Pada saat tayang, Program Dialog TVRI didalamnya ada sebuah vitti

kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri, misalnya dengan belajar, dengan membaca, mempersiapkan diri untuk memandu suatu dialog, kemudian memberikan kesempatan kepada saya untuk berkenalan dengan narasumber.

14. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema

tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai presenternya, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengasn terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia? Yang dimaksud dengan terorisme adalah sebuah aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat atau individu yang tujuan nya menimbulkan ketakutan atau menimbulkan traumatik tapi dibalik aksi teroris itu ada motif politik. Terorisme adalah aksi kekerasan, motif politik, upaya menimpulkan perasaan sikap traumatik. Terorisme di indonesia seperti yang kita lihat, ada jaringan yang macam-macam, walaupun tidak ada satu agama pun yang menganjurkan kekerasan, tetapi terorisme di indonesia itu kerap kali dan dibanyak tempat membawa-bawa agama, walaupun sebenarnya tidak ada agama , kalau dia beragama dengan benar beriman tentu yang mereka lakukan adalah mereka propagandakan atau mereka promosikan adalah kasih, persaudaraan, perdamaian kemanusiaan yang sifatnya melintas batas, sementara teroris menebar ancaman, permusuhan, ketakutan, kekerasan, perpecahan. Harus dimulai dari mainseat, orang bisa berlaku anarkis karena dia mempunyai pola pikir tertentu, bahkan dia berfikir kalau berbuat kekerasan akan masuk surga. Jadi menurut saya adalah mainseat, karena banyak kasus otaknya dicuci sehingga mereka terpengaruh dengan buaian- buaian , yang kedua banyak yang dekat dengan kemiskinan struktural, ada yang mengatakan teroris merupakan protes terhadap ketidakadilan sosial maupun global.

15. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di

Indonesia? Penanganan itu ada dua pendekatan, yang pertama adalah prospority aprous pendekatan kesejahteraan, yang kedua security aprous kalau memang teroris sudah membahayakan harus disikat kenapa enggak, karena negara tidak boleh kalah dengan teroris. Wawancara Nama : Erwin Aryanantha Jabatan : Direktur Pengembangan dan Usaha Tanggal Wawancara : 21 Januari 2014 1. Menurut pandangan Bapak seperti apa kualitas Program di TVRI dari sejak penayangan hingga saat ini? Baik buruknya kualitas program di TVRI tidak bisa ditentukan sepihak secara internal. keinginan yang begitu kuat untuk membuat program yang dianggap berkualitas dan menghibur dihadapkan pada beberapa dilematika pertimbangan anggaran dan pertimbangan kelayakan penayangan mengingat TVRI sbg LPP, Lembaga Penyiaran Publik, tidak bisa sepenuhnya mengikuti keinginan pasar. TVRI sesuai dengan tupoksinya Tugas Pokok dan Fungsinya salah satu tugasnya adalah mengawal peradaban bangsa dan merajut kesetaraan ditengah kemajemukan yang juga dituntut memberikan program mencerdaskan bangsa dengan program2 sosialisasi Pemerintah. dengan demikian dapat dibayangkan program sosialisasi seperti itu menjadi tak layak jual yang dengan sendirinya program seperti itu harus dibiayai denhan dana internal yang sangat terbatas. Konsekwensi logis dr keterbatasan anggaran mengakibatkan buruknya hasil produksi yang pasti memberikan efek domino terhadap audience share. Perlahan tapi pasti bahwa audience share sedikit demi sedikit berpindah pada TV Swasta yang mampu mengemas hampir seluruh programnya dengan format kekinian dan mengikuti keinginan pasar. Saat TVRI sedang sendiri masyarakat tidak memiliki pilihan jadi kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa memang TVRI tidak mampu mengikuti perkembangan jaman dan pergeseran nilai sosial masyarakat hari ini. 2. Apa saja tugas dan tanggung jawab divisi Pengembangan dan Usaha? Tugas utamanya men-generata revenue dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Tidak seluruh kegiatan mulai dari biaya pemeliharaan gedung, pemeliharaan peralatan hingga kesejahteraan karyawan ditanggung oleh APBN. Dengan demikian PU mengedepankan pendapatan sebagai perimbangan APBN. Begitu banyak keperluan capex capital expenditure dan opex operating expences yang dibebankan masuk dalam penerimaan Non APBN dengan demikian PU harus mampu menciptakan peluang kerjasama dengan pihak ketiga. Penerimaan Non APBN terdiri dari dua revenue stream yang berbeda. Penerimaan pertama didapat dari captive