3.5.1 Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan untuk mendapatkan informasi yang maksimal. Pada penelitian ini,
yang menjadi informan penelitian adalah anak remaja yang berusia 10-22 tahun yang termasuk dalam keluarga
brokenhome
di Kecamatan Tanjung Beirngin Kabupaten Serdang Bedagai.
Pada penelitian ini, teknik penentuan informan adalah dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling Technique
.
Purposive Sampling Technique
adalah cara penentuan sejumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan
serta informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan Bungin, 2008 : 138. Penggunaan
purposive sampling
artinya dengan memilih nara sumber yakni anak remaja Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai yang
berusia 10-22 tahun dan termasuk dalam keluarga
broken home
orang tua cerai hidup yang dapat menjabarkan tentang konsep dirinya serta keterbukaannya
dengan orang lain. Demi sempurnanya penelitian ini perlu juga mendapat masukan dari unsur
lain, seperti teman dekat, kerabat atau penduduk setempat yang mengetahui dan dapat menjabarkan tentang informan tersebut dalam berkehidupan sosialnya.
3.5.2 Keabsahan Data
Keabsahan data adalah setiap keadaan harus mendemontrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan dan memperbolehkan
keputusan luar yang dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya Moleong, 2005.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Triangulasi
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses
dan hasil yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi data, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi
untuk mengumpilkan data. Maka pastikan setiap wawancara telah terhimpun catatan wawancara dengan informan dan catatan observasi.
b. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap catatan-catatan tersebut untuk
memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan wawancara dengan catatan observasi. Apabila catatan-catatan tersebut
relevan, peneliti harus mengonfirmasi kembali kepada informan. c.
Hasil konfirmasi perlu diuji kembali dengan informasi sebelumnya. Bungin, 2008:252.
Proses triangulasi
dilakukan terus-menerus
sepanjang proses
mengumpulkan data dan menganalisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu
dikonfirmasikan kepada informan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat- alat uji statistik, begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran
alat, sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat
yang diteliti. Bungin:2008:253. 2.
ketekunan pengamatan ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti
hendaknya mengadakan
pengamatan dengan
teliti dan
rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak
salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci
bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3.6. TEKNIK ANALISIS DATA