sama  ayah.  mau  minta-minta,  cerita-cerita  memang  enak
nya  sama  ayah.  kalau  sama  mamak
gimana
ya,  nyambung  nya  sama
mamak
kalau
becakap
tentang masakan
aja lah,
lebih enak.” Sekarang  memang  ayah  dari  raya  telah  meninggal  dunia,  namun  dulu
sewaktu ayah nya masih hidup pasca bercerai ia tetap menjalin komunikasi  yang
Universitas Sumatera Utara
baik  dengan  sang  ayah  walaupun  tidak  rutin  seperti  dulu  lagi,  berbeda  dengan sang  ibu,  komunikasi  nya  dengan  sang  ibu  semakin  akrab,  semakin  dewasa  usia
nya  ia  merasa  semakin  nyaman  bercerita  dengan  sang  ibu,  hal  ini  juga  terjadi karena raya memang tinggal bersama ibu nya sehingga lebih rutin berkomunikasi
dengan sang ibu daripada sang ayah. Raya:  “Kalau  sama
mamak
lebih  dekat  apalagi  sekarang
udah
besar
mamak lah
tempat cerita,
udah
mulai
terasa
enak
ngomong
sama
mamak
. Kalau  sama  Ayah  dulu  paling
gitu  aja
kan  kalau  rindu  datang  tempat nenek ketemu ayah
yaudah ngomong-ngomong
tapi sekarang
udah ga
bisa lagi
lah
kan, ayah juga
udah ga
ada lagi. Rindu sama ayah.” Ia  sekarang  ini  hanya  sering  berkomunikasi  dengan  sang  ibu,  apalagi
sekarang ayah nya telah meninggal dunia sehingga tak akan lagi ada komunikasi antara  raya  dengan  ayah  nya.  Namun  ketika  ayah  nya  masih  hidup,  raya
mengatakan  cukup  sering  juga  berkomunikasi  dengan  sang  ayah  walaupun  tidak serutin berkomunikasi dengan sang ibu.
Raya:  “Kalau  sama
mamak
lebih  dekat  apalagi  sekarang
udah
besar
mamak lah
tempat cerita,
udah
mulai
terasa
enak
ngomong
sama
mamak
. Kalau  sama  Ayah  dulu  paling
gitu  aja
kan  kalau  rindu  datang  tempat nenek ketemu ayah
yaudah ngomong-ngomong
tapi sekarang
udah ga
bisa lagi
lah
kan, ayah juga
udah ga
ada lagi. Rindu sama ayah.” Ketika  komunikasi  antara  raya  dengan  sang  ibu  semakin  dekat  pasca
kedua  orang  tua  nya  bercerai,  berbeda  dengan  komunikasi  antara  ayah  dan  ibu nya. Ia mengatakan bahwa kedua orang tua nya tidak pernah komunikasi apalagi
ketemu, ibu nya bukan merupakan sosok yang suka keluar-keluar rumah dan ayah nya  pun  tidak  pernah  lagi  datang  ke  rumah  mereka.  Ibu  maupun  ayah  nya  juga
tidak  pandai  menggunakan  media  komunikasi,  seperti  handphone,  dan  sebagai nya.
Raya : “Awak rasa
ga
ada
lah
orang itu komunikasi-komunikasi.
Cemana
mau  komunikasi,
ketemu  aja  ga
pernah,
mamak
ku  di  rumah
aja
,
Handphone
, segala macama nya ayah sama
mamak
ku
ga
pakai,  ayah ku pun bukan pernah ke rumah lagi. Paling aku sama kakak ku
sesekali
main tempat  nenek
pengen
jumpa  ayah.
gitu-gitu  aja
.  Nanti  ayah  juga  kadang
nanya gimana
kabar
mamak
,  nanti
mamak
pun  kalau  kami
udah
pulang juga
nanya
“sehat ayah kalian”
gitu
. Kalau langsung orang itu komunikasi
ga
ada  padla.  Namanya  juga
udah
cerai
cemana
mau  komunikasi- komunikasi,  bukan
mamak
sama  ayah
awak
canggih,
megang  handphone aja ga
pandai.”
Universitas Sumatera Utara
Sebelum  sang  ayah  meninggal  dunia,  raya  mengatakan  bahwa  hubungan antara  kedua  orang  tua  nya  tetap  berjalan  baik  meskipun  tidak  pernah
berkomunikasi, namun pihak keluarga tetap menjalin hubungan  yang baik antara keluarga  sang  ayah  dengan  ibu  nya.  Masih  ada  rasa  peduli  antara  ibu  dan  ayah
nya, bahkan ketika sang ayah sakit dan masuk ke rumah sakit, keluarga sang ayah tetap mengabari ibu nya dan sang ibu pun masih mau menjaga ayah nya di rumah
sakit walaupun hanya beberapa hari saja, hal ini termasuk bentuk kepedulian sang ibu dengan ayah nya.
Raya:  “Kalau  hubungan  orang  tua,
mamak  awak
yang  tinggal  di  rumah, jualan ini pun
udah
sama kami
lah,
ayah
awak
dulu tempat nenek, tempat
mamak
nya.  Walaupun
udah
cerai,  waktu  ayah
awak
semalam  sakit-sakit kan tetap
mamak  awak
yang datang,
sempat
juga
mamak
jagain di rumah sakit. Tetap peduli
lah
.” Selain hubungan yang baik antara pihak keluarga, raya juga tetap menjaga
hubungan yang baik antara ia dengan ayah nya. Ketika ia sedang rindu ia datang ke rumah nenek nya untuk bertemu dengan ayah nya. Ia mengatakan bahwa lebih
tertekan  ketika  sang  ayah  meninggal  daripada  bercerai,  yang  sampai  sekarang membuat  ia  merasa  bersalah  terhadap  dirinya  sendiri  ialaha  ketika  ia  tidak  bisa
melihat  wajah  terakhir  sang  ayah  ketika  meninggal,  karena  waktu  itu  ia  sedang bekerja di Malaysia dan tidak diizinkan untuk pulang. Hal itu yang membuat raya
sekarang ini tidak ingin bekerja di luar, karena ia tidak ingin hal itu terjadi lagi Raya:  “Kalau  cerai  biasa  ya,  padla,
awak
yang  paling  sedih  sampai sekarang  ini  waktu  ayah
awak ninggal.  Awak  ga  dikasi
pulang.  Merasa bersalah  sama  diri  sendiri.  Padahal  itu
lah
terkahir  kali
awak
bisa  lihat ayah
awak
kan.  Maka  nya  itu
lah awak  ga
mau  lagi  balik  ke  malaysia, kerja diluar yang jauh-jauh
awak ga
mau lagi
lah
, walaupun gaji nya besar. Bagus
awak
disini  sama
mamak  awak
,  cukup  juga  nya,  kami  tetap  bisa makan, padla.”
Ia  tetap  menyayangi  sosok  ayah  nya  yang  sempat  menjadi  tempat  ia
bermanja, walaupun ia mengatakan bimbingan dari sang ayah nya telah berkurang tidak seperti  dulu  lagi  namun  ia  yakin  walaupun ayah nya jauh tetapi  pasti tetap
memantau anak-anak nya. Raya:  “Kalau  bimbingan  dari  ayah  jelas  berkurang,  karena  memang
ga
ketemu  setiap  hari
kayak
ketemu  sama
mamak
.
Mamak
lah  yang  bimbing kami,  karena  kan  sama
mamak
kami  tinggal  nya.  Tapi
cemana
pun  ya
Universitas Sumatera Utara
namanya  orang  tua  walaupun  jauh,  dekat  sama
aja
pasti  tetap  memantau anak-
anaknya.” Raya  memang  merasakan  bimbingan  dan  komunikasi  dengan  ayahnya
semakin  berkurang  pasca  perceraian  kedua  orang  tua  nya,  namun  ia  tetap merindukan ayah nya. Namun karena jarak sehingga ia sekarang ini menjadi lebih
dekat dengan sang ibu. membuat ia menjadi sosok anak yang berbakti dengan ibu, di  hidup  nya  ia  ingin  membanggakan  ibu  nya  karena  ia  tinggal  bersama  ibu  dan
lebih mengetahui susah-senang nya hidup bersama ibu. ia merasa jika kehidupan ayah nya dulu  telah  aman karena sang ayah tinggal  bersama nenek nya,  berbeda
dengan sang ibu yang memenuhi kebutuhan nya bersama dengan ia dan adik nya. Raya: “
Pengen
jadi  anak  yang  berbakti  sama
mamak
kalau  sekarang  ini. kalau  waktu
udah
cerai,
awak
memang  lebih  dekat  sama
mamak awak
, karena
mamak  awak
yang  biayai
awak
dulu  sekolah
pas
akhir-akhirnya, adik
awak
pun  tanggungan
mamak
,  kalau  ayah  kan  dia  tinggal  sama keluarga nya, sama
mamak
nya, sama nenek
awak
jadi
awak
rasa aman
lah
. Yang dipikirkan lebih ke
mamak
.” Ia mengatakan ketika kedua orang tua bercerai, ia sempat merasakan malu
dengan  teman-teman  sekolah  nya  yang  waktu  itu  ia  duduk  di  kelas  dua  SMA. Maka nya ia memutuskan ketika tamat sekolah ia langsung bekerja ke luar.
Raya: “
Awak
pergi ke Malaysia itu padla karena
awak
malu dulu orang tua cerai.
Awak
kan
udah
besar  padla,  kawan-kawan  pun  pada
nanya
,  maka nya
awak
mau  ke  luar
lah
dari  kampung  ni,  sebenar  nya
awak
paling
ga
suka kerja-kerja di luar
gitu
apalagi ke Malaysia, dulu
awak
anti kali padla lihat TKW-TKW Tenaga Kerja Wanita-
Tenaga Kerja Wanita itu.”
 Konsep Diri
Raya  merupakan  anak  ke  tiga  dari  empat  bersaudara.  Jarak  nya  usia  nya yang cukup jauh dengan adik nya  membuat ia sempat menjadi anak terkahir dan
dimanja oleh keluarga nya. Raya: “Anak
mamak
ku empat orang, abang ku, kakak ku, aku sama adik ku. aku anak ketiga, beda ku sama adik ku
lumayan
jauh, sekarang adik ku masih  kelas  empat  SD  Sekolah  Dasar,  dulu  aku  sempat  jadi  anak
terakhir, jadi sempat dimanja juga sama
mamak
, ayah. kakak ku pun dulu suka manjain  aku kali. Apalagi  abangku
ga
boleh keluar lebih dari sejam langsung dicari-cari. Abangku termasuk ganas juga tu, ketat kali
lah
dulu. Aku dulu yang paling ku takuti abang ku itu
lah
.
Udah
SMA pun aku tetap
Universitas Sumatera Utara
penuh  pengawasannya,  semenjak
udah
punya  anak,
udah
berkurang
lah
ganas nya, dulu ganas kali tu.” Raya mengatakan bahwa awal  nya ia merupakan  sosok  anak  yang sangat
pemalu.  Sehingga  teman-teman  seri ng  menggelar  nya  dengan  sebutan  “wak
onyum”  karena  bawaan  diri  nya  yang  pemalu  dan  suka  senyum-senyum. Begitupun ketika keluarga bercerai, perasaan malu yang sangat mengahantui raya,
terutama malu dengan teman-teman sekolah nya. Raya: “Aku umur 17 tahun. Itu waktu aku kelas dua SMA. Maka nya malu
nya sama teman-teman SMA, tapi orang itu juga bisa
ngerti lah
, Banyak- banyak  sabar
aja
padla,
gimana
lagi  kan.  Pasrah
lah
.  Tapi  kalau  tentang perasaan
campur-aduk
,  sedih,  suntuk,  malu  luar  biasa  malu  nya  padla. Namanya juga waktu
mamak
ku pisah, aku kan
uda
h termasuk besar juga waktu  SMA  kemarin,  malu  kali
lah
sama  kawan-kawan,  tahu  orang  itu
mamak
awak  cerai  kan.
Nangis-nangis
pasti  padla.  Namanya  juga perceraian, sesabar-sabarnya pun pasti
lah
sedih kan sebagai anak. Waktu
udah
cerai  kawan-kawan  pada
nanya
,  malu
lah
.  Kalau  sama  tetangga
ga gitu
kali  malu  nya  karena  tetangga
udah
dianggap  saudara,
malahan
tetangga, saudara yang
nguatkan
kami.” Dulu  ia  memang  merupakan  sosok  anak  yang  pemalu,  berbeda  dengan
sekarang  ini,  ia  mengatakan  bahwa  ia  sekarang  lebih  mengenali  kehidupan. Manis-pahit nya kehidupan telah ia lalui, mulai dari ia manja dan dituruti semua
keinginannya  sampai  kedua  orang  tua  nya  bertengkar  dan  mengalami  perceraian serta meninggal nya sang ayah dan ia pun tidak bisa melihat kepergian ayah nya
untuk terakhir kalinya, semua telah ia lalui, semakin bertambah nya usia semakin ia berusaha untuk menjadi anak yang lebih kuat lagi.
Raya: “
Awak
orang nya pemalu. Kalau perubahan ada
lah
, sekarang lebih dewasa jalani hidup. Dulu waktu orang tua belum cerai emang
awak
orang nya  manja,  suka-suka  hati
lah
di  rumah.  Kalau  sekarang  namanya  juga
uda
h besar kan jadi lebih dewasa, lebih tahu sulitnya orang tua itu. Kalau dulu  apa  permintaan  harus  diikuti  kalau
ga
dituruti  membanting-banting karena  manjanya.  Ayah  pun  orang  nya  manjain
awak
,  sakitnya  waktu awal-awal  cerai  itu  rindu  kali  sama  ayah,  nangis-nangis  sama
mamak
suruh ayah pulang kesini, sampai mau pingsan
nangis
pengen ketemu ayah tapi
gak
dikasi
mamak
,
awak
pun  mau  ke  tempat  nenek  malu  kali  mau keluar,  padahal
udah
kelas  dua  SMA  waktu  itu.  Jadi  perlahan  sekarang mulai
ngerti  lah
sama  hidup  ini,  dari  mulai  orang  tua  cerai  sampai  ayah meninggal semua nya beban hi
dup tapi harus tetap dijalani.” Ia memang sudah tegar dan kuat dalam mengahadapi perceraian keluarga.
Raya yang awal nya malu dengan perceraian kedua orang tua, sekarang ini sudah
Universitas Sumatera Utara
bisa  menerima  perceraian  kedua  orang  tua  nya  tersebut.  walaupun  demikian,  ia mengatakan  ia  belum  bisa  mnerima  kenyataan  bahwa  ayah  nya  telah  meningga
dunia, hal itu dirasakan raya karena ada nya rasa penyesalan yang mendalam atas tidak ahadir nya ia ketika sang ayah meninggal dunia.
Raya: “Kalau dibilang terbiasa dengan kondisi keluarga  yang
udah
cerai aku
udah
bisa  bersikap  biasa.  Tapi  kalau  sama  keadaan  sekarang  ini  aku belum
lah
terbiasa, dulu cerai masih bisa ketemu ayah tapi sekarang
udah
beda  lagi  kondisi  nya,
udah
lebih  parah.  Kalau  dulu  walaupun  cerai,
ga
satu tempat tinggal tapi awak masih bisa cerita, ketemu sama ayah, kalau sekarang, kalau rindu sama dia mana bisa ketemu lagi. Yang paling
awak
sakit  kan  memang  ayah
awak
meninggal
awak ga
ada,
ga
bisa  lihat  dia terakhir  kali  nya.  Sakit  kali
lah
disitu.  Waktu  tu  kan
awak
di  Malaysia, minta cuti karena ayah
awak
meninggal
ga
dikasi, sakit kali
lah
pad. Maka nya sekarang ni
awak  ga
mau lagi  kalau kerja jauh-jauh. Tinggal
mamak
yang awak punya, diminta-minta jangan
lah
sampai
kayak gitu
lagi.” Walaupun  raya  sudah  terbiasa  dengan  perceraian  yang  terjadi  terhadap
keluarga  nya  namun  raya  tetap  merasakan  kesedihan  ketika  berada  diantara teman-teman yang memiliki keluarga yang masih utuh, tidak hanya seedih, rasa iri
pun terkadang sempat ia rasakan. Raya: “Kalau
gitu
sedih padla, cemburu, itu
lah
paling. Karena kan
nengok
keluarga  yang  sempurna  itu  keluarga  yang  orang  tua  nya  lengkap,  jadi kalau
nengok
orang  tua  dia  lengkap,  orang  tua  kita
ga
lengkap  sedih, pengen
kayak
orang itu juga, punya orang tua lengkap.”
Sekarang raya telah menjadi anak  yang berbeda  dengan dahulu,  ketika ia mengatakan  bahwa  dulu  ia  merupakan  anak  yang  manja  dan  semua
permintaannya  harus  diberi  dan  jika  tidak  ia  marah-marah,  sekarang  ia mengatakan bahwa ia lebih bisa menerima jika permintaannya ditolak. Namun ia
berbeda  dengan  pendapat,  ketika  ia  mengeluarkan  pendapat  dan  pendapat  nya ditolak ia mengatakan tetap mempertahankan pendapat nya tersebut.
Raya:  “Kalau  permintaan  ditolak  saling-saling  mengerti
lah
,  mungkin permintaan  kita  terlalu  berlebihan  atau  tidak  baik  jadi  bisa  dimengerti
juga, walaupun kadang sedih juga kalau ada permintaan kita yang ditolak kan. Tapi bisa
lah
dibicarakan baik-baik. kalau pendapat, setiap pendapat yang
awak
keluarkan  pasti  yang  terbaik  kan,  bukan  pendapat  yang  asal- asal,  jadi  kalau  pendapat  ditolak,  kita  harus  mandiri,  harus  tetap
dipertahankan.”
Universitas Sumatera Utara
Raya  sama  dengan  orang  lain,  senang  ketika  dipuji  namun  tidak  untuk pujian  yang  berlebihan.  Ketika  ia  dipuji  ia  lebih  senang  memikirkan  dan
menganalisis  pujian  tersebut,  apakah  pujian  tersebut  memang  sesuai  dengan situasi dan kondisi nya.
Raya:“Tergantung  pujian  nya  padla.  Kadang  ada  pula  orang  yang
membongak
,  dibilang  nya
awak
cantik,  padahal
awak
belum  mandi, rambut kusut, jelek kali
lah
dibilang orang pula cantik. Nanti
awak
gemuk dibilang orang kurus,
awak
bau dibilang orang wangi, kadang kalau yang
ga
betul  dipuji  nya  tersinggung  juga,  marah-marah  juga.  Tapi  kalau memang  yang  betul  dipuji  nya,
awak
uda  mandi  pakai  baju  baru,  cantik, dibilang orang
awak
cantik,
awak
bangga
lah
. Tergantung pujiannya juga. Kadang kalau dipuji berlebihan malu juga. Tergantung
lah
. Orang memuji kita karena memang dia suka sama kita atau
ga
.” Begitupun  ketika  ia  mendapatkan  kritikan,  ia  akan  memilih-milih  apakah
kritikan  itu  baik  atau  tidak.  Ketika  kritikan  itu  benar  ia  akan  mendengar  nya, namun ia tidak terlalu suka dengan orang-orang yang mengkritik diri nya.
Raya: “Setiap manusia pasti ada dikritik hidupnya kan, kalau kritikan nya betul,  misalnya,  ada  yang  bilang  jelek  aku  pakai  baju  ketat  karena  aku
gemuk  ya itu kan betul, jadi aku terima.
Awak
kalau dikritik orang bukan marah  tapi  malu  padla.  jujur,  sebenarnya
awak
paling
ga
suka  sama kritikan-kritikan  orang,  kadang  yang  mengkritik
ga
lebih  bagus  dia  dari
awak
,  dia  pula  coba-coba  mau  kritik
awak
,  geram  nengok  orang  yang
kayak  gitu
,  tapi  kalau  yang  kritik  memang  orangnya  bagus,  yang  dikritik pun betul ya awak terima-terima
aja lah
.” Selain  penilaian  raya  terhadap  diri  nya,  penulis  pun  meminta  adik  nya
widya  yang  berusia  11  tahun  untuk  memberikan  penilaian  terhadap  kakak  nya, penulis  meminta  penilaian  adik  nya,  karena  penulis  menganggap  widya
merupakan  salah  satu  orang  yang  sekarang  ini  dekat  dengan  raya  dan  cukup mengetahui sosok seorang raya.
Widya:  “kak  raya  baik  kak,  cantik.  Suka  marah-marah  juga  kak.  Nanti
merepet aja
kerja nya. Dulu dia suka
berkeliaran
kak, sekarang di rumah
aja
. Dulu suka berdandan sekarang
ga
kak.”
 Keterbukaan Diri
Ketika perceraian didalam keluarga nya terjadi, Raya tinggal bersama ibu dan  adik  nya.  Kakak  dan  abang  nya  sekarang  ini  sudah  menikah  dan  memiliki
Universitas Sumatera Utara
rumah sendiri namun tetap sering ke rumah ibu nya, sementara ayah nya tinggal di rumah nenek nya.
Raya: “Dengan
mamak
. Abang
awak
sama kakak
udah
nikah,
udah
punya rumah masing-masing tapi hampir setiap hari juga kesini. Kakak ipar, istri
abang  jualan  nasi  depan  rumah.
Awak
sama  adik
lah
disini.  Awak
lah
sekarang  yang
nerus
kan  jualan  ini.
awak
yang  belanja,  yang  jaga  jualan. Dulu  waktu
awak
ke  Malaysia,  kakak
awak
yang  ngurusin  jualan  ni  tapi karena  sekarang
awak udah
balik,  balik  lagi
lah awak
yang  ngurusin jualan.
Lagian
kakak ku pun
uda
h mengandung lagi, jadi susah
lah
kalau disuruh jaga jualan. Kalau
mamak
mana bisa lagi  mau belanja-belanja ke pajak, udah payah, Kadang jalan aja pun dia udah susah.”
Raya  tinggal  bersama  ibu  nya,  karena  rumah  tempat  mereka  tinggal
biasanya diserah kan kepada sang ibu dan anak-anak nya, raya mengatakan lebih enak  tinggal  bersama  sang  ibu  daripada  ayah,  raya  merasa  lebih  nyaman  tinggal
bersama ibu nya. Raya: “Karena rumah diserahkan sama
mamak
, kami pun anak-anak pada mau ikut
mamak lah
. Karena kan biasanya memang kalau orang cerai ikut nya ke
mamak
. Kalau sama ayah mau dimana kami tinggal.
Lagian
susah juga kalau sama ayah, memang lebih enak sama
mamak lah. Lagian awak
dari mulai kecil
udah
disini,
udah
betah tinggal disini, disuruh pindah pun
awak ga
mau
lah
.” Orang tua raya memang tidak ada  yang menikah lagi. Pasca bercerai,  ibu
nya tetap sendiri hidup bersa,a mereka begitu pun sang ayah, ddari awal bercerai sampai  meninggal  dunia  ayah  nya  tetap  sendiri.  Raya  pun  mengatakan  bahwa  ia
tidak  menyetujui  apabila  diantara  kedua  orang  tua  nya  ada  yang  menikah  lagi, raya  sekarang  ini  bisa  terima  apabila  kedua  orang  tua  nya  memutus  kan  untuk
bercerai namun belum terima apabila ada diantara mereka yang mau menikah lagi, ada rasa malu tersendiri bagi raya apabila menerima ayah maupun ibu tiri didalam
hidup nya. Raya: “Aku pun
ga
setuju
lah
kalau orang itu nikah lagi. Dulu waktu ayah ku  hidup,  ada  juga  dengar  yang  dekat  sama  ayah  tapi
awak  ga
setuju, marah-marah, ku bilang sama ayah sama
mamak, awak ga
mau kalau ada yang nikah lagi diantara orang itu.
Ga
bisa
awak nerima
ibu tiri atau bapak tiri,
lagian
kan kalau misalnya ayah nikah lagi pasti kan
mamak
ada juga
lah
sedih  nya,
gitu
pun kalau
mamak
yang nikah lagi  pasti ayah ada juga sedihnya  kan.  Memang  dari  awal
mamak
mau  cerai
udah
awak  bilang sama
mamak
,  kalau  mau  cerai  boleh  tapi  jangan  nikah  lagi,  malu
lah
. Sampai sekarang pun kalau orang itu seandainya ada yang nikah lagi, malu
lah
.
Ga
pun orang itu nikah, masih bisa anak-anaknya hidup, adik ku pun
Universitas Sumatera Utara
masih bisa sekolah.
Ga
mau
aja
kalau ada yang nikah lagi. Tapi memang Alhamdulillah
lah
,
ga
ada  yang  nikah  lagi  sampai  ayah  ku menghembuskan nafas terakhir. Kalau
mamak
ku, aku tahu
mamak
ku, dia
ga
ada pikirannya mau nikah- nikah lagi.”
Walaupun orang tua telah bercerai raya tetap bisa menjalin hubungan dan komunikasi  dengan  sang  ayah  walaupun  tidak  dekat  seperti  dulu  lagi,  berbeda
dengan hubungan nya dengan teman-teman dekat nya, ia merasa bahwa sekarang ini  ia  tidak  memiliki  teman-teman  dekat  lagi  seperti  dulu  ketika  waktu  SMA,
sekarang teman-temannya ada yang diluar dan ada juga yang sudah menikah, raya pun  sekarang  ini  sudah  tunangan  sehingga  tunangan  nya  tersebut  lah  yang
menjadi teman paling dekat nya saat ini. Raya: “Kalau kawan dekat kali
ga
ada. Dulu waktu sekolah banyak padla. Sekarang  siapa
lah
kawan  dekat
awak
.  Tunangan
awak  lah
padla. Tunangan
awak
itu  cowok
awak
,  abang
awak
sekalian  juga  teman  dekat
awak
.
Awak
mau  cerita  sama  dia  karena  dia  pun  orang  yang  mau  tahu tentang  masalah
awak
.  Sekarang  susah  cari  kawan  apalagi  kawan  dekat, kawan untuk susah tapi kalau kawan senang-senang banyak. Awal nya
ga
kenal  sama
awak
kalau
udah
diajak  senang-senang  semua  nya  mendekat
ga
perlu
awak
cari- cari lagi.”
Raya merasa sekarang ini susah untuk mencari teman. Ia bukan sosok anak yang  suka  memilih-milih  teman,  terkadang  ia  merasa  orang  yang  enggan  untuk
berteman dengan nya. Raya: “Sekarang susah cari kawan padla.
Awak bekawan  ga
mau    milih- milih. Semua pun dikawani, kadang orang  yang mau
awak
kawani belum tentu mau
bekawan
sama awak.”
Walaupun  sekarang  raya  mengatakan  susah  mencari  teman  dan  ia mengatakan  tidak  ada  lagi  teman-teman  dekat  nya  seperti  waktu  dia  SMA  dulu,
raya tetap menjaga hubungan yang baik dengan teman-teman nya yang dulu, raya mengatakan  situasi  dan  kondisi  yang  membuat  mereka  menjadi  tidak  dekat  lagi
seperti dulu. Raya:  “Kalau  hubungan  masih  tetap  dijaga  sampai  sekarang.  Walaupun
kami
udah
sulit  mau  jumpa,  susah
lah
karena  sebagian  ada  yang  kuliah, ada  yang  kerja  keluar  ada  yang  udah  nikah  juga.  Tapi  tetap  dijaga
hubungan  itu.  Dalam  hidup  ini  kita  butuh  teman,  sedih  kalau
ga
punya teman.  Kalau  ada  acara  kan  kita  butuh  tamu,  orang  itu
lah
yang  mengisi acara tadi.”
Universitas Sumatera Utara
Raya  mengatakan  bahwa  dulu  ia  termasuk  orang  yang  sering  meminta pendapat-pendapat  teman-teman  nya  tentang  apa  yang  ingin  ia  lakukan,  banyak
pendapat  yang  raya  dengar  kan  namun  tidak  semua  di  terima  nya,  sekarang  ini keluarga  dan  tunangan  nya  tempat  ia  meminta  pendapat  terhadap  segala  yang  ia
lakukan. Raya: “Dulu pernah. Sekarang sama keluarga, sama tunangan kalau mau
minta pendapat. Dulu sama kawan-kawan sekolah. Misalnya, mau beli ini, mau  beli  itu  minta  pendapat  orang  itu,  kalau  sekarang  minta  pendapat
keluarga,  minta  pendapat  tunangan
lah
yang  sering.  Tapi  kadang-kadang banyak  pendapat,  pening  juga  kepala.  Kalau  misalnya  sesuatu  yang
memang
pengen  awak
buat
ntah
mau  pangkas
ga
mau  juga
awak
minta pendapat  orang  itu,  memang  penting  kan  tapi  nanti  ada  yang  setuju,  ada
yang
ga
setuju  terakhir
ga
jadi,  padahal
awak  pengen
.  Jadi  minta pendapatnya tergantung  hal  apa  yang mau kita  minta pendapatnya. Kalau
memang  butuh  pendapat  baru  minta,  kalau  bisa  ambil  keputusan  sendiri
yaudah
ambil
aja
langsung, resiko nya tanggung sendiri.” Pasca  perceraian  orang  tua,  raya  memang  memiliki  hubungan  yang
semakin  dekat  dengan  sang  ibu,  namun  ia  menjadikan  orang  lain  tuangan  nya menjadi tempat cerita nya sepenuh nya, hal ini dilakukan karena ia merasa bahwa
tunangan nya  yang mau  tahu sepenuh nya tentang diri  nya atau dengan kata lain raya  menemukan  kenyamanan  tersendiri  untuk  cerita  sepenuh  nya  ke  tunangan
daripada ke ibu nya sendiri. Raya:  “Kalau  sekarang  ini
awak
kalau  punya  masalah  cerita  sama tunangan. Karena cuma dia yang mau tahu, yang mau mendengar dan yang
mau  peduli,  kasi  solusi.  Lebih  sering  cerita  ke  tunangan  daripada  ke keluarga. Semua masalah
ga
bisa
awak
pendam sendiri aja, pasti diceritain ke dia.”
Raya merasa  bahwa tunangan  nya tersebut yang akan menjadi pemimpin
rumah  tangga  nya  kelak.  Tahun  depan  ia  memilih  untuk  menikah,  hal  ini dilakukan  karena  hubungan  mereka  yang  sudah  lama  terjalin,  selain  itu  ia
mengatakan    bahwa  ia  ingin  membina  rumah  tangga  sendiri,  keluarga  nya  pun sudah setuju.
Raya:  “InsyaAllah  tahun  depan
awak
nikah,  kalau
ga
bulan  april,  bulan mei.  Apalagi  yang  mau
awak
tunggu  padla,
awak
sama  tunangan
awak udah
lama  pacaran,
udah
jalan  lima  tahun,  keluarga  pun
udah
pada  tahu,
udah
pada setuju juga,
awak pun ga
sekolah lagi kan, mau juga
lah
punya keluarga sendiri.”
Universitas Sumatera Utara
Raya  juga  merasa  hubungan  nya  dengan  lingkungan  biasa  saja  namun  ia tetap  berusaha  menjalin  komunikasi  yang  baik  dengan  tetangga-tetangga  nya
seperti tegur-sapa tetap ia lakukan. Ia merasa bahwa tetangga-tetangga nya adalah saudara-saudara nya sendiri.
Raya: “Kalau sama lingkungan biasa
aja
, tegur-sapa
gitu
. Kalau ada yang pesta  minta  kita  jaga  hidangan,  kalau  kita  bisa  kenapa
ga
.  Masih  dijaga kalau  hubungan  sama  tetangga.  Lingkungan  disini  pun  baik  jadi  senang
bisa berada di lingkungan sini,
udah
seperti saudara sendiri.” Raya  dulu  termasuk  orang  yang  aktif  didalam  kegiatan  yang  diadakan  di
lingkungannya,  ia  termasuk  orang  yang  ikut  berperan  aktif,  namun  berbeda dengan  sekarang,  ia  menjadi  pasif  terhadap  kegiatan-kegiatan  yang  diadakan  di
lingkungannya,  selain  dikarenakan  usia  dan  sudah  ada  penerus-penerus  nya,  ia juga  mengatakan  bahwa  dahulu  ada  nya  pengaruh-pengaruh  dari  teman-teman
sebaya yang mengajak nya untuk ikut serta terhadap kegiatan tersebut. Raya:  “Dulu  cukup  aktif,  sekarang
ga
.  Karena
awak
kan
udah
ngurusin jualan jadi lebih ke jualan
lah
,
udah  ga
bisa mau ikut sana, ikut sini, tapi kalau misalnya ada acara
kayak
maulid,  kalau bisa datang  ya datang, tapi kalau ikut kepanitiaan,
ga
. Karena
kayaknya udah
ada pengganti-pengganti nya,
udah
ada  penerus-penerusnya.  Dulu  semangat  karena  kawan-kawan disini pada ikut, jadi
awak
pun ikut, ini kawan-kawan
udah
pada kerja di luar  jadi
ga
ada  lagi  kawan.
Udah
ada  anak-anak  gadis-gadis  yang  kecil- kecil itu
lah
,
ga
mungkin
awak
ikut sama orang itu.” Lingkungan  tempat  ia  tinggal  memang  memiliki  penharuh  terhadap  diri
nya,  namun  raya  mengatakan  bahwa  lingkungan  nya  mempengaruhi  nya secara  positif.  Raya  termasuk  sosok  anak  yang  menyenangi  kebebasan
baik  itu  dalam  keluarga  maupun  pergaulannya.  Bahkan  kebebasan  sangat ia rasakan ketika ia sedang bekerja di Malaysia.
Raya: “Lingkungan mempengaruhi dengan baik. aku tinggal di lingkungan yang  menurut  ku  baik.  anak-anak  nya  baik,  jadi  pengaruh  nya  baik.
nyaman tinggal disini. Pokonya pengaruh lingkungan baik, baik itu untuk
awak
,  untuk  keluarga  maupun  untuk  adik
awak
.  Kalau  teman  dulu
awak
suka kebebasan tapi karena abang ketat  jadi suka
ngelanggar-ngelanggar
juga  dulu.  dulu  kalau  sama  teman  suka  keluar  malam,  pulang  nya  lama sampai  abang  marah-marah.  Berteman  ini  yang  pengaruhnya  kuat.  Dulu
pun  waktu  kerja  di  malaysia,  luar  biasa  pengaruh  kawan-kawan  itu,  dari yang kita
ga
tahu menjadi tahu, termasuk bebas juga.”
Universitas Sumatera Utara
Pergaulan  raya  memang  bebas  ketika  ia  berada  di  Malaysia,  ia  menjadi anak yang pernah pulang larut malam, banyak teman-teman perempuan nya yang
merokok dan sebagai nya, namun raya mengatakan tetap bisa menjaga diri dengan baik  dan  tidak  mau  terlalu  larut  dalam  pergaulan  yang  seperti  itu  sehingga
menjadi salah satu alasan raya untuk tidak kembali lagi kesana. Raya:  “
Wah
,  kalau  di  Malaysia  bebas  kali  padla.  Banyak  kawan-kawan
awak
yang merokok, padahal  dia perempuan.
Awak
disini  memang bebas padla tapi
tak
pernah
awak
pulang diatas jam sebelas malam, kalau disana
awak
pernah pulang larut malam gara-gara belanja,
nongkrong
sana-sini, untuk
ngabis-ngibisin
uang  disana  enak  kali  padla.
Bekawan  ya
tetap
bekawan
tapi  yang  merokok-merokok
gitu  ga  lah  awak
ikuti,  masih  bisa jaga diri.  Itu
lah
juga
awak  ga
mau balik lagi kesana,
ngeri
padla disana, kelewatan bebas kali
pun ga
enak.
Kesimpulan Kasus:
Ketika  keluarga  bercerai  komunikasi  raya  berbeda  ketika  sebelum  kedua orang tua nya bercerai. Pada awal nya raya menjalin komunikasi yang akrab dan
manja  kepada  sang  ayah  daripada  dengan  ibu  nya,  namun  setelah  perceraian terjadi kedekatan dan komunikasi dengan sang ayah tidak dekat seperti dulu lagi,
bahkan  raya  menjadi  dekat  dengan  sang  ibu,  hal  itu  terjadi  karena  raya  tinggal satu rumah dengan ibu nya, begitupun dengan sikapn nya kepada ibu nya, ia lebih
mementingakan  dan  ingin  membahagiakan  ibu  nya,  karena  ia  merasakan  posisi ayah pasca bercerai aman karena tinggal di rumah nenek nya berbeda dengan sang
ibu  yang  hidup  bersama  mereka  dan  berusaha  memenuhi  kebutuhan  hidup  nya. Namun  walaupun  demikian  raya  lebih  memiliki  kenyamanan  untuk
berkomunikasi  dengan  orang  lain  dalam  hal  ini  tunangan  nya,  hal  ini  mungkin kedekatan  ia  dengan  tunangan  lebih  dekat  daripada  dengan  sang  ibu,  raya
memang tinggal satu rumah dengan ibu namun masih ada jarak komunikasi antara kedua  nya.  Begitupun  komunikasi  antara  raya  terhadap  teman-teman  dan
lingkungannya,  raya  menjadi  anak  yang  tidak  aktif  lagi  dalam  kegiatan  di lingkungannya. Selain itu perceraian membuat raya sempat tertekan dan memiliki
rasa  malu  yang  membuat  nya  memilih  bekerja  di  tempat  yang  pada  awal  nya  ia tidak  sukai.  Untuk  konsep  diri  raya  merupakan  sosok  pemalu,  dan  lebih  sensitif
yang  mebuat  sikap  nya  terkadang  suka  marah  atau  sedih.  Raya  memiliki
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan  diri  yang  bebas  dalam  pergaulan  namun  ia  tetap  dapat  mengontrol pergaulan  nya  tersebut.  Raya  dulu  merupakan  sosok  semi  ekstrovert  karena
pergaulannya  yang  banyak  dan  lebih  menyenangi  keramaian,  namun  sekarang raya tampak nya nyaman dengan kesendirian semi introvert.
Informan 4 : Tomi
Psikologis Komunikasi
Tomi merupakan anak tunggal didalam pernikahan ibu nya yang pertama. Sempat  merasakan  manja  nya  menjadi  anak  pertama  dan  satu-satu  nya,  namun
ketika masih kecil kedua orang tua tomi mengalami perpisahan dan sang ibu pun memilih  lari  dan  membawa  tomi  bersama  nya.  Namun  tomi  tidak  mengingat
kenapa perpisahan itu terjadi. Tomi: “
Awak
masih  kecil kak jadi
ga
tau
gimana
dulu  mama sama papa. tapi dulu
seingat awak
mama sama papa baik. Apa yang
awak
mau dikasi. Mama  cerewet  tapi  baik.  Papa  pun  baik.  Mama  mau  cerai
yaudah  awak
diam  aja,  terus  diajak  ikut  sama  mama.  Mama  nikah  lagi  tapi  cerai  lagi sekarang. Papa pun nikah lagi tapi udah
ga
tahu papa sekarang dimana. ”
Tomi  memang  tidak  mengetahui  pasti  apa  penyebabnya  orang  tua  nya berpisah tetapi pertengkaran sering terjadi antara ayah dan ibu nya, salah satunya
karena  sering  nya  sang  ayah  pulang  larut  malam.  Namun  bagi  tomi  komunikasi diantara ia, ibu dan ayah nya berjalan dengan baik.
Tomi: “baik kak. Kalau papa jarang marah-marah, kalau mama pun jarang tapi sering marah-marah nya sama papa karena papa pulangnya malam pas
itu. Tapi besoknya baik lagi. Sering
gitu aja
kak.
Awak
diam
aja lah
kak. Paling  kalau  mama  sama  papa  bertengkar
awak
nangis,
ga
mau  masuk sekolah karena kalau papa sama mama bertengkar, mama pergi dari rumah
awak tinggal jadi gamau sekolah kalau
ga
ada mama.” Tidak hanya komunikasi antara ia dan kedua orang tua nya berjalan baik,
menurut tomi, peran didalam keluarga nya juga berjalan baik layak nya keluarga lain dimana sang ayah mencari nafkah dan sang ibu bekerja layak nya ibu rumah
tangga. “Baik kak. Papa kerja, mama bersihin rumah karena mama
ga
kerja  kak. Papa  jadi  papa  yang  baik,  mama  jadi  mama  yang  baik.  Tapi  papa  sering
malam-malam
kali
pulangnya buat mama marah”
Universitas Sumatera Utara
Sempat  dimanja  dan  merasakan  hangatnya  kasih  sayang  dari  sang  ayah, tomi sekarang sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan ayah bahkan tidak
tahu  dimana  sekarang  ayah  nya  berada.  Sama  juga  dengan  sang  ibu,  ibu  dan ayahnya tidak pernah berkomunikasi bahkan ketemu dengan ayah nya.
To mi:  “
udah  ga
ada  lagi.  Mama
udah  ga
pernah  nelpon  papa,
udah  ga
pernah juga jumpa papa lagi. Semenjak dari kemarin mama bawa awak ke tempat uwak
udah ga
pernah lagi awak jumpa papa. Mama udah benci
kali
sama papa katanya kak. Tidak adanya komunikasi antara tomi dengan ayahnya membuat hubungan
tomi dengan sang ayah tidak dekat seperti dulu lagi bahkan tomi tidak mengetahui keberadaan  ayah  nya.  Sekarang  ini  tomi  tinggal  bersama  ibu  nya,  tomi  hanya
berkomunikasi  dengan  sang  ibu.  apapun  permasalahan  didalam  hidupnya sekarang ini hanya kepada sang ibu lah tomi bercerita.
Tomi: “Sama mama dekat, sering. sama papa
udah  ga
pernah lagi.
Awak
pun
udah ga
tahu papa dimana.
Ga
pernah mama cerita tentang papa lagi. Kalau  sama  mama,  mama
lah
tempat  cerita-cerita,  sama  siapa  lagi  kak kalau
ga
sama  mama.  Dulu  pun  waktu  mama  nikah  lagi
awak
tetap ceritanya  sama  mama  bukan  sama  oom  itu  sampai  sekarang  tetap  sama
mama kalau cerita.” Bimbingan dari sang ibu pun masih dirasakan sama oleh tomi baik ketika
keluarga  sebelum  bercerai  maupun  sekarang  ini  kedua  orang  tua  telah memutuskan  untuk  bercerai.  Sang  ibu  tetap  memiliki  pengawasan  yang  ketat
terhadap  dirinya.  Berbeda  dengan  sang  ayah,  sebelum  kedua  orang  tua  berpisah tomi  merasakan  perhatian  dari  sang  ayah  nya,  mendapatkan  bimbingan  dalam
memilih  teman  yang  baik,  namun  sekarang  ini  bimbingan  sang  ayah  tidak dirasakan nya lagi.
Tomi: “Sama kak, kalau mama. Mama tetap ketat terus suka
nanya-nanya
kalau masalah sekolah. Kalau papa
uda ga
ada kabar lagi kan kak jadi
uda ga
ada lagi bimbingan-bimbingan dari papa. Dulu waktu masih sama papa masih  suka  juga  papa  marah-marah  sama
awak
kalau  berteman  sering
berantam jadi dilarang berteman sama orang itu lagi”
Perasaan  sedih  pasti  dirasakan  oleh  tomi  ketika  kedua  orang  tua  nya memilih  untuk  bercerai  dan  meninggalkan  sang  ayah.  Sempat  tidak  terima
mendengar  keputusan  sang  ibu  yang  minta  cerai  dengan  ayah  nya,  namun  pada saat  itu tomi  masih  anak kecil  yang tidak  akan bisa merubah keputusan ibu nya.
Universitas Sumatera Utara
Tomi  hanya  bisa  menangis  dan  ikut  dengan  sang  ibu  yang  pada  waktu  itu membawa nya.
Tomi: “Sedih
kali
kak.
Udah
bilang sama mama
ga
mau kalau papa sama mama cerai tapi mama marah-marah, nangis-nangis,
awak
pun ikut nangis kak.  Besok-besok  nya
yaudah
mama  bawa
awak
pergi  dari  rumah  ke tempat uwak yang di medan juga kemarin itu,
awak
ikut
aja lah
kak sama mama.  Sedih
lah
lihat  mama  cerai,  sedih  juga  lihat  mama
nangis
nanti cerita sama uwak pun mama
nangis-nangis.
” Namun  hari-hari  tetap  harus  dilalui,  tomi  sekarang  tumbuh  menjadi  anak
yang lebih besar lagi, sekarang usianya sudah 14 tahun, sejak usia sembilan tahun ia  merasakan  keluarga  yang  tidak  utuh.  Namun  sekarang  ini  ia  sudah  cukup
terbiasa dengan kondisinya, bahkan kasih sayang dari sang ayah pun tidak diingat sepenuhnya lagi oleh tomi.
Tomi:  “Kalau  sekarang
udah
biasa  kak.
Ga
ingat  juga  sayang  nya  papa dulu gimana.
Udah
biasa
aja
sekarang di rumah cuma berdua sama mama. Dulu waktu masih tinggal di medan sama uwak sama mama juga
ga
biasa juga kak,
ga
enak juga
ga
ada papa. karena kalau dulu mau minta sesuatu, mau  minta  main-mainan  itu  sama  papa  beraninya,  kalau  sama  mama
jarang.  Tapi  sekarang  mau  minta  apapun  sama  mama.  Mama  nikah  lagi pun tetap minta nya sama mama
lah
kak. tapi
oom
kan juga tinggal disini kak  jadi  pernah  juga
ngasi
uang  lima  ribu,  sepuluh  ribu  untuk  jajan  kak. Tapi mau beli apapun sama mama.”
Walaupun  sempat  merasakan  sikap  yang  sedih  karena  perpisahan  kedua orang tua nya, namun tomi masih memiliki seorang ibu  yang cukup pengawasan
untuknya.  Ia  menceritakan  segala  sesuatu  nya  kepada  ibu,  apa  yang  diinginkan dan  apa  masalah  yang  dihadapinya  sekarang  ini  hanya  kepada  ibu  nya  lah  ia
berkomunikasi. Tomi:  “Ya  sama  mama
aja
kak,  bicara  tentang  sekolah.
Kek
kemarin minta  uang  buku  waktu  mau  ujian,  kalau  ada  tugas  sekolah
nanya
ke mama. Mau minta uang sama mama. Kalau mau
pigi
tempat kawan bilang sama  mama.
Pingin
makan  ini  bilang  sama  mama.  Pingin  sesuatu bilangnya sama mama lah kak.”
Bicara  mengenai  sikap,  tomi  memang  merasakan  sosok  anak  yang  sedih setelah  perpisahan  kedua  orang  tua  nya,  apalagi  sekarang  ini  kesepian  juga
dirasakan  nya,  ia  hanya  tinggal  berdua  bersama  ibu  nya.  Tomi  sangat  sayang
Universitas Sumatera Utara
terhadap  ibu  nya  dan  mengatakan  sangat  takut  kehilangan  sosok  ibu  dari  hidup nya, karena hanya ibu yang ada saat ini untuk nya.
Tomi: “sayang kali sama mama, kak. Belum bisa
lah
tanpa mama. Kadang mama suka juga pergi siang-siang walaupun
udah
biasa
gitu
kak, tapi tetap kecarian juga
lah
mama dimana.” Seperti  yang  dikatakan  tomi,  walaupun  ia  sudah  terbiasa  hidup  didalam
struktur  yang  tidak  utuh,  namun  hidup  dalam  kesendirian  atau  hidup  tanpa  ibu adalah  suatu  hal  yang  sangat  ditakutkan  oleh  tomi.  Begitupun  ia  katakan
walaupun sudah terbiasa dengan struktur keluarga yang tidak utuh, namun berada diantara keluarga teman-teman yang utuh tetap menjadi kesedihan tersendiri bagi
tomi.
 Konsep Diri
Sebelum  meminta  penilaian  dari  tomi  mengenai  diri  nya  sendiri,  penulis meminta  ibu  nya  yang  merupakan  orang  terdekat  dari  tomi  sekarang  untuk
memberikan penilaiannya terhadap sosok anaknya tersebut. Mama: “Tomi itu anak
uwak
satu-satu  nya  dari  ayah  nya  yang  di  medan dulu.  dulu
uwak
cerai  tahun  2009,  si  tomi  masih  kecil.  Dia
tu
anak  nya penurut,  sayang  sama
uwak
,  pemalu.  Pernah  waktu  itu  dia
nangis
dibuat kawan-kawan  nya  waktu  dia  SD  kemarin,  mau
uwak
datangi  kawan- kawannya
ga
dikasi  sama  dia,  malu  dia  kata  nya.  Penakut  juga  dia.  Tapi apa pun yang
uwak
bilang dia menurut,
ga
pernah membantah.
Ga
susah
la
merawat nya. Maka nya
uwak
kalau ada orang lain yang marah-marahi dia, mukul-mukul  dia,
uwak
marah  kali  sama  orang  itu,  suami
uwak
yang kedua dulu, si pian, mana berani dia marahi si tomi.
Ga
banyak minta anak nya.  Kalau
ga
ada  dibilang,  ya  dia  diam.  Cengeng  juga,  namanya  juga masih  anak-anak  ya.  Maka  nya
uwak
kalau  ada  uang  dia
lah
yang
uwak
butuhin dulu,  apa mau nya
uwak
belikkan. Kadang
kan uwak
mau masak
ga
ada  laok,  laok  apa  ada  nya,  dia
ga
pernah  marah-marah,  diam
aja
, dimakannya
aja
.  Kadang  kasihan  juga
uwak
lihat  dia.  Tapi  itu
lah
dia kalau ada uang nya dikasi kan habis sama main
warnet
itu. Kalau
bekawan
jarang  kali  dia  tu  berantan-berantam
kayak
anak  laki-laki  orang  lain
kan
sering  berantam,  kalau  dia  jarang.
Tak
susah
la
bawa  dia  keman-mana. Penurut kali anak nya.”
bagi  sang  ibu  tomi  adalah  sosok  anak  laki-laki  nya  yang  baik,  penurut, pemalu.  Ibu  nya  bangga  dengan  sikap  anak  nya  yang  seperti  itu,  sang  ibu
Universitas Sumatera Utara
merasakan  tidak  susah  merawat  anak  seperti  tomi.  Sementara  tomi  memiliki penilaian tersendiri terhadap dirinya, ia merupakan sosok anak yang dulu nya suka
minta-minta  kepada  sang  ayah  berbeda  dengan  sekarang  ini,  ia  juga  merupakan sosok anak yang pemalu dan penurut kepada sang ibu.
Tomi: “Dulu suka minta-minta sama papa sama  mama kalau
ga
dibeliin marah.  Sekarang
ga
kak.
Awak
orangnya  Jahil  kalau  di  sekolah  suka
aja cagili
kawan,
seloro-seloro
kak,  kalau  mau  cerita-cerita  sama  kawan
ga
kak,  sama  mama
lah
,
ga
suka  juga  cerita  sama  kawan  nanti  dibilang- bilang,
awak
orangnya pemalu, pekerja keras iya suka bantu mama.”
Perubahan  diri  dan  sikap  memang  terjadi  dengan  tomi,  yang  dulu  masih anak-anak  sekarang  lebih  dewasa,  yang  dulu  merasakan  di  manja  bukan  hanya
dari serang ibu tetapi juga ayah namun sekarang tomi hanya berdua dengan sang biu.  Tomi  menjadi  diri  sendiri  dan  memposisikan  dirinya  dengan  baik  terhadap
ibu  nya meskipun kedua orang tua telah bercerai. Tomi:” “Tetap jadi anak yang baik
aja
kak.
Pengen
buat mama senang
ga
sedih  lagi.  Pengen  berhasil  cita-cita  terus  mau
kasi
mama  banyak  uang. Iya,  jangan  melawan
aja
kak.  Kalau
awak
jarang  juga  melawan  kak  tapi malas
aja
kalau disuruh mama
ntah
beli apa. Tapi kalau melawan
ga
kak.” Namun  meskipun  begitu,  tomi  belum  bisa  menutupi  kesedihannya  ketika
berada diantara teman-teman yang memiliki keluarga yang masih utuh. Rasa sedih tetap ada dibenaknya.
Tomi: “Sedih kali kak.
Pengen lah kek
orang itu. Kadang
awak
ke rumah kawan  kan  kak,  liat  mama  sama  ayah  nya  beliin  dia
ntah
apa
lah gitu
,
awak
senyum aja
lah
tapi sedih juga kak,
pengen
juga
kek gitu
.” Walaupun  begitu  tomi  tetap  menjadi  diri  nya  sendiri.  Meskipun  sekarang
berubah dengan apa yang ia rasakan dahulu. Dulu ia mengatakan bahwa ia adalah sosok  anak  yang  suka  minta-minta  dengan  sang  ayah  dan  apabila  tidak  diberi
permintaannya  ia  akan  marah,  berbeda  dengan  sekarang  ia  menjadi  anak  yang lebih pendiam jika suatu permintaan nya ditolak.
Tomi:  “diam
aja
kak.  Dulu  kalau
awak
minta  mainan  kalau
ga
dibeliin marah-marah,  sekarang
ga
kak.  Kalau
awak
minta
ga
ada,  diam  aja
lah
mungkin lagi
ga
ada uang mama.
Awak
jarang kasi pendapat kak.
Ga
tau
lah
kak  mau
kasi
pendapat  apa  tapi  kalau  misalnya  cerita-cerita  sama mama, misalnya bilang sama mama nanti kalau
udah
besar
pengen
tinggal di medan
aja
tapi mama
ga
mau
yaudah
kak diam
aja
.”
Universitas Sumatera Utara
Begitu  juga  ketika  tomi  menerima  pujian  dan  kritikan  dari  orang disekitarnya.  Tomi  sekarang  menjadi  anak  yang  lebih  suka  dia  ketika  dipuji
maupun di kritik oleh orang lain. Tomi:  “Senang  lah
kak
.  Kalau  misalnya  orang  bilang  ganteng
gitu
ya senang
lah
.  Senyum-senyum
aja
kak,  kalau  dikritik,  Diam  juga  kak. Abaikan
aja
.
Lagian  ga
penting  sama  kritikan  orang.  Kalau  mama  yang kritik, misalnya mama marah kalau
awak
pakai baju ini diam
aja awak
kak tapi tetap
awak
pakai
aja
, tapi kalau mama
udah
marah-marah baru ditukar kalau
ga
ya
ga
.  Tapi  kalau  orang  lain  biar
aja
lantak  nya  situ  bukan  dia yang
kasi
makan kita
kok tertawa
. ”
 Keterbukaan Diri
Ketika  ibunya  berpisah  dengan  sang  ayah,  sang  ibu  membawa  tomi bersama nya, hal itu lah yang membuat tomi tinggal bersama dengan ibu nya yang
pada  awalnya  mereka  menumpang  di  rumah  saudara  ibu  nya.  Tomi  juga mengatakan jika disuruh memilih ia tidak ingin tinggal bersama ayah nya karena
ayah nya merupakan sosok yang suka pulang larut malam. Tomi:  “Sama  mama.  Dulu  sama
oom
tapi  sekarang  cuma  sama  mama. Tapi
nyewa
kak  disini.  Kadang-kadang  ada  juga  bang  ryan  anak
oom
itu main  juga  kesini.  Dulu  mama  waktu  sama  papa
pas
cerainya  mama  lari terus  bawa
awak
ke  tempat  uwak  di  medan.  Habis  tu  mama  nikah  lagi balik ke kampung ini sama
oom
itu ya tinggal di rumah sini
nyewa
. Karena dari dulu nya memang mama yang bawa
awak
jadi sama mama lah. Mama
ga ngasi
dulu
awak
sama  papa.
Awak
pun  juga
ga
mau  sama  papa.  Papa dulu pulangnya lama-lama.
” Kedua orang tua tomi  memilih  jalan bercerai,  dan kemudia ia mendengar
kabar bahwa sang ayah telah menikah lagi namun ia sama sekali tidak mengetahui sosok  seperti  apa  ibu  tirinya  itu.  Begitu  juga  dengan  sang  ibu,  ibu  nya  sempat
menikah  lagi  dengan  seorang  duda  yang  memiliki  satu  anak  laki-laki,  setelah bercerai  dari  ayah  nya,  tomi  pun  sempat  tinggal  bersama  ibu  dan  ayah  tirinya
tersebut,  namun  tomi  tetap  memanggil  ayah  tirinya  itu  dengan  sebutan  “oom” dengan alasan “kebiasaan”.
Tomi  :  “Papa  kata  mama  nikah  lagi  cuma
awak ga
tau  istri  nya  siapa. Kalau  mama  dulu  juga  nikah  lagi  sama
oom
itu.
Oom
itu  baik  tapi  biasa
aja
bukan papa
awak
juga.
Awak manggil  oom
karena dari dulu  memang
manggil
nya
oom
waktu
udah
nikah sama mama juga tetap manggil
oom
, mama
ga
marah Cuma kadang dibilang mama juga panggil bapak tapi
ga
bisa,  uda  biasa  soalnya  manggil
oom
.  Sekarang
udah
cerai  tapi  karena
Universitas Sumatera Utara
rumah kami masih dekat sama
oom
sering juga ketemu
oom
,
oom
tinggal di  tempat  warnet  itu
awak
juga  sering  main  di  tempat  warnet  itu  jadi kadang-kadang  dikasi
oom
juga  duit.  Bang  ryan  pun  sekarang  ini  masih sering juga ke rumah, tidur di rumah.”
hubungan  tomi  dengan  ayah  tirinya  berjalan  baik  meskipun  ia  tidak  bisa
memanggil  nya  dengan  sebutan  “bapak”.  Namun  tak  lama  pernikahan  ibu  nya yang kedua itu, perceraian pun kembali menghampiri keluarga nya tersebut. namu
tomi mengakui bahwa hubungan dengan ayah tirinya sekarang ini masih baik dan masih  bertemu  walaupun  kadang-kadang  karena  masih  dalam  satu  kampung
tempat  tinggalnya.  Selain  hubungan  yang  baik  antara  ia  dengan  ayah  tirinya,  ia juga mengatakan memiliki hubungan baik denga teman-temannya.
Tomi:  “Baik-baik
aja
.  Kalau  pun  ada  yang
ga
baik  berarti  kami  bukan kawan. Kalau berteman
awak
paling
ga
suka
begadoh
kak, bercanda boleh tapi  jangan  bawa-bawa  orang  tua
lah
.  Kadang  kan  kalau  bercanda  sama kawan di warnet
gitu
nanti
ngejek-ngejek
nama mama, marah
la  awak  ga
mau lagi berteman sama orang yang
kek gitu
.” Tomi  memang  sosok  anak  yang  tidak  menyukai  pertengkaran  dalam
berteman, begitu pun dalam memilih teman.  Ia bukan sosok  yang suka memilih- milih dalam berteman.
Tomi: “
ga lah
. Baik-buruk nya teman tetap dikawani.
Awak ga
suka pula lihat  orang  yang  milih-milih teman.  Sombong  orang
kek  gitu
.  Siapa  yang mau  berteman  sama  kita  ya  temani.  Kalau  baik-buruknya  kan  sifat  orang
itu  bukan  sifat  kita,  kita  cuma  berteman.
Ga
ada  kawan  yang  buruk, berteman kan yang baik, kalau jahat bukan teman kak, lawan itu kak. Jadi,
siapapun yang mau berteman sama
awak
,
awak
terima- terima aja.”
Bagi  tomi  didalam  berteman, semua  yang mau berteman dengannya akan diterima nya, begitu pun ketika ditanya masalah teman dekat nya, bagi nya semua
teman sama saja, semua  teman bagi  nya adalah teman-teman  yang dekat  dengan nya.
Tomi  :  “Semua  teman  sama
aja
kak.  Kalau  kawan  dekat  ya  semuanya dekat. Tapi kalau kawan cewe awak
ga
ada kak. Kawan cowo
lah
semua. di  sekolah  bekawan,  di  rumah  lain  lagi  kan  kawan  nya  nanti  main  di
warnet ada lagi kawan, jadi banyak. Semuanya sama
aja
.
Universitas Sumatera Utara
Selain  tempat  bermain  bersama  bagi  tomi,  teman  juga  tempat  berbagi pendapat.  Tomi  termasuk  sering  dalam  meminta  pendapat-pendapat  teman  nya
dalam kegiatan yang ingin ia lakukan. Tomi: “Sering. Misalnya
awak
minta pendapat kalau
awak
mau ikut main
footsal
sama teman-teman sekolah yang lain, orang nya di dalam
team
ada banyak kan, nanti bilang sama kawan-kawan dulu
kek
mana menurut orang itu  bagus
ga
orang-orang  di  dalam
team
itu,  kalau  orang  itu  bilang
ga
bagus ya
udah ga
jadi ikut. Sering
lah
kalau minta pendapat teman.” Berbeda  dengan  lingkungannya,  tomi  merasa  sosok  yang  biasa  saja
terhadap  kegiatan-kegitan  di  lingkungannya.  Tomi  mengatakan  bahwa  ia  lebih nyaman  dekat  dengan  teman-teman  SMP  nya  daripada  teman-teman  disekitar
tempat  ia  tinggal.  Ketika  lingkungan  mengadakan  sebuah  acara  tomi  termasuk susah untuk ikut serta, salah satu alasannya karena kesibukannya menjadi pelajar
dan mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah nya. Tomi: “Kalau sama lingkungan
ga
ada kak. Kalau ada kegiatan
gitu ga
ada aja awak mau ikut kak. Paling kalau ada
ntah
maulid
gitu
awak datang tapi kalau  ikut  serta  nya
ga
ada.  Jadi  penonton
aja
.  kalau  teman-teman  disini pada ajakin ada acara
awak ga lah.
Ga
bisa juga kak.
Awak
sekolah nanti sore,  les  lagi  jadi
ga
bisa.  Paling  lihat-lihat  gitu
aja
.  Ada  juga  kawan- kawan yang
ngajak
kan,
awak ga
mau kak,
ga
bisa.” Bagi tomi lingkungan tempat ia tinggal memiliki pengaruh yang biasa saja
terhadap nya. Segala kegiatan atau hal yang ia suka akan dilakukannya namun jika tidak ia sukai, ia tidak akan mengikuti nya.
Tomi:  “Kalau  lingkungan  ya  biasa
aja
.  Berteman  ya  berteman
aja
kak. Tergantung kalau misalnya kawan nya merokok
awak
kan
ga
suka, ya
ga awak
ikuti, tapi kalau
kek
ngajak main
games
ke warnet warung internet karena
awak
suka  jadi
awak
mau.  Kalau  mama  ya  biasa
aja
,  mama  juga jarang ada di rumah kadang siang-siang, sore-sore tempat saudara, tempat
tetangga, jadi ya bebas
aja
kak yang penting malam tidur nya di rumah.” Bagi  tomi  bukan  teman  maupun  lingkungan  nya  yang  dapat  menampung
segala  masalah-masalah  nya.  Hanya  sosok  ibu  tempat  ia  berbagi  dan  bercerita. Bagi  nya  teman-temannya  bukan  tempat  yang  cocok  untuk  ia  bercerita,  karena
teman-teman belum bisa menyimpan rahasia dengan baik. Tomi: “Sama mama. Semuanya
awak
cerita-in sama mama.
Awak ga
mau cerita  sama  kawan-kawan,  malas
aja  ga
enak  cerita  sama  kawan-kawan nanti  dibilang-bilang  nya  sama  kawan-kawan  yang  lain.  Kadang  kalau
sama  mama
ga
pun
awak
cerita  dulu  mama  tahu  sendiri.
Kek
ada  ikut
Universitas Sumatera Utara
lomba,
awak ga
ada cerita sama mama tapi mama tahu, ya mama nanya ya
awak
jawab
lah
. Paling kalau cerita, cerita- cerita tentang sekolah.”
Kesimpulan Kasus :
Tomi  merupakan  anak  yang  masih  kecil  ketika  keluarga  nya  mengalami perpisahan, sehingga tomi tidak mengetahui pasti penyebab dari kedua orang tua
nya  bertengkar,  hanya  saja  yang  ia  ketahui  ayah  dan  ibu  berkomunikasi  dan menjalankan peran dengan baik dan pertengkaran terjadi apabila ayah pulang larut
malam. Ia seolah bisa melupakan hal itu, namun belum bisa melupakan ketika ia dimanja  dengan  sang  ayah,  dan  ia  mengatakan  bahwa  ia  sering  mencari-ceri
mama nya dimana ketika sedang tidak di rumah, hal ini bisa dikatakan bahwa ada sikap tomi yang takut akan kesendirian. Dari segi komunikasi, ia merupakan anak
yang dimanja oleh sang ayah, namun ketika orang tua nya bercerai, ia mengatakan ia  lupa  akan  sosok  sikap  ayah  dulu  kepada  nya,  komunikasi  dengan  sang  ayah
sama  sekali  tidak  ada  lagi  ia  rasakan.  Bisa  juga  dikatakan  bahwa  ia  shock  akan sosok ayah, sehingga ia tidak ingin memanggil ayah tiri nya dengan sebu
tan “ayah atau  bapak”  atau  mungkin  saja  ia  sangat  menyayangi  sang  ayah  yang  telah
memanjakannya  sehingga  tidak  ada  yang  bisa  menggantikan  ayah  kandung  nya dengan yang lain. Dilihat dari konsep diri nya, tomi sosok anak yang pemalu dan
masih ada sikap cengeng layak nya seorang anak-anak. Ia juga bisa dibilang lebih suka  dalam  kesendirian,  hanya  berbagai  hal  tertentu  saja  ia  membutuhkan  orang
lain,  seperti  ketika  bermain  footsal,  games  dan  lain  sebagainya.  Ia  lebih  nyaman ketika bersama ibu nya dan menceritakan segala masalah nya kepada sang ibu, ia
tidak terlalu terbuka baik dengan teman-temannya maupun lingkungannya.
Informan 5 :Nurhabibah
 Psikologis komunikasi
Orang  tua  bibah  berpisah  pada  bulan  Desember  2013  lalu,  awalnya  ia merasa  bahwa  keluarganya  harmonis,  Ayah  dan  ibunya  sangat  dekat  dan  jarang
bertengkar,  namun  pada  Desember  2013  lalu  orang  tuanya  memilih  jalan  untuk bercerai,  perceraian  ini  awalnya  dipicu  dari  rumor  orang  lain  bahwa  ayah  nya
Universitas Sumatera Utara
telah  selingkuh,  sang  ibu  pun  sangat  tertekan  mendengar  isu  tersebut,  ibu  nya bahkan sering sakit dan mengalami stress yang cukup tinggi.
Bibah:  “awalnya  dekat,  sering
pun
orang  itu  jalan-jalan  sore.
Mamak
kakak manja, kalo ayah orangnya suka bercanda sama
mamak
kakak. Dulu harmonis, bisa dibilang jarang juga bertengkar. Tapi semenjak ayah kakak
itu digosipkan ada dekat sama perempuan lain, itu
lah mamak
kakak sakit sampai  kesurupan-kesurupan,
udah
mulai  sering  bertengkar  juga
tu
,  tapi baik  lagi.  Kalo
udah
parah  bertengkarnya
mamak
kakak  sakit  dia,  baru diam  ayah  kakak  mengalah.  Kakak  dulu
tak
tahu
lah  entah
betul
entah
tidak ayah kakak dekat sama perempuan lain tapi orang-orang pada bilang
kek  gitu
,  itu
lah
yang  buat
mamak
kakak
stress
,
yaudah
jalan  keluarnya cerai. Ternyata
ga
berapa lama cerai kan ayah kakak
udah
nikah lagi sama orang ujung pasar, sekarang
mamak
kakak pun
udah
bisa tenang
lah
, dulu awal  cerai  sering kali sakit-sakit dia, lemah, mata bengkak karena
nangis
kan, banyak juga pikiran tapi kakak kuat
kan mamak
kakak, bicara-bicara biar  dia  tegar,  padahal
awak
pun  sakit  kali  waktu  kedua  orang  tua  pisah, tapi itu
lah
pura- pura dikuatkan.”
Selain hubungan yang terjalin cukup baik, peran didalam keluarganya pun berjalan  baik,  menurutnya  keluarganya  memiliki  peran  masing-masing,  seorang
ayah  tetap  menafkahi  dan  memberi  uang  kepada  ibunya,  ibu  nya  pun  menjadi rumahtangga  yang  baik,  sementara  abangnya  kerja,  begitupun  dengan  Bibah  ia
sempat kerja disalahsatu perusahaan di Malaysia. Bibah:
“iya baik. kalau cerita peran semua punya peran
lah
didalamnya. Ayah  kakak  nelayan,  walaupun  kadang  ayah  kakak  pelit  tapi  tetap
aja
gajinya  dikasi  semua  ke
mamak
,
mamak
yang
ngatur
,
mamak
kan  pun pelit  tapi  pelitnya  terarah,  dia  pelit  kalau  kita  minta  sesuatu  yang
tak
dibutuhkan  kali,  lebih  mendahulukan  apa  yang  betul-betul  dibutuhkan. Abang  kerja,
tak
berapa  lama  dia  tamat  SMA  langsung  dapat  kerja  jadi SATPAM di Rampah, baru kakak
lah
dulu sempat juga kerja jadi TKW di Malaysia”
Sebelum  terjadi  perceraian  dikeluarganya,  bibah  awalnya  sangat  dekat dengan  sang  ayah,  ia  lebih  senang  berkomunikasi  dengan  ayah  daripada  dengan
sang ibu, walaupun ia mengaku dekat dengan keduanya. “Dulu kakak manja nya sama ayah, sama
mamak pun
manja, karena kakak anak  paling  kecil
kan
jadi  mungkin  ada  juga  manja-manja  nya.  Kalau bicara-bicara  memang  lebih  sering  bicara  sama
mamak
,  tapi  kalau  ada permintaan  atau  masalah  kakak  lebih  suka  cerita  ke  ayah,  karena  ada
Universitas Sumatera Utara
solusi  nya.  Kalau  sama
mamak
kalau  kita  tiba-tiba
tak
sengaja  buat masalah  dia  bakal
merepet-merepet  tak
jelas  tapi  kalo  sama  ayah  lebih enak, lebih
ngasi
pendapat terus ada jalan keluarnya” Namun,  perpisahan  orang  tuanya  tersebut,  membawa  dampak  tersendiri
bagi  Bibah,  komunikasnya  dengan  sang  ayah  tidak  seperti  dulu  lagi,  ia  sekarang jarang  ketemu  dengan  ayahnya  sehingga  mereka  jarang  melakukan  komunikasi
seperti  dulu  lagi,  Namun  dengan  ibunya  ia  tetap  melakukan  komunikasi  dengan baik layaknya ketika orangtuanya belum bercerai.
Bibah:  “Sama
mamak
kakak  tetap  bicara-bicara,  cerita-cerita  tapi  cerita
seadanya  aja
kalau  lagi  ada  masalah  kakak  lebih  cerita  nya  ke  teman- teman  dekat,  karena  kasihan  kalau  cerita  ke
mamak
nambah  pula pikirannya  nanti  tapi  kalau  sama  ayah  jauh  jadinya,  kakak  pun  semenjak
ayah
udah
nikah lagi
udah  tak
pernah lagi  ketemu,  biar
aja  lah
dia sama keluarga baru nya disana, semoga senang disana, namanya juga tetap ayah
awak kan
tetap doain yang terbaik
aja
”
Jika  komunikasi  antara  Bibah  dengan  Ibunya  tetap  terjalin  dengan  baik, berbeda pulak komunikasi antara ayah dan ibunya pasca bercerai, ayah dan ibunya
sama  sekali  tidak  ada  komunikasi  lagi  sekarang  ini,  kedua  orang  tuanya  lebih fokus pada kehidupannya masing-masing.
Bibah:  “
Oooh,  tak  lah
ada  orang  itu  komunikasi-komunikasi  lagi,
udah
sibuk
ngurus
diri  masing-masing
lah
.
Mamak
pun
udah
bisa  kerja sekarang walaupun jadi tukang cuci  baju  orang tapi setidaknya
udah
bisa
lah
menuhi kebutuhan dia
kan
, abang kakak
pun
walaupun dia
udah
nikah tapi  dia  juga  masih  jadi  tulang  punggung  keluarga  kami  juga,  kakak  pun
disini  mungkin  mau  juga
lah
cari  kerja  lagi  tapi  yang  dekat-dekat  disini
aja  lah
biar bisa jagain
mamak
sekalian, kalau paling jauh
pun
di  Medan
lah
, di luar itu kalau bisa jangan lagi” Bukan  hanya  perubahan  komunikasi,  bimbingan  yang  didapat  dari  kedua
orangtuanya ia rasakan berbeda, yang awalnya ia mendapat bimbingan oenuh dari ayah dan ibunya, namun setelah orangtuanya bercerai ia hanya merasa mendapat
bimbingan dari sang ibu walaupun bimbingan ibunya tidak seperti dulu lagi. Bibah  :  “
beda  lah  dek
.  Kalau  dulu  bimbingan  didapat  dari
mamak
juga dari  ayah  kalau  sekarang  dari
mamak  aja
,  itu
pun
karena  anak  nya
udah
pada dewasa
mamak ga kek
dulu lagi yang ketat kali bimbingannya,
udah
biasa
aja
,  kalau  kakak  salah,  ditegur  tapi  itu
lah
kakak
tak
suka  kalau
Universitas Sumatera Utara
masalah  hubungan  pertemanan  kakak
mamak
kakak  ikut  campur  juga, paling disitu kakak marah nya, tapi cepat juga baiknya lagi”
Akibat  perceraian  tersebut,  serta  bimbingan  dan  komunikasi  yang  dirasa berkurang membuat perubahan pada sikap Bibah. Selain sikapnya yang berubaha
dengan sang ayah, yang awalnya dekat dan manja sekarang sudah tidak lagi, bibah telah  dapat  mengontrol  emosinya  terhadap  sikapnya  dengan  sang  ayah,  Bibah
yang awalnya sedih dan kesal dengan sang ayah yang tidak bisa mempertahankan keluarganya  sekarang  telah  bersikap  biasa.  Namun  berbeda  dengan  sikapnya
kepada  tema-temannya,  Bibah  merasa  setelah  kedua  orang  tuanya  bertengkar  ia yang  awalnya  termasuk  anak  yang  liar  sekarang  lebih  senang  mengurung  diri  di
rumah. Bibah:  “kakak  dulu  orang  nya
pecicilan  dek.  Haha  tertawa
.  Tapi sekarang  kakak  rasa  lebih  enak  dirumah,  nonton  tv,  main
games
,
entah ngapain  pun
lebih enak di  rumah,
ya
tapi tetap juga bermain  tapi
tak  kek
dulu  lagi.  Dulu  kakak  kalau  diajak  kawan-kawan  mana  bisa
nolak
, sekarang  kakak  malas  aja  keluar  diajak  kawan,  paling  orang  itu  kakak
suruh
main ke rumah”
Perubahan  sikap  Bibah  memang  terjadi  dalam  pertemanannya,  namun sikapnya  terhadap  lingkungan  tempat  ia  tinggal  dirasa  tidak  ada  perubahan
baginya, dari awal ia memang tidak terlalu dekat dan aktif dengan lingkungan, ia tetap bersikap apaadanya baik sebelum orang tua berpisah maupun orang tua telah
berpisah sekarang ini. Bibah: “Kalau sikap sama lingkungan kakak apaadanya dek, tak ada kakak
rasa  yang  berubah,  kakak  memang  kurang  akrab  sama  lingkungan  sini, paling kalau ada tarawih ya tetap ke masjid, kalau ada tetangga ngundang
pesta  tetap  datang,  kakak  rasa  orang  di  sini  nganggap  kakak  sombong
mungkin dek”
 Konsep Diri
Untuk  mengetahui  konsep  diri  Bibah,  peneliti  meminta  ibunya  sebagai informan  tambahan  dalam  memberikan  penilaiannya  terhadap  Bibah.  Peneliti
sendiri  memanggil  ibunya  dengan  sebutan  “Nek  atik”,  Menurut  ibu  nya  bibah
Universitas Sumatera Utara
sekarang  ini  lebih  sering  di  rumah  tidak  seperti  biasanya  yang  lebih  senang  di luar, selain itu bibah juga sekarang lebih rajin.
Nek atik : “Sekarang Bibah lebih pendiam, dia dari dulu
cerewet
.  Nenek rasa  dia  lebih  rajin  sekarang,
udah
pintar  masak.  Dulu  juga  dia  suka  kali main-main sama kawan-kawannya, pulangnya nanti malam-malam, nenek
kadang
sering  marah  sama  dia,
ga
bagus  anak  perempuan  macam
gitu
, dilihat tetangga juga
ga
bagus, tiap malam keluar pulangnya malam terus,
ga
baik.  tapi  sekarang  dia
udah  jarang
keluar,  tidurnya
pun
cepat,  nanti jam delapan jam sembilan malam
udah
tidur, tapi masih ada juga
mengkek
nya  dia
tu
, kalau pekan jum’at nenek ke pekan, dia minta beli kan buah, tapi lupa nenek beli,
merepet, nangis
dia. Haha tertawa, masih
mengkek
juga, dia pula yang memang dimanja. Keluara
broken  home
membuat  Bibah  memiliki  penilaian  yang  berbeda terhadap dirinya, ia menilai bahwa dirinya sekarang apaadanya dan bisa mengakui
keberadaannya sebagai anak dari keluarga
broken home
. Bibah: “kakak yang sekarang apa adanya
aja dek
,
awak
dari keluarga yang orang tuanya pisah tetap kakak bilang sama orang kalau memang keluarga
kakak
udah
cerai,
tak
mungkin mau ditutupin lagi
kan
, tapi memang
beda
yang  kakak  rasakan,  kakak  dulu
kan
tempat
bermengkek-mengkek
nya sama  ayah  yang  lebih,  tapi  sekarang
udah
bisa  diatur
tak  kek
dulu  lagi,
udah
sadar diri
lah awak
siapa” Walaupun Bibah mengakui bahwa ia anak dari keluarga
broken home
serta sulitnya  menerima  kenyataan  seperti  itu,  berpisah  dengan  salah  seorang  yang  ia
sayangi  dan  mengakibatkan  perubahan  sikap  dan  komunikasi  namun  tetap membuat ia mampu dalam memposisikan dirinya sebagai anak dari broken home
tersebut,  walaupun ia mengatakan belum bisa membantu  dalam materi namun  ia tetap memposisikan dirinya sebagai seorang anak dari ayah dan ibunya.
Bibah: “Memposisikan tetap jadi seorang anak
aja lah
,
lagian gimana
mau bantu  juga
ga
bisa  kan.  Kalau  sama
mamak
kakak  tetap  dekat  tapi  kalau sama  ayah
udah  tak  kek
dulu  lagi
lah
,  tapi
gimanapun
tetap
lah
memposisikan  diri  sebagai  anak,  kalau  ditanya  masalah  adil
tak
adil,
tak
tahu
lah  ya  kan,
dunia  ini
pun kadang  awak
rasa
pun  tak
adil,  tapi  tetap peduli
aja
sama
mamak
sama ayah” Sekarang  Bibah  memang  telah  memiliki  penilaian  tersendiri  terhadap
dirinya,  namun  dampak  dari  perceraian  orang  tua  tetap  membuatnya  tertekan sekalipun ia mengakui ia telah dewasa, perasaan sedih yang mendalam dan malu
dengan orang sekitar juga Bibah rasakan ketika orang tua nya memutuskan untuk bercerai.
Universitas Sumatera Utara
Bibah: “Sedih, malu, rasanya
pingin
mati
aja
. Masalahnya kan kakak
udah
cukup  besar  kenapa
lah
mesti  terjadi  ini,  biasanya  kan  orang  cerai  itu anaknya  masih  kecil-kecil,
betingkat
pula.  Ini  anak  sedikit,
udah
besar- besar
pun
bisa juga
mutuskan
untuk bercerai. Tambah sakitnya lagi waktu
udah
cerai  lihat
mamak  nangis-nangis
sampai  sempat  dia  mau  bakar tubuhnya,  itu
lah
karena
stress
itu
kan
,
udah
disiramnya  badannya  pakai minyak  lampu,
untung
dilihat  warga  langsung  ditarik
lah  mamak
kakak, itu  waktu  belum  pisah  masih  dengar  cerita-cerita  tetangga  kalau  ayah
kakak  selingkuh,  dekat  sama  perempuan  lain,
pas  udah
pisahnya  sering sakit-sakit
lah mamak
kakak. Karena kasihan lihat
mamak
sakit-sakit maka nya kakak pulang dari Malaysia
kan
biar
nemani
dia dulu, padahal kakak niat kesana selain karena cari kerja sekalian
nenangi
hidup juga nya, tapi kakak berpikir pula,
awak
disana tenang-tenang,
mamak awak
di kampung ni sakit-sakit,
tak tega
juga
lah
”
Bibah mengaku cukup iri melihat teman-temannya yang memiliki keluarga yang  utuh,  hal  ini  wajar  ia  rasakan  karena  ia  berasal  dari  keluarga  broken  home
yang  tidak  mendapatkan  kasih  sayang  penuh  lagi  seperti  keluarga  yang  masih utuh.
Bibah: “perasaannya
gitu
? Jelas
lah
iri, namanya juga lihat keluarga orang itu  orangtuanya  masih  sama
beda
sama
awak
,  apalagi  kadang  romantis
pula tu
orang tuanya apa
tak
tambah iri lihatnya” Sudah  hampir  satu  tahun  orang  tuanya  berpisah,  Bibah  sudah  cukup
terbiasa  atas  keluarga  yang  tidak  utuh  ini,  walaupun  terkadang  masih  ada harapannya  agar  orang  tuanya  kembali  bersatu,  namun  hal  itu  tampkanya  sangat
sulit terjadi karena ayahnya sudah menikah lagi. Bibah: “Sekarang
dibiasa-biasain lah dek
, walaupun kadang masih
pingin
kali  orang  tua  tu
nyatu
lagi  tapi
gimana
,
dibiasain  aja
kalau  memang orang tua
uda ga nyatu
lagi
dek
.” Bagaimana  pun  seorang  anak  didalam  kehidupannua  tetap  pernah
menerima  sebuah  kritikan,  pujian  dan  penolakan  terhadap  pendapat  yang disampaikan,  begitupun  dengan  Bibah  yang  berasal  dari  keluarga
broken  home
ini,  ia  memiliki  sikap  yang  berbeda  terhadap  ketiga  hal  tersebut.  Bibah  bukan merupakan anak yang senang terhadap kritikan orang lain, ia terkadang lebih diam
dan  tidak  ingin  memanjang-manjangkan  kritikan  orang  lain,  karena  menurutnya kritikan itu hanya menambah kekesalan didalam hidupnya.
Bibah:”
Ha,
itu
lah
yang kakak
tak
bisa pula kalau dapat kritikan-kritikan, kesal,  benci,  sedih  juga  kalau  kritikannya  menyakitkan.  Tapi  kalau
Universitas Sumatera Utara
seandainya dikritik kakak lebih suka diam
aja dek
,
ga
mau ikut-ikut bicara entar  lebih  penjang  pula  kritikan,  lebih  sakit  juga  dengarnya,  mana  ada
kritikan orang yang enak didengar” Berbeda  dengan  sebuah  pujian,  ia  sangat  menyenangi  sebuah  pujian,
perasaan bangga dan bahagia adalah bentuk ungkapannya dalam menerima sebuah pujian.
Bibah:  “iya,  bangga,  bahagia
lah.
Siapa  juga
tak
bangga  dapat  pujian.
Haha tertawa.
” Namun  bagaimana  pun  Bibah  tetap  bisa  menerima  ketika  permintaan
pendapat  atau  sarannya  ditolak  oleh  orang  lain  walapun  ada  kekecewaan  dan kesedihan ketika sebuah permintaanpendapat atau saran tersebut ditolak.
Bibah: “
Ha,
itu
lah
yang kakak
tak
bisa pula kalau dapat kritikan-kritikan, kesal,  benci,  sedih  juga  kalau  kritikannya  menyakitkan.  Tapi  kalau
seandainya dikritik kakak lebih suka diam
aja dek
,
ga
mau ikut-ikut bicara entar  lebih  penjang  pula  kritikan,  lebih  sakit  juga  dengarnya,  mana  ada
kritikan orang yang enak didengar”
Keterbukaan Diri
Konsep diri memang mempengaruhi salahsatunya kepada keterbukaan diri seseorang,  baik  itu  keterbukaan  dirinya  dengan  keluarga,  teman  maupun
lingkungannya.  Bibah  merasa  jauh  dengan  seorang  ayah,  namun  tetap  dekat dengan  ibu  dan  sahabat-sahabatnya,  kalau  dengan  lingkungan  ia  merasa  kurang
aktif dan tertutup dalam mengikuti segala hal yang diadakan dilingkungannya. Bibah: “kalau sama
mamak
memang kakak terbuka, mau juga cerita, tapi lebih  terbuka  lagi  sama  sahabat-sahabat
lah
,  karena
kan
memang  se- umuran  jadi  lebih
nyambung
kalau  cerita,  kalau  ceritnya  tentang  masalah remaja
kan
lebih
nyambung
sama  teman-teman,  kalau  sama
mamak- mamak  kan
nanti  serius  kali.
Haha  tertawa
,  kalau  sama  sahabat  masih tetap dijaga walaupun sekarang ini tinggal lima orang, dulu kami
geng
nya ada sembilan orang, dua orang
udah
nikah, dua orang lagi kerja diluar jadi
jarang
ketemu,  kalau  sama  lingkungan,  Kalau  ditanya  masalah  aktif  nya, kakak ga
aktif
dek
di lingkungan, efek malas.
Haha
tertawa” keterbukaan  diri  seseorang  dapat  juga  dilihat  dari  keterbukaannya  dalam
pergaulan,  apakah  seorang  anak  memiliki  banyak  teman  atau  tidak.  Bibah merupakan  anak  yang  mudah  dekat  dengan  orang  lain  dan  tidak  memilih-milih
dalam berteman
Universitas Sumatera Utara
Bibah: “Tidak
lah dek
,  kakak  siapapun
oke  oke  aja  nya
kalau  berteman,
lagian awak
anak siapa mau milih-milih teman, kalau anak
kolongra
t bisa
lah
, ini
awak.
” Bibah  mengatakan  bahwa  sahabat-sahabatnya  lah  sekarang  ini  tempat  ia
dalam  bercerita,  walaupun  ibunya  juga  menjadi  tempat  ia  bercerita  namun  ia mengatakan  lebih  banyak  bercerita  dengan  sahabat-sahabatnya,  hal  ini  mungkin
dikarenakan  tingkat  keakraban  yang  cukup  dalam  sehingga  menumbuhkan kepercayaannya  kepada  sahabat-
sahabatnya  atau  istilahnya  “geng”  yang  sudah terbentuk sejak ia SMA dulu.
Bibah:  “sama  sahabat-sahabat  tadi
lah  dek
,  orang  itu  memang  tempat kakak  cerita
dek
,  enak
aja
cerita  sama  orang  itu
dek
,  bisa
ngerti
,  tempat berbagi sedih sama senang nya sama mereka
lah
” Terlepas  dari  pertemanannya,  menurut  Bibah  lingkungan  juga  memiliki
pengaruh  terhadap  dirinya,  terutama  dari  segi  penampilan,  walaupun    ia merupakan seorang anak yang tidak aktif dalam lingkungan, namun pengaruh dari
lingkungan tidak dapat ia pungkiri. Bibah:  “Pengaruh  lingkungan,  misalnya  paling  kalau  sama  penampilan,
misalnya gaya baju mau juga terpengaruh,
kek
hijab-hijab zaman sekarang, kalau  dulu  pake  jilbab  nya  biasa
aja
,  kalau  sekarang  terpengaruh  lihat jamannya,  lihat  teman-temannya  juga  pada  pakai  hijab  jadi  terpengaruh,
kalau yang lain, apalagi
lah ya
,
gitu-gitu aja lah dek
” Sekarang  ini.  ayah  dari  Bibah  telah  menikah  lagi  dan  ia  mempunyai  ibu
tiri, namun komunikasinya dengan ibu tirinya tersebut tidak dekat, bahkan jarang ketemu,  hal  ini  terjadi  karena  masih  ada  rasa  kesal  dibenak  bibah  terhadap  istri
baru  ayahnya  tersebut,  karena  ia  menganggap  bahwa  pemicu  perceraian  kedua orang tuanya karena hadirnya ibu tirinya tersebut.
Bibah  :  “Ayah  kakak  tadi
lah dek
,  kalau  terima
ya
terima
aja
kalau memang dia mau nikah lagi, tapi kalau sama istri barunya,
gak
, jarang
lah
.
Ga
tahu
lah
kakak, jarang ketemu juga kan. Kalau nerima pasti susah juga ya kan, apalagi
kan kek
orang tua kakak cerainya istilahnya dipicu karena ada orang ketiga, jadi
geram
juga lihat dia”
Kesimpulan Kasus :
Dampak  dari  keluarga
broken  home
membuat  psikologis  komunikasi, konsep diri dan keterbukaan Bibah berbeda. Bibah yang awalnya dekat dan lebih
Universitas Sumatera Utara
senang  berkomunikasi  dengan  ayah  sekarang  tidak  dekat  lagi  bahkan  jarang ketemu, selain itu akibat perceraian tersebut Bibah menjadi anak yang pemurung
hal  ini  dilihat  dari  kebiasaan  nya  yang  awalnya  suka  “berkeliaran”  sekarang menjadi “anak rumahan”, selain itu Bibah juga menjadi anak yang sensitif. Bibah
memiliki konsep diri  yang negatif, hal ini dilihat dari penilaiannya  yang berbeda dengan penilaian orang lain, ia memberikan penilaian yang terkesan tegar dan bisa
dalam  mendapatkan  penolakan  terhadap  permintaansaran  kritikan,  namun  bagi ibunya  dari  dulu  sampai  sekarang  Bibah  tetap  menjadi  anak  yang  harus  dituruti
jika  tidak  ia  akan  menangis,  selain  itu  dilihat  dari  sikapnya  dalam  menerima krtikan ia merupakan anak yang tidak suka terhadap kritikan orang lain, sementara
itu  keterbukaan  dirinya  sekarang  ini  ia  menjadi  lebih  tertutup  karena  sebelum kedua  orangtuanya  berceerai  ia  merupakan  anak  yang  bebas,  berbeda  dengan
sekarang yang lebih suka di rumah dan cenderung pasif di lingkungannya.
Tabel 4.1 Klasifikasi Psikologi Komunikasi Remaja Broken Home Terhadap
Konsep Diri dan Keterbukaan Diri
N o
Nama Informan
Psikologis Komunikasi
Konsep Diri Keterbukaan
Diri
1 Muhamma
d Ali Akbar
Syihab   Komunikasi
awalnya dekat
dengan  ibu,  namun sekarang
seolah ada
jarak. Sementara
komunikasi  dengan ayah  tetap  berjalan
biasa saja.
  Memiliki sikap
yang dominan,
tidak mentaati
  Mandiri,  tetap berusaha
atas apa  yang  ingin
dicapai.   Pujian
yang diterima
tanpa rasa
malu, bangga terhadap
sebuah pujian
namun tetap
mengontrol emosi
  Orang tua tidak ada
yang menikah
lagi: Ali menjadi
tertutup dalam
mebicarakan masalah-
masalahnya
  Teman: lebih
Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
peraturan rumah
lagi  seperti:  jam keluar
malam, komunikasi
yang tertutup
dengan orang tua.
  Tipikal pemilih
dalam berteman,
awalnya  cenderung pemalu
sekarang menjadi lebih aktif,
terbuka, suka
marah, egois
namun tetap kritis.   cenderung  pasif,
lingkungan tidak
terlalu mempengaruhi
sikapnya, komunikasi
yang jarang
dengan lingkungan sekitar.
kabahagiaan tersebut.
  Kritis  terhadap sebuah  kritikan,
menyenangi krtikan
yang bersifat
membangun dirinya
kearah yang lebih baik.
  Mempertahanka n
pendapatsaran namun  apabila
ditolak
oleh orang  lain  bisa
diterima  dengan baik.
  Walaupun memilih  dalam
berteman namun  Ali  tetap
berusaha menjadikan
dirinya
sosok yang
ramah dalam  menyapa
teman- temannya.
  Walaupun berasal
dari keluarga
broken home
namun Ali
tetap mempertahanka
n prestasinya
tanpa menarik
diri.   Memiliki
Konsep Diri
Positif bebas, sangat
terbuka dalam
menceritakan masalah-
masalah hidupnya,
  Lingkungan: lingkungan
pasif membuat Ali
juga menjadi anak yang
pasif di lingkungan
namun tetap bersosialisasi
dan masih ada rasa
pedulinya terhadap
lingkungan.
2 Mulyani
  Komunikasinya dengan
kedua orang
tua cenderung
sama dirasakan
baik sebelum  keluarga
bercerai sampai
  Tegar  dan  tidak banyak
bicara namun  terkesan
menutupi sifat
yang tidak
disenanginya, seperti
  Orang Tua: tertutup dalam
menceritakan segalam
masalah- masalahnya.
 Ayah tiri:
Universitas Sumatera Utara
sekarang telah
bercerai.   tertutup,
tomboy
, suka
menyimpan masalah
sendiri pemendampemur
ung,  bebas,  tidak terlalu  ikut  campur
dalam  pemutusan masalah pendiam
  Tertutup,  pemalu, tidak
memilih- milih
dalam berteman,
mudah mengakrabkan  diri
dengan orang lain.   Aktif
dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang  diadakan  di
lingkungan,
bisa menjalin  hubungan
dan komunikasi
yang  baik  dengan tetangga
maupun lingkungan.
mengatakan jarang  menangis
namun orang-
orang terdekatnya
menilai Imul
sosok yang
mudah menangis.
  Senang  ketika menerima
sebuah pujian
dari orang lain.   Tidak
menyenangi  dan malu
dalam menerima
kritikan walaupun
berusaha  untuk mendengarkan
kritikan-kritikan orang
lain tersebut
terhadap dirinya   Menerima
apabila permintaan,
saran atau
pendapatnya ditolak.
  Berusaha  untuk menjadi
orang yang  lebih  baik
lagi, hal
itu dapat dilihat dari
caranya memutuskan
dan
berusaha untuk
mempertahanka n  rumah  tangga
di  usia  mudanya sekarang.
  Walaupun berasal
dari keluarga
broken home
dan  sudah sama sekali
tidak menerima
kedatangan orang baru,
hal ini dibuktikan
dari tidak pernahnya
Imul berkomunikas
i dengan ayah tirinya
 Suami: terbuka
namun tidak semua
masalah- masalahnya
diceritakan
 Teman: merasa tidak
memiliki hubungan lagi
dengan teman-
temannya karena jarak
yang jauh.
 Lingkungan: memiliki
kebebasan dalam
melakukan kegiatan-
kegiatan, bahkan
setelah berpisah Imul
merasa lebih bebas
sehingga bisa memilih
untuk menikah di
usia muda.
Universitas Sumatera Utara
menikah  namun ia
mampu memposisikan
dirinya sama
dengan orang
lain, hal
ini dilihat  keaktifan
nya dilingkungan
sampai saat ini.
  Memiliki konsep
diri positif
3 Zaitun
Khamariah   Komunikasi
dengan  sang  ayah awalnya
sangat dekat,
namun sekarang
berubah tidak  dekat  seperti
dulu lagi,
sementara komunikasi  dengan
sang  ibu  berjalan baik
dan lebih
dekat.   Awalnya
Manja sekarang
menjadi anak  yang  lebih
mandiri namun
tidak berpikir
matang dalam
mengambil  sebuah keputusan,
pemurung lebih
suka mengurung
diri.   Pemalu,
tidak memilih-milih
dalam berteman
namun  cenderung menarik diri karena
merasa malu
sebagai anak
broken home,
tertutup.   Didalam
lingkungan awalnya
aktif   Dewasa  dalam
menghadapi segala
permasalahan hidup.
  Terlalu cepat
dalam mengambil
keputusan.   Tidak
menyenangi kritikan
dari orang lain
  Terkesan  malu dan
menolak dalam menerima
sebuah pujian
dari  orang  lain walaupun
hatinya tetap
merasakan kesenangan
terhadap  pujian tersebut.
  Merendah dalam bergaul,
menganggap diri tidak  ada  apa-
apanya.
  Dapat mengontrol
emosi ketika
permintaan, saran
atau pendapat  ditolak
  Kelurga: Raya
memiliki kebebasan
dalam mengeluarka
n pendapat dan lebih
dominan karena ia
sekarang menjadi
yang paling tua di
rumah, berbeda
dengan ia yang dahulu
tidak mampu
mengeluarka n
pendapatnya .
  Sekarang ini ia lebih
terbuka dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya dengan
Ibunya.
  Teman- teman: Raya
Universitas Sumatera Utara
namun sekarang
pasif dalam
mengikuti kegiatan, awalnya
bebas namun
sekarang lebih
senang mengurung  diri  di
rumah. oleh orang lain.
  Mudah  tertekan dalam
menghadapi suatu masalah.
  Cenderung memiliki konsep
diri negatif. tidak bebas
seperti dulu lagi. Tidak
terlalu terbuka
dalam menceritaka
n masalah- masalahnya
dengan teman-
teman.
  Lingkungan: Raya tidak
terlalu terbuka
dengan lingkungan.
Awalnya ia aktif dan
terbuka namun
sekarang ini tertutup.
4 Tomi
  Awalnya  memiliki komunikasi
dan hubungan
yang dekat  dengan  ayah
namun sekarang
sama  sekali  tidak ada
komunikasi dengan  sang  ayah,
sementara komunikasi  dengan
sang  ibu  menjadi lebih akrab.
  Penyayang, pendiam,  penurut,
manja, penakut
ada rasa takut akan kesendirian
trauma,  sekarang menjadi  anak  yang
lebih pengertian.
  Tidak memilih-
milih dalam
berteman, menjadikan  teman
  Penyayang dengan keluarga
namun masih memiliki sikap-
sikap manja dan takut akan
kesendirian.
  Cenderung mengabaikan
kritikan-kritikan orang lain
terhadap dirinya.
  Tidak terlalu bersosialisasi
dan menganggap
bahwa dihidupnya saat
ini hanya ada seorang ibu
sehingga terkesan
mengabaikan teman-teman
  Orang tua: Tomi lebih
terbuka dengan Ibu
nya dalam menceritaka
n masalah- masalah
hidupnya.
  Ayah tiri: Tomi
sempat merasakan
tinggal bersama
ayah tirinya, ia menerima
keberadaan ayah tirinya
namun tetap memanggil
ayah tirinya dengan
sebutan
Universitas Sumatera Utara
hanya sebagai
lawan bermain,
tertutup, jahil,
pemalu, tidak
menyenangi perkelahian.
  Didalam lingkungan:
cenderung pasif,
tidak terlalu
memperdulikan lingkungan.
dan lingkungan.   Menerima
ketika permintaansara
n atau pendapat ditolak.
  Memiliki sikap tidak peduli
terhadap orang lain tidak
peka.
  Larut didalam kesedihan
sehingga memiliki trauma
tersendiri yang ia rasakan saat
ini.
  Konsep diri negatif
“oom” dan tetap
tertutup dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya
  Teman: Tomi
merupakan sosok yang
tertutup dan tidak bebas
dalam berteman,
karena orang
tuanya masih
memantau masalah
teman- temannya
dan jam keluarnya
serta Tomi tidak
terbuka dalam
menceritaka n masalah-
masalahnya kepada
teman- temannya.
  Lingkungan : Tomi
termasuk anak yang
tertutup terhadap
lingkungann ya, tidak
terlalu bergaul dan
tidak terlalu aktif dalam
lingkungann
Universitas Sumatera Utara
ya. 5
Nurhabiba h
  Awalnya  memiliki komunikasi
dan hubungan
yang delat  dengan  kedua
orang  tua  dan  lebih dekat  lagi  dengan
sang  ayah,  namun sekarang
sudah berubah,  memiliki
hubungan dan
komunikasi yang
tidak dekat
lagi dengan
ayah, sementara
komunikasi  dengan sang
ibu tetap
berjalan baik.   Lebih sensitif,
mandiri namun masih tercermin
sikap manja, pemurung,
pemarah.
  Tidak memilih- milih dalam
berteman, awalnya bebas namun
sekarang lebih suka berdiam diri di
rumah, dapat menjaga hubungan
baik, cepat mengakrabkan diri
dengan teman- teman sebaya.
  Didalam lingkungan:
cenderung pasif, tertutup, tidak
membaur, ada sikap tidak peduli
  Memiliki kesedihan yang
mendalam larut dalam
kesdihan.
  Menutup diri   Menyenangi
pujian tanpa malu-malu
  Tidak menyenangi
krtikan   Bisa menerima
apabila saranpendapat
atau permintaannya
ditolak
  Menilai dirinya rendah dan tidak
ada apa-apanya.   Mudah
terpengaruh dan cepat dalam
mengambil keputusan tanpa
memikirkannya secara matang
  Tidak peka terhadap
lingkungan sekitar
  Cenderung pada konsep diri
negatif   Orang  tua:
Bibah menjadi
anak  yang tertutup,
walaupun masih
menceritak an masalah-
masalah nya  kepada
ibunya namun
tidak seperti  dulu
lagi,  bibah terkesan
menjadi anak  yang
lebih tertutup
terutama dengan
sang ayah.
  Ibu tiri:
ayah nya
menikah lagi,  namun
bibah  sama sekali  tidak
terbuka dengan  ibu
tirinya,
ia jarang
bertemu dan  jarang
berkomunik asi  dengan
ibu tirinya.
  Teman: Bibah
merupakan anak yang
terbuka dengan
teman- temannya
Universitas Sumatera Utara
dalam menceritak
an masalah- masalah
hidupnya, namun
dahulu ia memang
bebas sekarang ia
menjadi anak yang
mampu mengontrol
kebebasann ya.
  Lingkungan : Bibah
tidak terbuka
dengan lingkungan,
ia merupakan
anak yang pasif dalam
lingkungan.
4.2 PEMBAHASAN