2.4. Sikap
2.4.1. Definisi Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut
Berkowitz 1972, sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak favourable, maupun perasaan tidak mendukung atau memihak
unfavourable pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau negatif terhadap suatu obyek
psikologis Azwar, 2005. Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Subroto 1984 bahwa
sikap sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau seseorang bersikap positif
terhadap sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang
tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut. Sedangkan Edgley 1980 mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmodjo 2007 bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
“predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pemikiran yang lain dikemukakan oleh Backman 1964 yang dikutip oleh Azwar 2005 mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan
afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
2.4.2. Stuktur Pembentukan Sikap
Menurut Allport 1954 yang dikutip dari Notoatmodjo 2003, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo, 2003. Hal yang sejalan dikemukakan oleh Mann 1969 dalam Azwar 2005
menyatakan bahwa komponen sikap terdiri dari: a.
Komponen Kognitif Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah diliat atau apa yang telah diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka terbentuk suatu ide atau
gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Jika sebuah kepercayaan sudah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari suatu objek tertentu. Dengan demikian, adanya interaksi dengan pengalaman di masa akan datang serta
prediksi mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Kepercayaan menyederhanakan dan mengatur apa yang dilihat dan
ditemui. Kepercayaan dapat terus berkembang dan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain dan kebutuhan emosional merupakan determinan utama
dalam terbentuknya kepercayaan. Kadang-kadang kepercayaan terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai objek
yang dihadapi. b.
Komponen Afektif Komponen ini menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat
berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang muncul merupakan komponen afektif yang banyak dipengaruhi
kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek termaksud.
c. Komponen Perilaku
Komponen ini dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara
Universitas Sumatera Utara
konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang membentuk sikap individu. Kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif
meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung tetapi meliputi bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan
seseorang.
2.4.3. Pembentukan Sikap