KERANGKA ANALISIS TEKNIK ANALISIS DATA

Meskipin terdapat berbagai pendapat yang berbeda dalam pengungkapannya namun inti dari wawancara tersebut memiliki kesamaan makna.

3.4 KERANGKA ANALISIS

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan di lapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus-menerus hingga data jenuh dan teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman. Peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan yang sangat banyak sehingga perlu dilakukan analisis dan melakukan reduksi data. Mereduksi berarti merangkum dan memilih hal-hal apasaja yang pokok dan berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan Sugyono, 2005 : 92.

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode yang analisis data bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data. Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1 Penelitian lapangan a. Wawancara mendalam in-depth interview Tipe wawancara ini adalah tidak terstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku. Penyampaian dan peruntutan pertanyaan akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetapi peneliti tetap membuat interview guide yang akan menjadi panduan dalam wawancara dengan informan. Wawancara oleh pewawancara dengan informan dilakukan secara langsung tatap muka dengan Universitas Sumatera Utara jumlah pertemuan tidak ditetapkan, sesuai kebutuhan informasi materi informasi. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam wawancara tersebut. informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Materi wawancara adalah tema yang dinyatakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian Bungin,2008:108. Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya. Hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara berbeda dengan wawancara lainnya. b. Observasi Partisipasi Participant Observer Sebagai pembanding, peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Misalnya, dengan melakukan kunjungan ke rumah keluarga broken home yang memiliki anak remaja. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti: telinga, penciuman, mulut dan kulit. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indera lainnya. Seperti: apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya Bungin, 2008: 115-117. 2 Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data literatur dari sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini adalah literatur maupun bacaan yang berkenaan dengan psikologis komunikasi dan self disclosure khususnya pada anak remaja yang termasuk dalam keluarga broken home. Universitas Sumatera Utara

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan untuk mendapatkan informasi yang maksimal. Pada penelitian ini, yang menjadi informan penelitian adalah anak remaja yang berusia 10-22 tahun yang termasuk dalam keluarga brokenhome di Kecamatan Tanjung Beirngin Kabupaten Serdang Bedagai. Pada penelitian ini, teknik penentuan informan adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling Technique . Purposive Sampling Technique adalah cara penentuan sejumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan Bungin, 2008 : 138. Penggunaan purposive sampling artinya dengan memilih nara sumber yakni anak remaja Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai yang berusia 10-22 tahun dan termasuk dalam keluarga broken home orang tua cerai hidup yang dapat menjabarkan tentang konsep dirinya serta keterbukaannya dengan orang lain. Demi sempurnanya penelitian ini perlu juga mendapat masukan dari unsur lain, seperti teman dekat, kerabat atau penduduk setempat yang mengetahui dan dapat menjabarkan tentang informan tersebut dalam berkehidupan sosialnya.

3.5.2 Keabsahan Data

Keabsahan data adalah setiap keadaan harus mendemontrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan dan memperbolehkan keputusan luar yang dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya Moleong, 2005. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Triangulasi Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi data, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk mengumpilkan data. Maka pastikan setiap wawancara telah terhimpun catatan wawancara dengan informan dan catatan observasi. b. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap catatan-catatan tersebut untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan wawancara dengan catatan observasi. Apabila catatan-catatan tersebut relevan, peneliti harus mengonfirmasi kembali kepada informan. c. Hasil konfirmasi perlu diuji kembali dengan informasi sebelumnya. Bungin, 2008:252. Proses triangulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan menganalisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat- alat uji statistik, begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat, sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yang diteliti. Bungin:2008:253. 2. ketekunan pengamatan ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur- unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Universitas Sumatera Utara

3.6. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam sebuah penelitan, tentu saja memerlukan analisis data berdasarkan apa yang didapat di lapangan. Menurut Boglan dan Biklen dalam Moleong,2005:248, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan dilapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus-menerus hingga data jenuh. Dan teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman, Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut Sugyono,2005:92-95: a. Melakukan Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. b. Penyajian data, merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat dalam bentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan mudah dipahami. c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, merupakan kegiatan diakhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan virifikasi baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak Universitas Sumatera Utara ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini meliputi psikologis komunikasi, konsep diri dan keterbukaan diri remaja yang berasal dari keluarga broken home di kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelum masuk ke hasil penelitian, peneliti terlebih dahulu akan mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian, tahapan penelitian dan deskripsi informan terlebih dahulu.

4.1.1 Lokasi Penelitian

Nama Serdang Bedagai berasal dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Serdang Bedagai merupakan hasil dari wilayah pemekaran yang dulunya Deli Serdang. Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu. Dasar pertimbangan untuk dilakukannya pemekaran adalah luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk satu kabupaten. Gubernur Sumatera Utara melalui surat Nomor 1366777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskan usul pemekaran Kabupaen Deli Serdang . Berdasarkan persetujuan DPR RI, Presiden Republik Indonesia menerbitkan UU No 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara dan mengangkat Bapak Drs.H.Chairullah.S.IP,MAP Sebagai Bupati Serdang Bedagai. Kebupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi dalam tujuh belas kecamatan 237 desa enam kelurahan. Terdiri dari suku Melayu, Karo, Tapanuli, Simalungun dan Jawa. Salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang banyak didalam Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kecamatan Tanjung Beringin atau sering disebut sebagai desa Pekan Tanjung Beringin. Kecamatan Tanjung Beringin yang merupakan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Blog Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 Fisip Universitas Sumatera Utara)

3 78 113

Facebook Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Deskriptif Tentang Situs Facebook Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Karyawan PT.Garuda Indonesia Jalan Mongonsidi Medan)

0 49 102

Komunikasi Kelompok Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Kelompok Terhadap Pembentukan Konsep Diri di Komunitas games online “Perang Kaum” )

6 66 116

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Psikologis Komunikasi Remaja Broken Home Terhadap Konsep Diri Dan Keterbukaan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Psikologis Komunikasi Remaja Dari Keluarga Broken Home Terhadap Konsep Diri dan Keterbukaan Diri di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serd

13 108 176

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

16 111 210

Komunikasi Remaja Broken Home (Studi Fenomenologi Komunikasi Remaja Broken Home) Dengan Orang Tuanya Di Kota Bandung)

0 5 1

Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

0 1 16

Blog Dan Tingkat Keterbukaan Diri (Studi Korelasional Tentang Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 Fisip Universitas Sumatera Utara)

0 0 16